Anda di halaman 1dari 8

INTOLERANSI SOSIAL

Universitas Airlangga

Nama Anggota Kelompok :

1. Arini Tazkiyah - 072011733005


2. Devi Previana Aslim - 072011733002
3. Diana Setiyawati - 072011733008
4. Dinda Safitri - 072011733006
5. Florentina Dwita Kristanti - 072011733007
6. Hanifa Widya Resinta - 072011733009
7. Laily Wahyu Alfina - 072011733010
8. Mayada Nazilatul Mawaddah - 072011733001
9. Muhammad Naqsya Riwansia - 072011733004
10. Nokya Suripto Putri - 072011733003
DAFTAR ISI
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara majemuk yang memiliki banyak keberagaman,
seperti : agama, ras, dan suku bangsa. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya
beragam kebudayaan di Indonesia. Beragamnya kebudayaan yang ada di
masyarakat, mendorong seorang individu berpikir dan bertingkah laku sesuai
dengan lingkungan sekitarnya. Kebudayaan yang beragam juga dapat menimbulkan
perbedaan antar masyarakat atau antar individu mulai dari kepercayaan, berprinsip,
gaya hidup, maupun cara pandang dalam melihat suatu permasalahan sosial.
Karena perbedaan itulah, mengakibatkan munculnya intoleransi dalam kehidupan
masyarakat. Apabila intoleransi terjadi secara terus - menerus, tentunya hal ini akan
mengakibatkan perpecahan pada struktur kehidupan di masyarakat dan dapat
mengganggu integrasi berbangsa dan bernegara.
Melihat kondisi Indonesia akhir-akhir ini, banyak ditemukan tindakan-tindakan
intoleransi yang ada di masyarakat. Intoleransi tersebut ada dalam berbagai bidang,
mulai dari intoleransi di bidang agama, bidang pendidikan, bidang ekonomi-sosial,
dan bidang-bidang lainnya. Dilansir dari Tirto.id, Abdi (2020) menyebutkan
beberapa contoh kasus intoleransi pada bidang agama yang terjadi akhir-akhir ini :

“Kasus-kasus intoleransi lain yang terjadi selama pandemi di antaranya:


sekelompok orang mengganggu ibadah jemaat HKBP KSB di Kabupaten
Bekasi pada 13 September; sekelompok warga Graha Prima Jonggol
menolak ibadah jemaat Gereja Pantekosta di Bogor pada 20 September;
umat Kristen di Desa Ngastemi, Kabupaten Mojokerto, dilarang beribadah
oleh sekelompok orang pada 21 September; dan larangan beribadah
terhadap jemaat Rumah Doa Gereja GSJA Kanaan di Kabupaten Nganjuk,
Jawa Timur, pada 2 Oktober.”
Kasus - kasus intoleransi di Indonesia yang marak terjadi akhir akhir ini, sangat
memprihatinkan dan ini menjadi PR bagi para warga Indonesia untuk mewujudkan
kembali semangat bersikap toleransi antar masyarakat. Jika sikap intoleransi tetap
melekat dalam diri masyarakat, hal ini tentunya akan menimbulkan benih - benih
konflik lainnya, contohnya munculnya sikap diskriminatif pada suatu golongan.
Selain itu, sikap intoleransi juga akan mengancam eksistensi dari semboyan bangsa
Indonesia, yakni “Bhineka Tunggal Ika”.
Berdasarkan latar belakang inilah, penulis melakukan penelitian mengenai
intoleransi agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai intoleransi sosial, faktor
penyebab terjadinya intoleransi sosial di masyarakat, serta mengetahui seberapa
jauh pemahaman dan penerapan masyarakat mengenai toleransi dalam kehidupan
sehari - hari..

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan intoleransi sosial ?
1.2.2 Apa faktor penyebab terjadinya intoleransi sosial ?
1.2.3 Bagaimana penerapan dan pemahaman masyarakat Indonesia tentang
toleransi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari intoleransi sosial
1.3.2 Mengetahui penyebab terjadinya intoleransi sosial
1.3.3 Mengetahui penerapan dan pemahaman masyarakat Indonesia tentang
toleransi
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Penulis
Makalah intoleransi sosial ini disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas
mata kuliah bahasa Indonesia
1.4.2 Untuk Pembaca
Makalah dibuat agar pembaca dapat memahami makna dan penyebab dari
intoleransi sosial serta dapat mengimplementasikan toleransi dalam
kehidupan sehari-hari.

BAB 2
Pembahasan / Gagasan
2.1 Pengertian Intoleransi Sosial
Intoleransi sosial merupakan ketidakmampuan atau ketidakmauan seseorang
dalam bertoleran (UIN Surabaya, 2010). Kata toleransi berasal dari prefik in- yang
memiliki arti “tidak, bukan” dan toleransi itu memiliki makna menghargai segala
perbedaan yang ada tanpa merasa risih dengan perbedaan tersebut. Sebaliknya
intoleransi tidak menghargai adanya suatu perbedaan. Contoh-contoh tindakan
intoleransi adalah saling menyalahkan dan tidak menerima pendapat orang lain.
Tindakan-tindakan ini sering kita jumpai pada masyarakat. Menurut Alkitanov
(2019) Intoleransi adalah kondisi dimana suatu kelompok atau individu menolak
untuk menoleransi hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa intoleransi sosial adalah kondisi dimana suatu
individu ataupun kelompok yang tidak mampu atau tidak mau bertoleran terhadap
hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.

2.2 Faktor Terjadinya Intoleransi Sosial


Intoleransi sosial tentu tidak semata-mata terjadi begitu saja. Pasti terdapat
faktor-faktor penyebab dibalik kejadian itu. Faktor yang pertama yaitu globalisasi.
Dengan semakin berkembangnya globalisasi, tentu menghadirkan budaya-budaya
dari luar yang masuk. Seharusnya kita sendiri yang harus pintar dalam menyaring
baik dan tidak baiknya suatu kebudayaan yang masuk. Dan zaman sekarang banyak
yang mengikuti budaya dari luar negeri, namun menghilangkan budaya bangsanya
sendiri. Tidak hanya dari segi penampilan, tetapi termasuk sikap atau moral.
Globalisasi ini membuat kita mengikis nilai-nilai ketimuran dalam diri kita, salah
satunya sikap toleransi. Misal, biasanya anak sekarang selalu mengikuti fashion-
fashion orang luar salah satunya dalam cara berpakaian. Sekelompok anak-anak
yang meniru pakaian orang luar negeri akan merasa dirinya keren, sedangkan anak
yang tidak mengikuti pakaian orang luar akan dianggap cupu. Disini bisa kita lihat
bahwa sudah hilangnya rasa toleransi pada anak zaman sekarang. Mereka tidak bisa
menghargai apa yang menjadi pilihan orang lain, mereka hanya menganggap
pemikirannya lah yang paling tepat atau benar.
Kemudian ada juga faktor dominannya kelas bawah di Indonesia. Disini yang
kita golongkan dalam kelas bawah adalah orang-orang yang kurang beruntung
dalam mendapatkan pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya. Di Indonesia,
faktanya yaitu masih banyak orang yang keterbatasan dalam hal pendidikan dan
ekonomi. Padahal dua hal tersebut adalah hal yang terpenting dalam menjalani
kehidupan yang makmur. Masyarakat yang pendidikannya kurang, otomatis tingkat
pengetahuan maupun kepintarannya akan di bawah orang-orang yang
berpendidikan. Orang yang berpendidikan rendah akan tergesa-gesa dan tidak
berpikir dulu dalam melakukan suatu hal. Contohnya, orang yang berpendidikan
akan santun dalam bertutur kata terutama berbicara pada orang lain, sedangkan
orang yang tidak berpendidikan akan berkata semaunya tanpa memikirkan perasaan
orang lain. Di samping itu, Indonesia adalah negara yang sangat majemuk yang
terdiri dari banyak suku, ras, agama, budaya, dan lainnya. Dengan demikian, akan
memunculkan sikap primordialisme pada masyarakat atau perasaan yang
menjunjung tinggi sesama budaya, ras, suku, dan lain lain, yang dibawa sejak lahir.
Lalu adanya faktor perkembangan media sosial. Kita semua tahu bahwa
perkembangan media sosial saat ini sangat pesat. Itu menjadikan banyak
masyarakat selalu bergantung pada media sosial. Orang yang sedang berkumpul
pun sekarang bisa tidak melakukan pembicaraan, karena mereka sibuk dengan
handphone atau gadgetnya masing-masing. Masyarakat menjadi kecanduan
bermain media sosial dibandingkan dunia nyata. Banyak dari mereka yang lebih
memilih berdiam diri dirumah dan bermain dengan handphonenya dibandingkan
keluar rumah dan bersosialisasi bersama teman-teman. Tentu dengan adanya hal
ini, membuat masyarakat memiliki sikap individualisme dan merasa tidak
membutuhkan orang lain. Sikap tidak peduli dan tidak toleransi pun akhirnya ikut
muncul karena adanya media sosial ini. Orang yang awalnya sangat senang
bermasyarakat dan sangat toleransi terhadap sesama, secara tiba-tiba bisa berubah
menjadi orang yang pendiam. Tetapi dengan adanya faktor-faktor yang telah saya
sebutkan diatas, seharusnya masyarakat bisa semakin pintar dalam memilah suatu
hal. Rasa toleransi sangat penting diajarkan pada masyarakat agar Indonesia ini
semakin bersatu dan tidak terpecah belah.
2.3 Penerapan dan Pemahaman Masyarakat Indonesia tentang Toleransi
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat multikultural yang terdiri dari
beragam latar belakang suku, agama, dan ras. Perbedaan yang ada di masyarakat
tidak hanya berkaitan dengan perbedaan kebudayaan, namun berkaitan juga dengan
perbedaan pandangan, keyakinan, maupun pendapat. Masyarakat multikultural
yang ada di Indonesia memiliki dua peran, yakni bisa berperan sebagai integrasi
nasional dan disisi lain berperan sebagai disintegrasi nasional karena adanya sikap
intoleransi antar sesama. Karena hal inilah, diharapkan masyarakat memiliki sikap
toleransi antar sesama agar tercipta integrasi nasional yang tentunya akan
membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia.
Secara bahasa toleransi yaitu sikap atau sifat menenggang rasa, berpendirian
yang berbeda pandang dan prinsip dengan diri kita. Toleransi berasal dari bahasa
Latin tolerantia dan dari Inggris Tolerance yang memiliki arti kelonggaran,
keringanan, kelembutan hati, dan kesabaran. Menurut Ihsan (dalam Digdoyo,
2018:46) toleransi berasal dari kata “tolerare” yang berarti sabar membiarkan
sesuatu. Sedangkan pengertian toleransi secara luas adalah perilaku atau sikap yang
tidak menyimpang aturan - aturan masyarakat dan masyarakat tersebut bersikap
menghormati atau menghargai tindakan orang lain. Apabila toleransi dikaitkan
dengan sosial-budaya dan agama, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
toleransi menurut Enginer (dalam Digdoyo, 2018: 46) adalah suatu sikap atau
perbuatan menghargai atau menghormati kelompok lain yang berbeda dengan
kelompok yang sudah menjadi mayoritas dalam suatu masyarakat tersebut.
Sikap toleran itu mengarah pada sifat keterbukaan dan mau menerima
perbedaan, seperti perbedaan ras, adat, budaya, kepercayaan, bahasa, serta suku
bangsa (Binsar A. Hutabarat). Prinsip toleransi pada dasarnya memiliki kesamaan
dengan multikulturalisme yang merujuk pada pemahaman masyarakat yang
memiliki keberagaman. Dalam memaknai keragaman, masyarakat juga harus
memahami mengenai sebuah kesetaraan, sehingga masyarakat mempunyai
kesadaran untuk bisa mencapai kesetaraan itu, dan akan menghasilkan kehidupan
yang majemuk bagi masyarakat untuk berbangsa dan bernegara.
Beragamnya latar belakang masyarakat Indonesia telah mewarnai kehidupan
bertoleransi dalam masyarakat tersebut. Semakin beragamnya latar belakang
masyarakat dalam suatu negara, maka peran toleransi juga semakin besar, misalnya
di negara Indonesia sendiri. Melihat sejarah masa lalu dalam mencapai
kemerdekaan, para pahlawan juga mengimplementasikan sikap toleransi ini
sehingga mereka dapat membawa kemerdekaan dalam negara Indonesia. Hal ini
seharusnya menjadi ‘pengingat’ bagi masyarakat Indonesia bahwa toleransi dalam
kehidupan bermasyarakat memiliki peran yang sangat penting.
Namun kenyataannya, mayoritas masyarakat Indonesia telah kehilangan
semangat bersikap toleransi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus - kasus
intoleransi yang terjadi di Indonesia dari waktu ke waktu. Semakin maraknya kasus
- kasus intoleransi sosial, maka keutuhan dari bangsa Indonesia pun akan semakin
terancam mengingat bahwasannya bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat
multikultural. Kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah dalam
memecahkan permasalahan intoleransi ini sangat diperlukan agar memunculkan
kembali semangat bertoleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu yang menjadi solusi dalam memecahkan permasalahan intoleransi
sosial, khususnya di Indonesia yang majemuk ini adalah dengan adanya pemaknaan
dan penerapan dari simbol Bhineka Tunggal Ika. Menurut Setiadi (2006: 157),
Bhineka Tunggal Ika merupakan ungkapan yang menggambarkan masyarakat yang
majemuk dan heterogen. Dalam tercapainya Bhineka Tunggal Ika itu tidak akan
terlepas dari kesadaran masyarakat yang hidup berdampingan, dan juga menjadikan
Bhineka Tunggal Ika sebagai pedoman berbangsa dan bernegara.
Dalam masyarakat, sikap toleransi sangat besar pengaruhnya terhadap
terwujudnya Bhineka Tunggal Ika, sebab Bhineka Tunggal Ika mengharuskan kita
hidup bersama-sama dengan saling menghargai satu sama lain. Dalam bertoleransi
sebaiknya ditanamkan sejak dini, melalui sosialisasi dari keluarga ataupun melalui
pendidikan. Menurut Mahfud (2011: 185), untuk menghadapi pluralisme,
paradigma pendidikan multikultural sangat dibutuhkan. hal tersebut penting sekali
untuk mengarahkan anak-anak bersikap toleran kepada semua masyarakat yang
berbeda pandang dengannya.

.
Bab 3
Kesimpulan
Intoleransi sosial adalah kondisi dimana suatu individu ataupun kelompok yang
tidak mampu atau tidak mau bertoleran terhadap hal-hal yang dilakukan oleh orang lain.
Intoleransi sosial terjadi karena terciptanya beragam kebudayaan di indonesia. Hal
tersebut bisa dilihat karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang tentunya
memiliki beragam budaya, suku, ras, maupun agama. Intoleransi juga disebabkan oleh
hal lain seperti globalisasi, minoritas, dan perkembangan teknologi.
Penerapan serta pemahaman masyarakat mengenai toleransi bisa dikatakan
sangat minim karena masyarakat bisa menjadi 2 peran, yaitu sebagai integritas nasional
yang mana dapat mempererat hubungan antar masyarakat yang memperkuat persatuan
dan kesatuan Indonesia. disamping itu peran masyarakat juga bisa berperan sebagai
disintegrasi nasional karena adanya sikap intoleransi antar masyarakat. Masyarakat
dapat memahami serta menerapkan toleransi sosial apabila dapat memahami isi dari
Bhinneka Tunggal Ika.
Saran
Melalui makalah yang ditulis oleh penulis diharapkan masyarakat dapat
memahami dan menerapkan sikap Toleransi Sosial di tengah keberagaman masyarakat
yang multikultural. Dalam hal ini masyarakat seharusnya dapat mengimplementasikan
nilai - nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar terciptanya hidup
yang aman dan damai.

Daftar Pustaka
Abdi, Alfian Putra “Kasus Intoleransi Terus Bersemi Saat Pandemi” dalam
https://tirto.id/kasus-intoleransi-terus-bersemi-saat-pandemi-f5Jb, diakses 23
November 2020.

Digdoyo, E. (2018). Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggungjawab


Sosial Media. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, vol 3 no 1, 42 - 59.
Alkitanov, Muhammad Saddam. 2019. Intoleransi. Jurnal. Jakarta. Universitas Negeri
Jakarta,
UIN Surabaya. 2010. Toleransi Beragama. 17 - 44.
http://digilib.uinsby.ac.id/19554/40/Bab%202.pdf

Samad, Duski. 2017. Best Practice Toleransi. Padang: Pab Publishing.

Wibowo, Aji. Januari 2017. “Implementasi Toleransi Kebhinnekaan pada Masyarakat


Majemuk di Dusun Cetho Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten
Karanganyar”. Makalah. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dian Erika Nugraheny. 2019. “Ini Tiga Sebab Menguatnya Sikap Intoleransi di
Indonesia Versi Polri”,
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2019/11/16/07364551/i
ni-tiga-sebab-menguatnya-sikap-intoleransi-di-indonesia-versi-polri , diakses pada 25
November 2020 pukul 15.47.

Anda mungkin juga menyukai