Anda di halaman 1dari 31

A.

LATAR BELAKANG

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sangat padat

penduduknya dengan letak yang sangat strategis yaitu diantara dua benua dan dua

samudera. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi tentunya banyak sekali

permasalahan-permasalahan yang di hadapi Indonesia. Permasalahan-

permasalahan tersebut meliputi berbagai bidang seperti bidang politik, bidang

ekonomi, bidang kesehatan, bidang social budaya, dan bidang hokum. Salah satu

masalah yang perlu segera diselesaikan adalah masalah penyalahgunaan dan

peredaran narkoba.n

Perkembangan penyalahgunaan narkoba telah menjadi masalah yang

begitu krusial di seluruh dunia. Bahkan, hal ini menjadi bahaya global yang

mengancam kehidupan masyarakat. Peredaran narkoba tidak lagi mengenal batas

negara, di Indonesia sendiri dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan

yang signifikan. Dalam perdagangan narkoba di dunia, dulu Indonesia hanya

menjadi tempat singgah sementara dari daerah segitiga emas (Birma, Kamboja,

Thailand) yang akan dibawa ke Eropa, Amerika, Australia atau Jepang. Seiring

berkembangnya zaman Indonesia sudah meningkat menjadi daerah pemasaran.

Peran Indonesia bahkan kini sudah meningkat menjadi daerah pembuat narkoba

yang kemudian di ekspor ke luar negeri (Subagyo, 2007: 03)

Penyalahgunaan narkoba merupakan ancaman bagi seluruh aspek

kehidupan. Hal ini semakin mengkhawatirkan, mengingat penyalahgunaan

narkoba di Indonesia di dominasi oleh generasi muda sebagai tonggak penerus


bangsa. Bahaya narkoba sudah menjadi momok yang menakutkan bagi

masyarakat. Untuk menyelesaikan masalah penyalahgunaan narkoba tidak bias

hanya diselesaikan oleh satu pihak saja, akan tetapi semua pihak harus ikut andil

dalam menyelesaikan masalah ini. Menurut edaran BNN (Bahan Narkotika

Nasional) tahun 2011 hasil penelitian BNN bekerja sama dengan Pusat Penelitian

Kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) pada tahun 2008 angka prevalensi

(penyalahgunaan narkoba) nasional adalah 1.99 % dari penduduk Indonesia (3.6

juta orang) dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 2.8 % (5.1 juta

orang)

Dewasa ini sudah banyak pihak baik dari pemerintah, pelajar/mahasiswa

dan organisasi masyarakat yang peduli dan ikut andil dalam penyelesaian masalah

penyalahgunaan narkoba ini. Berbagai kampanye anti narkoba dan Pencegahan

Pemberantasan terhadap orang-orang yang ingin sembuh dari ketergantungan

narkoba semakin banyak di dengung-dengungkan mengingat penyalahgunaan

narkoba di Indonesia semakin tinggi.

Kondisi Indonesia yang berbentuk Negara Kepulauan menyebabkan banyak

daerah kurang pengawasan dari pemerintah sehingga rawan dengan ancaman

penyalahgunaan narkoba. Selain itu, kampanye terus dilakukan mengingat

penyalahgunaan narkoba bisa membahayakan bagi kelurga, masyarakat, dan masa

depan bangsa. Narkoba dapat merusak kesehatan manusia baik secara fisik,

emosi, maupun perilaku pemakainya.


Tingginya kasus penyalahgunaan narkoba yang sampai saat ini kurang

mendapat perhatian yang serius dari pemerintah sehingga menyebabkan kasus

penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sampai pada tingkat yang sangat

mengkhawatirkan. Tidak hanya di kota-kota besar, namun di kota yang relative

kecilpun rentan dengan kasus penyalahgunaan narkoba. Hal ini disebabkan

kurangnya pengetahuan tentang bahaya narkoba dan juga kurangnya pengawasan

dari aparatur negara. Situasi permasalahan narkoba di Indonesia telah memasuki

masa kritis. Mencermati kondisi tersebut maka diperlukan pembekalan

pengetahuan bagi masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba, sehingga

masyarakat bisa saling mendidik dan menyelamatkan diri dari penyalahgunaan

narkoba.

Di Jawa Tengah sendiri kasus penyalahgunaan narkoba tertinggi di duduki

Kota Surakarta atau lebih kita kenal dengan Kota Solo. Peredaran narkoba di Kota

Surakarta sudah sangat tinggi. Dari dat Badan Narkotika Provinsi, sedikitnya

kasus penyalahgunaan narkoba di kota Surakarta adalah 70 kasus/tahun. Jumlah

tersebut paling tinggi di Jawa Tengah. Setelah Surakarta, Semarang menempati

urutan kedua, disusul Purwokerto, Cilacap, Magelang, Tegal, dan Pekalongan.

Menurut data BNN tahun 2013 populasi penduduk usia produktif di Jawa Tengah

adalah 23.3 juta jiwa, sebanyak 493.533 jiwa di antaranya terindikasi sebagai

pengguna narkoba. Bahkan angka pravelensi pengguna narkoba di Jawa Tengah

sebesar 2.11 % lebih tinggi disbandingkan dengan pravelensi nasional yang hanya

1.9 % (Arie Sunaryo, 2014)


Surakarta sebagai salah satu kota dengan kasus penyalahgunaan narkoba

tertinggi di Jawa Tengah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengawasan

peredaran narkoba di Kota Surakarta. Letak Surakarta yang berada pada segitiga

emas yakni antara Yogyakarta dan Jawa Timur dan juga sebagai daerah

perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga menjadi pintu gerbang

utama dari Jawa Timur untuk masuk ke Jawa Tengah atau sebaliknya,

menyebabkan Surakarta sangat rentan dengan kasus peredaran narkoba. Salah

satu usaha yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta untuk menanggulangi

peredaran narkoba adalah dengan dibentuknya “Kampung Bebas Narkoba”.

Salah satu kampung bebas narkoba yang sudah terbentuk adalah Kampung

Bebas Narkoba Reksoniten yeng terletak di Kelurahan Gajahan RW VIII

Kecamatan Pasar Kliwon. Pembentukan kampung ini di pelopori oleh Gerakan

Nasional Anti Narkoba (Granat) Surakarta. Kampung Bebas Narkoba Reksoniten

merupakan kampung bebas narkoba pertama yang dibentuk dan dan dijadikan

sebagai percontohan untuk 10 kelurahan yang akan menjadi target pembentukan

kampung bebas narkoba. Kampung ini dibentuk menjadi kampung bebas

narkoba dikarenakan kampung ini pada awalnya merupakan tempat transaksi

penyebaran peredaran gelap narkoba dan kasus penyalahgunaan narkoba di

kampung ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan

citra kampung ini menjadi negatif.

Pembentukan kampung bebas narkoba di Kelurahan Gajahan ini

mendapat dukungan BNN, pemerintah daerah Kota Surakarta, serta kepolisian


setempat. Yang tidak kalah penting, masyarakat di kelurahan setempat juga

sangat mendukung gerakan ini. Pemerintah Daerah Kota Surakarta pun

menyiapkan anggaran khusus untuk pembentukan kampung bebas narkoba ini.

Kampung bebas narkoba mengajak semua pihak untuk berpartisipasi aktif

terhadap pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Kepolisian,

Pemerintah Kota Surakarta dan Granat bersama-sama membentuk Satuan Tugas

(Satgas) Anti Narkoba di kampung bebas narkoba Reksoniten. Satgas ini bertugas

untuk memberikan pengawasan dan penyuluhan untuk masyarakat serta

membantu rehabilitasi bagi korban penyalahguna narkoba. Selain Satgas,

masyarakat pun ikut aktif membantu dan memberikan informasi kepada satgas

jika terjadi penyalahgunaan narkoba di daerah tersebut. Dengan terbentuknya

kampung bebas narkoba, masyarakat menjadi lebih tanggap dan sigap terhadap

kemungkinan adanya narkoba. Warga dengan aktif melaporkan kejadian-kejadian

yang mencurigakan di sekitar mereka kepada Satgas.

Setelah sukses dengan pembentukan kampung bebas narkoba di

Kelurahan Gajahan ini, kota Surakarta pun melangkah lebih maju dengan

membentuk Kota Bebas Narkoba. Rencananya pemerintah Kota Surakarta akan

membentuk Satgas bebas penyalahgunaan narkoba diseluruh kelurahan di

Surakarta yang berjumlah 51 kelurahan (Ahmad Rafiq. 2013)

Berdasarkan uaraian tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Determinan dan Pola Pencegahan


Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di

Kelurahan Gajahan Kota Surakarta”

B. IDENTIFIKASI DAN BATASAN MASALAH

Perlu kita sadar bahwa permasalahan penyalahgunaan narkoba semakin

hari semakin meluas kemana-mana hingga ke rumah-rumah, kantor-kantor

bahkan ke sekolah-sekolah. Kalangan muda pun banyak yang menjadi korban

bahkan banyak yang sampai meregang nyawa. Generasi masa depan penerus

bangsa pun rusak bahkan hilang. Hal ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar,

namun juga di kota-kota kecil seperti Surakarta. Perkembangan bahaya narkoba di

Surakarta cukup membahayakan karena sudah menembus seluruh lapisan

masyarakat mulai dari masyarakat biasa, PNS, TNI, Polri bahkan Legislatif

sebagai aparat pemerintahan.

Kota Surakarta sebagai Kota Budaya, kota yang tidak pernah tidur 24 jam

tentu sangat riskan akan bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Salah satu daerah yang yang rawan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba adalah Kelurahan Gajahan. Tempat ini bahkan dikenal sebagai tempat

transaksi peredaran gelap narkoba di Kota Surakarta. Oleh karena itu dibutuhkan

peran serta masyarakat untuk mengatasi masalah penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba yang sudah menyebar ke semua lapisan masyarakat ini. Selain itu

masyarakat juga harus dibekali pengendalian diri dan pengetahuan serta

kesadaran tentang betapa pentingnya mencegah penyalahgunaan narkoba.


Agar masalah yang akan penulis bahas tidak meluas sehingga

mengakibatkan ketidak jelasan pembahasan masalah, maka penulis akan

membatasi masalah yang akan diteliti. Pembahasan masalah tersebut mengenai

1. Faktor penyebab seseorang menyalahgunakan narkoba di Kelurahan

Gajahan, Kecamata Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

2. Pola P4GN di kampung bebas narkoba reksoniten Kelurahan Gajahan,

Kecamatan, Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat P4GN di kampung bebas narkoba

reksoniten Kelurahan Gajahan, Kecamatan, Pasar Kliwon, Kota Surakarta.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor apa sajakah yang menjadi penyebab seseorang menyalahgunakan

narkoba di Kelurahan Gajahan, Kecamata Pasar Kliwon, Kota Surakarta.?

2. Bagaimana pola P4GN di kampung bebas narkoba reksoniten Kelurahan

Gajahan, Kecamatan, Pasar Kliwon, Kota Surakarta ?

3. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan P4GN

di kampung bebas narkoba reksoniten Kelurahan Gajahan, Kecamatan, Pasar

Kliwon, Kota Surakarta ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui faktor apa sajakah yang menjadi penyebab seseorang

menyalahgunakan narkoba di Kelurahan Gajahan, Kecamata Pasar Kliwon,

Kota Surakarta.?

2. Untuk mengetahui bagaimana pola P4GN di kampung bebas narkoba

reksoniten Kelurahan Gajahan, Kecamatan, Pasar Kliwon, Kota Surakarta ?

3. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

pelaksanaan P4GN di kampung bebas narkoba reksoniten Kelurahan

Gajahan, Kecamatan, Pasar Kliwon, Kota Surakarta ?

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Kegunaan Teoris

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan terutama bagi ilmu sosial khususnya

dalam bidang menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi masyarakat

Dapat memberikan gamabaran dalam menghadapi masalah sosial

diantaranya adalah penyalahgunaan narkoba dan penyalahgunaan

tersebut dapat dicegah dengan memberikan pengetahuan kepada

masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan narkoba sehingga


masyarakat akan lebih tanggap dalam memberantas penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba disekitar mereka.

b. Bagi kampung bebas narkoba

Sebagai bahan kajian bagi Kampung bebas narkoba dalam

mengantisipasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Selain itu

dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang

kegiatan-kegiatan atau program-program yang perlu diintensifkan agar

pembentukan kampung bebas narkoba bekerja secara efektif.

c. Bagi pemerintah daerah

Dapat memberikan gambaran tentang peranan dan efektivitas kampung

bebas narkoba tersebut dalam melakukan pencegahan, pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di daerah tersebut.

F. BATASAN ISTILAH

Untuk mempertegas ruang lingkup permasalahan serta penelitian lebih

terarah maka istilah-istilah dalam judul penelitian perlu diberi batasan-batasan :

1. Determinan

Determinan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah faktor-faktor

yang menentukan.

2. Pola

Pola adalah bentuk atau model (atau lebih abstrak suatu set peraturan) yang

bisa dipakai untuk membuat atau menghasilkan suatu atau bagian dari

sesuatu.
3. Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan Peredaran Gelap Narkoba

Pencegahan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mencegah, menghadapi,

atau mengatasi suatu keadaan.

Pemberantasan adalah perbuatan meniadakan sesuatu yang dianggap buruk.

Penyalahgunaan adalah kegiatan menggunakan narkoba tanpa hak atau

melawan hukum.

Peredaran Gelap Narkoba adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan

yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang ditetapkan

sebagai tindak pidana narkoba.

4. Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya)

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,

baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU. No 35 Tahun 2009

tentang Narkotika)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku (UU. No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika).


G. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Narkoba

Narkoba merupakan kependekan dari Narkotika, Psikotropika dan

bahan adiktif lainnya. Narkoba atau sering disebut NAPZA adalah

obat/bahan/zat, yang bukan tergolong makanan. Jika diminum, dihisap,

dihirup,ditelan, atau disuntikkan berpengaruh terhadap kerja otak (susunan

saraf pusat) dan sering menyebabkan ketergantungan. Akibatnya kerja otak

berubah (meningkat atau menurun). Demikian pula fungsi vital organ tubuh

lain seperti jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain. (Martono dan

Satya, 2006 : 05 )

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (UU. No

35 Tahun 2009 tentang Narkotika). Narkotika digolongkan menjadi tiga

golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut.

Yang termasuk jenis narkotika adalah sebagai berikut :

1) Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,

jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan

damar ganja.
2) Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta

campuran-campura dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan

tersebut di atas.

Psikotropika menurut UU. No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Zat yang

termasuk psikotropika antara lain : Sedatin (Pil KB), Rohypnol, Magadon,

Valium, Madrax, Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat,

Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic

Diethylamide) dan sebagainya.

Bahan atau Zat Adiktif lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi

sintesis maupun sintesis yang dapat dipakai sebagaipengganti morfina atau

kokaina yang dapat mengganggu sistem syaraf pusat seperti : alkohol yang

mengandung ethyl etanol, inhalen atau sniffing (bahan pelarut) berupa zat

organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan

oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap.

Contoh : lem atau perekat, aceton, ether dan sebagainya (Resmining, 2014

:11)

Seseorang terjebak dalam ketergantungan narkoba karena beberapa

alasan sebagai berikut (Thaha, 2006:07)


a. Tahap coba-coba

Pada awalnya seorang pecandu narkoba penasaran dan ingin tahu rasanya.

Mereka kemudian memakai sedikit demi sedikit. Akhirnya mereka

ketagihan dan kecanduan. Mencoba-coba merupakan awal seseorang

menjadi pecandu narkoba.

b. Ingin diakui atau ditekan kelompok

Seseorang yang baru menjadi anggota kelompok ingin dianggap bisa

menyesuaikan diri atau ingin tampak berani dan gagah. Kemudian ia

mengikuti kebiasaan anggota kelompok lainnya sebagai pemakai narkoba.

Atau, anggota kelompok lainnya menekan atau memaksa dia untuk ikut

ramai-ramai memakai narkoba. Karena ada ancaman, paksaan, dan

tekanan anggota kelompok lainnya akhirnya dia tak berdaya mengikuti

kelompok mereka sebagai pemakai narkoba.

c. Mencontoh orang lain sebagai idolanya

Seseorang mengikuti kebiasaan idolanya yang memakai narkoba. Berawal

dari ikut-ikutan, namun pada akhirnya ketagihan.

d. Ingin lari atau melupakan situasi sulit yang di alaminya

Ketika seseorang ditimpa musibah, tidak mampu menyelesaikan masalah,

stress dan lainnya dia merasa bosan dengan kenyataan hidup yang pahit,

karena tidak bisa mengatasinya. Dengan memakai narkoba dia

menganggap bahwa persoalan yang dihadapinya akan selesai. Padahal,


mereka sebenarnya bukan mengatasi masalah melainkan menambah

masalah baru.

e. Ingin senang-senang atau berfoya-foya

Anggapan bahwa kehidupan ini sangat menyengsarakan masa

depannya membuat seseorang memilih bersenang-senang dan berpesta ria

dengan narkoba. Padahal, kesenangan sesaat yang menipu mereka.

Narkoba dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dan golongan. Di

bawah ini adalah uraian tentang jenis narkoba dan beberapa zat yang

termasuk dalam golongannya menurut Undang-undang :

1) Menurut UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika adalah

zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Menurut Undang-undang tersebut narkotika digolongkan menjadi

beberapa golongan sebagai berikut :

a) Narkotika golongan I adalah Narkotika yang hanya dapat

digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan

tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan.

b) Narkotika golongan II adalah Narkotika berkhasiat pengobatan

digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam


terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

c) Narkotika golongan III adalah Narkotika berkhasiat pengobatan

dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan.

2) Menurut UU No. 5 Tahun 1997, Psikotropika adalah zat atau obat,

baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Menurut Undang-undang tersebut psikotropika dibagi menjadi

beberapa golongan sebagai berikut :

a) Psikotropika golongan I, amat kuat menyebabkan

ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi. Contoh :

MDMA (ekstasi), LSD, dan STP

b) Psikotropika golongan II, kuat menyebabkan ketergantungan,

digunakan pada terapi. Contoh : amfetamin, mrtamfitamin

(shabu), fensiklidin, dan ritalin.

c) Psikotropika golongan III, potensi sedang menyebabkan

ketergantungan, banyak digunakan dalam terapi. Contoh :

pentobarbital dan flunitazepam.


d) Psikotropika golongan IV, potensi ringan menyebabkan

ketergantungan dan sangat luas digunakan dalam terapi. Contoh :

diazepam, klobazam, fenobarbital, barbital, klorazepam,

klordiazepoxide, dan nitrazepam.

Terdapat empat golongan psikotropika menurut Undang-undang

tersebut, namun setelah diundangkannya UU No. 35 Tahun 2009

tentang narkotika, maka psikotropika golongan I dan II

dimasukkan ke dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat

ini apabila kita bicara masalah psikotropika hanya menyangkut

psikotropika golongan III dan IV sesuai UU No. 5 Tahun 1997.

3) Zat Adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh

psikoaktif di luar Narkotika dan Psikotropika, meliputi : Minuman

Alkohol, mengandung etanol atil alkohol, yang berpengaruh

menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari

kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Zat

adiktif yang sering disalahgunakan adalah :

a) Alkohol, yang terdapat pada berbagai minuman keras

b) Inhalansial/solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang

terdapat pada berbagai keperlua pabrik, kantor, dan rumah

tangga.

c) Nikotin, yang terdapat pada tembakau


d) Kafein pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit

kepala tertentu.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penggolongan

narkoba didasarkann atas pengaruhnya terhadap tubuh manusia.

Penggolongan tersebut adalah sebagai berikut (Martono dan Satya : 2006 :

07)

a) Opidia, mengurangi rasa nyeri dan menyebabkan mengantuk, atau

turunnya kesadaran. Contoh : opium, morfin, heroin, dan petidin.

b) Ganja (Mariyuana, Hasis), menyebabkan perasaan riang, meningkatnya

daya khayal, dan berubahnya perasaan waktu.

c) Kokain dan daun koka, tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas

otak/fungsi organ tubuh lain)

d) Golongan Amfetamin (stimulansia). Contoh : amfetamin, shabu, ekstasi.

e) Alkohol, yang terdapat pada minuman keras.

f) Halusinogen, memberikan halusinasi (khayal). Contoh : LSD

g) Sedavita dan hipnotika (obat penenang/obat tidur, seperti pil BK, MG)

h) PCP (Fensiklidin)

i) Solven dan Inhalasi : gas atau uap yang dihirup. Contoh : tiner dal lem.

j) Nikotin, terdapat pada tembaku (termasuk stimulansia).

k) Kafein (Stimulansia), terdapat pada kopi, berbagai jenis obat penghilang

rasa sakit atau nyeri, dan minuman a.


Berdasarkan efek yang ditimbulkan narkoba dikelompokkan sebagai

berikut (Resmining, 2014 : 24-25) :

a) Halusinogen, yaitu efek dari narkoba yang dapat mengakibatkan

seseorang menjadi berhalusinasi dengan melihat suatu hal atau benda

yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata bila dikonsumsi dalam dosis

tertentu. Contoh : kokain dan LSD

b) Stimulan, yaitu efek dari narkoba yang dapat mengakibatkan kerja organ

tubuh seperti jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga

menyebabkan penggunanya lebih bertenaga serta cenderung membuatnya

lebih senang dan gembira untuk sementara waktu.

c) Depresan, yaitu efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat

dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa

tenang bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri. Contoh : putaw

d) Adiktif, yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan, seseorang

yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi

karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung

bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba memutus syaraf-

syaraf dalam otak. Contoh : ganja, heroin, dan putaw.

2. Penyalahgunaan Narkoba

Menurut UU No. 35 Tahun 2009, penyalahgunaan merupakan

orang yang tanpa hak/melanggar hukum menggunakan narkoba.


Sedangkan penyalahgunaan narkoba menurut Martono dan Satya

(2006:17) adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk

maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam

jumlah berlebihan yang secara kurang teratur, dan berlangsung cukup

lama, sehingga menyebabkan gangguan fisik, mental dan kehidupan

sosialnya.

Laporan Tahunan United Office on Drugs and Crime (UNODC)

2010 menyebutkan bahwa pada tahun 2008, diperkirakan antara 155

sampai dengan 250 juta orang (3.5% s/d 5.7% dari penduduk yang

berumur 15-64 tahun) menggunakan narkoba minimal sekali dalam

setahun. Penyalahgunaan narkoba menempati ranking ke-20 dunia sebagai

penyebab terganggunya kesehatan, dan menempati rangking ke 10

dinegara-negara berkembang. Penyalahgunaan narkoba sangat rentan

terkena HIV, Hepatitis, dan TBC yang mudah menyebar ke seluruh

lapisan masyarakat. UNODC memandang ketergantungan narkoba sebagai

masalah kesehatan. Penyalahguna dan pecandu narkoba dapat dibantu,

adiksi mereka dapat dirawat dan orang-orang ini dapat dipulihkan serta

dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat lingkungannya.

Menjadikan penyalahguna dan pecandu narkoba sebagai pelaku kejahatan

dipandang sebagai cara yang tidak efektif dalam mengatasi permasalahan

narkoba (Edaran BNN 2011).


Penyalahgunaan narkoba dapat diketahui dari hal-hal sebagai

berikut (Martono dan Satya, 2006 : 81-82) :

a. Adanya perubahan perilaku seperti menurunnya prestasi, suka

berbohong, mudah marah, kasar, bersikap lebih tertutup dan

sebagainya.

b. Ditemukan narkoba dan perangkat pemakaiannya seperti pil, serbu dan

lintingan rokok serta alat-alatnya seperti botol, alat suntik dan

seagainya.

c. Gejala-gejala fisik atau jasmaniah seperti mata merah, susah

konsentrasi, pupil mata melebar dan sebagainya.

Penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan dampak yang sangat luas

dan buruk bagi pemakainya. Hal ini dikarenakan narkoba dapat

menimbulkan ketergantungan yang merugikan. Adapun faktor penyebab

penyalahgunaan narkoba menurut Resmining (2004: 52-53) adalah

sebagai berikut :

a) Faktor dari diri sendiri

1) Kurangnya keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

2) Kurangnya pengetahuan mengenai narkoba.

3) Rasa ingin tahu yang sangat tinggi sehingga ada keinginan untuk

mencoba hal-hal baru.


b) Faktor keluarga dan lingkungan

1) Ketidakharmonisan dalam keluarga.

2) Kurangnya komunikasi dan kasih sayang dalam keluarga.

3) Lingkungan pergaulan yang kurang baik.

4) Kondisi lingkungan sekolah yang tidak mendukung.

Narkoba membawa dampak yang sangat kompleks bagi pemakainya.

Akibat dari penyalahgunaan narkoba (Martono, 2006 : 24 ) yaitu :

a. Bagi diri sendiri

1) Terganggunya fungsi otak dan perembangan moral remaja seperti

mudah lupa, sulit berkonsentrasi, suka mengkhayal dan sebagainya.

2) Intoksikasi (keracunan), yaitu gejala yang timbul akibat pemakaian

narkoba bergantung jenis, jumlah dan cara penggunaannya.

3) Overdosis yang akhirnya menimbulkan kematian, gangguan

kesehatan, gangguan perilaku (acuh tak acuh, sulit mengendalikan

diri, mudah marah, hubungan dengan keluarga dan semua

terganggu).

4) Gejala putus zat, yaitu gejala ketika dosis yang dipakai berkurang

atau dihentikan pemakainya.

5) Gangguan mental-sosial atau perilaku seperti acuh, sulit

mengendalikan diri, mudah tersinggung dan paranoid.


6) Gangguan kesehatan, yaitu kerusakan atau gangguan fungsi organ

tubuh seperti hati, jantung, paru-paru, ginjal, infeksi hepatitis dan

lain-lain.

7) Keuangan dan hukum, yaitu keuangan menjadi kacau karena harus

memenuhi kebutuhannya akan narkob dan ia jug akan terkena

sanksi hukum.

b. Bagi keluarga

Orang tua putus asa karena masa depan anak tidak jelas, dapat

mengalami stress karena menanggung malu dan kehidupan ekonomi

terganggu akibat penyalahgunaan narkoba tersebut.

c. Bagi Sekolah

Narkoba dapat merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting

dalam proses belajar. Siswa penyalahgua narkoba juga mengganggu

keamanan, adanya perusakan barang-barang sekolah serta

meningkatkan perkelahian bahkan dapat juga tawuran antar pelajar.

d. Bagi masyarakat, bangsa dan negara

Dapat mengganggu kesinambungan pembangunan, masyarakat tidak

produktif dan tingat kejahatan pun meningkat.


Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam upaya pencegahan

penyalahgunaan narkoba. Menurut Partdiharjo (2007:100-107) ada lima bentuk

penanggulangan masalah narkoba yaitu :

a. Promotif

Disebut juga preemtif atau program pembinaan. Program ini ditunjukkan kepada

masyarakat yang belum memakai narkoba atau bahkan belum mengenal narkoba.

Pelaku program promotif yang paling tepat adalah lembaga-lembaga

kemasyarakatan yang difasilitasi dan diawasi oleh pemerintah. Bentuk program :

Pelatihan, dialog interaktif, dan lain-lain pada kelompok belajar, kelompok

olahraga, seni budaya atau kelompok usaha.

b. Preventif

Disebut juga program pencegahan. Program ini ditunjukkan kepada masyarakat

sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk narkoba

sehingga tidak tertaril untuk menyalahgunakannya. Selain dilakukan oleh

pemerintah (instansi terkait), program ini juga sangat efektif jika dibantu oleh

instansi dan institusi lain, termasuk lembaga profesional terkait, lembaga swadaya

masyarakat, perkumpulan, ormas dan lain-lain. Bentuk kegiatan : Kampanye anti

penyalahgunaan narkoba, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan kelompok

sebaya.

c. Kuratif

Disebut juga pengobatan. Program ini ditunjukkan kepada pemakai narkoba.

Tujuannya adalah mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit


sebagai akibat dari pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan narkoba. Tidak

sembarang orang boleh mengobati pemakai narkoba. Pemakai narkoba sering

diikuti oleh masuknya penyakit-penyakit berbahaya serta gangguan mental dan

moral. Pengobatannya harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari narkoba

secara khusus. Bentuk kegiatan adalah pengobatan penderit atau pemakai.

d. Rahabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditunjukkan

kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar

ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh bekas

pemakai narkoba.

e. Represif

Represif adalah program penindakan terhadap produsen, bandar, pengedar, dan

pemakai berdasarkan hukum. Program ini merupakan program instansi

pemerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun

distribusi semua zat yang tergolong narkoba. Selain mengendalikan produksi dan

distribusi, program represif berupa penindakan juga dilakukan terhadap pemakai

sebagai pelanggar undang-undang tentang narkoba. Instansi yang bertanggung

jawab terhadap distribusi, produksi, penyimpanan, dan penyalahgunaan narkoba

adalah :

1) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

2) Departemen Kesehatan

3) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai


4) Direktorat Jenderal Imigrasi

5) Kepolisian Republik Indonesia

6) Kejaksaan Agung/Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri

7) Mahkamah Agung/Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri

3. Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(P4GN)

Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkoba (P4GN) merupakan strategi nasional yang dikeluarkan dalam hal

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Dibawah ini adalah

pedoman P4GN yang dikeluarkan BNN (Edaran BNN :2011)

a. Visi

Bersama mewujudkan “Indonesia Bebas Narkoba 2015”

b. Misi

Melakukan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran

gelap narkoba secara komprehensif dan sinergis.

c. Tujuan

Terwujudnya “Indonesia Bebas Narkoba Tahun 2015”

d. Sasaran

Meningkatnya jumlah masyarakat yang imun, menurunnya angka pravelensi

penyalahguna narkoba dibawah 2.8 % dari jumlah penduduk Indonesia, dan


meningkatnya pengungkapan jaringan peredaran gelap narkoba pada akhir

tahun 2015

e. Arah Kebijakan dibidang P4GN

1) Menjadikan 92,2 % penduduk Indonesia imun terhadap penyalahgunaan

dan peredaran gelap narkoba melalui partisipasi aktif seluruh komponen

masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dengan menumbuhkan sikap

menolak narkoba dan menciptakan lingkungan bebas narkoba.

2) Menjadikan 2,8 % penduduk Indonesia (penyalahguna narkoba) secara

bertahap mendapat layanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

melalui rawat inap atau rawat jalan serta mencegah kekambuhan dengan

program after care (rawat lanjut).

3) Menumpas jaringan sindikat narkoba hingga ke akar-akarnya melalui

pemutusan jaringan sindikat narkoba dalam dan/atau luar negeri dan

menghancurkan kekuatan ekonomi jaringan sindikat narkoba dengan cara

penyitaan aset yang berasal dari tindak pidana narkotika melalui

penegakan hukum yang tegas dan keras.

f. Strategi P4GN

1) Strategi di Bidang Pencegahan

a) Upaya menjadikan siswa/pelajar pendidikan menengah dan

mahasiswa memiliki pola pikir, sikap, dan terampil menolak

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.


b) Upaya menjadikan para pekerja memiliki pola pikir, sikap dan

terampil menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

2) Strategi di Bidang Pemberdayaan Masyarakat

a) Upaya menciptakan lingkungan pendidikan menengah dan kampus

bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba terutama

ganja, shabu, ekstasi, dan heroin.

b) Upaya menciptakan linkungan kerja bebas dari penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba terutama ganja. Shabu, ekstasi, dan heroin.

c) Upaya penyadaran dengan pemberdayaan masyarakat di daerah-

daerah yang secara sosiologis dan ekonomis melakukan penanaman

ganja.

d) Upaya penyadaran dengan pemberdayaan masyarakat terhadap

masyarakat yang belum terkena narkoba, penyalahgunaan narkoba,

dan pelaku peredaran gelap narkoba di kampung permata, Jakarta

Barat, DKI Jakarta, dan pengembangan program di tempat rawa kota

lainnya.

3) Strategi di Bidang Rehabilitasi

a) Upaya mengintensifkan pelaksanaan wajib lapor pecandu narkotika.

b) Upaya memberikan pelayanan rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial kepada penyalahgunaan dan pecandu narkoba.


c) Upaya pembangunan kapasitas lembaga rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial secara prioritas berdasarkan kerawanan daerah

penyalahgunaan narkoba.

d) Upaya pembinaan lanjut kepada mantan penyalahguna, korban

penyalahguna, dan pecandu narkoba untuk mencegah terjadinya

kekambuhan kembali (relapse).

4) Strategi di Bidang Pemberantasan

a) Upaya pengawasan yang ketat terhadap impor, produksi, distribusi,

pengguna (end user), ekspor, dan re-ekspor bahan kimia prekursor,

dan penegakan hukum terhadap jaringan tersangka yang melakukan

penyimpangan.

b) Upaya pengungkapan pabrikan gelap narkoba dan/atau labolatorium

rumahan dan jaringan sindikat yang terlibat.

c) Upaya pengungkapan tindak pidana pencucian uang yang berkaitan

dengan tindak pidana narkotika secara tegas dan keras sesuai

peraturan perundang-undangan.

d) Upaya penyelidikan dan penyidikan, penuntutan, dan peradilan

jaringan sindikat narkoba baik dalam maupun luar negeri secara

sinergi.

e) Upaya penindakan yang tegas dan keras terhadap aparat penegak

hukum dan aparat pemerintah lainnya yang terlibat jaringan sindikat

narkoba.
f) Upaya peningkatan kerjasama antar aparat penegak hukum tingkat

internasional guna penangkapan jaringan sindikat luar negeri.

H. METODE PENELITIAN

1. Dasar Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dengan maksud untuk

memperoleh data yang lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya. Metode pada hakikatnya memberikan pedoman tentang cara

seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan yang

dihadapi. (Soekanto, 1986 : 06 )

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Menurut Bodga dan Taylor penelitian adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang atau perilaku yang diamati (Moleong, 1992:3)

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kampung Bebas Narkoba

Reksoniten yang terletak di Kelurahan Gajahan RW VIII, Kecamatan Pasar

Kliwon, Kota Surakarta.

3. Fokus Penelitian

Penetapan fokus suatu penelitian memiliki dua maksud tertentu. Pertama,

penetapan fokus dapat membatasi studi. Jadi dalam hal ini fokus akan

membatasi bidang inkuiri. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk

memenuhi kriteria inklusi-inklusi atau kriteria masuk-keluar suatu informasi


yang diperoleh di lapangan. (Moleong, 2007:94). Dalam penelitian ini yang

menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang menyalahgunakan

narkoba pada pecandu narkoba di kelurahan Gajahan. Dalam hal ini

peneliti mencari informasi kepada Satgas dan pengurus kampung bebas

narkoba.

b. Pola atau strategi P4GN yang dilakukan oleh satgas dan pengurus anti

narkoba kelurahan Gajahan dalam menerapkan strategi P4GN.

c. Faktor apakah yang menjadi pendukung maupun penghambat di dalam

upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba bagi masyarakat Kota

Surakarta yang dilakukan oleh satgas dan pengurus.

4. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland dan Loftlan sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2007 : 157). Sumber data dalam

penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010:172)

Sumber data dari peneletian ini terbagi menjadi dua hal, yaitu

meliputi data yang bersifat primer dan sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung dari

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan.

Data primer ini disebut juga data asli atau baru. Untuk penelitian ini data
primer berupa hasil wawancara dengan responden. Responden dalam

penelitian ini yaitu : Ketua RT dan RW Kampung Bebas Narkoba

Reksoniten Kelurahan Gajahan, Anggota Satgas Kampung Bebas

Narkoba, Kepolisian Sektor Pasar Kliwon dan beberapa masyarakat

Kampung Bebas Narkoba.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini

biasanya dari perpustakaan atau dari laporan penelitian terdahulu

(Moleong, 2007 : 159 ). Untuk penelitian ini data sekundernya berupa

buku, dokumen-dokumen, surat kabar yang terkait dengan materi faktor

penyebab penyalahgunaan narkoba di kota Surakarta.

5. Metode Pengumpulan Data

6. Keabsahan Data

7. Analisis Data

8.

Anda mungkin juga menyukai