Anda di halaman 1dari 7

TEORI KULTIVASI

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori kultivasi memusatkan perhatian pada dampak menonton tayangan
televisi pada perilaku penonton televisi dalam jangka waktu yang panjang. Teori
ini beranggapan bahwa manusia yang selalu menonton tayangan tertentu dengan
waktu yang lama maka akan memiliki sebuah pemahaman bahwa dunia di
sekelilingnya seperti yang ditayangkan di televisi. Misalnya saja seseorang yang
selalu menonton acara-acara yang mengandung tayangan kekerasan (baik film
maupun berita) dengan durasi lama dan frekuensi yang sering, maka akan
memiliki pola pikir bahwa perilaku kekerasan seperti yang ditunjukkan di televisi
mencerminkan kejadian di sekitarnya. Kekerasan yang dipresentasikan di televisi
dianggap sebagai kekerasan yang terjadi di dunia. Pada makalah ini akan akan
dijelaskan mengenai beberap hal dalam teori kultivasi, diantaranya adalah sejarah
dan pengertian teori, asumsi dasar, proses dan produk dalam teori kultivasi,
kelebihan dan kekurangan teori kultivasi, manfaat mempelajari teori kultivasi, dan
contoh venomena yang berkaitan dengan teori kultivasi.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Pengertian Teori


Pada akhir tahun 1950an dan awal tahun 1960an, televisi mencapai
puncak popularitasnya yang ditunjukkan dengan banyaknya jumlah khalayak
massa yang menggunakan media televisi. Keadaan ini menarik minat para peneliti
komunikasi. Mereka kemudian melakukan banyak penelitian untuk melihat efek
televisi terhadap khalayak massa. Anggapan utama dari teori kultivasi adalah

1
adanya perbedaan di antara dunia nyata yang langsung dialami manusia melalui
indera-inderanya dan dunia yang dibentuk secara sosial yang ada di dalam kepala
orang itu.

Teori kultivasi pertama kali dikenalkan oleh George Gerbner melalui


sebuah proyek penelitian yang bernama “Cultural Indicators” yang dilakukan
pada sekitar tahun 1960. proyek penelitian ini dimulai dengan
mendokumentasikan tingkatan kekerasan dan informasi sosial lainnya yang
relevan dalam berbagai jenis program televisi terutama program prime-time dan
program anak-anak. Ketika proyek ini berjalan, televisi secara berulang-ulang
terus menayangkan kekerasan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
bagaimana televisi mempengaruhi sudut pandang pemirsa tentang dunia di
sekitarnya. Para ahli berpendapat bahwa televisi memiliki efek jangka panjang
yang berlangsung secara sedikit demi sedikit, bertahap, tidak langsung, namun
kumulatif dan signifikan.

Hipotesis dasar teori kultivasi adalah menonton televisi secara berlebihan


dapat berdampak pada adanya kecenderungan untuk mempertahankan konsepsi
tentang realitas yang senada dengan gambaran yang disajikan oleh media. Hasil
dari analisis kultivasi atau teori kultivasi yang pertama dikenalkan oleh George
Gerbner dan Larry Gross di tahun 1976 dalam Journal of Communication dengan
judul artikel Living with Television : The Violence Profile. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemirsa kelas berat melihat dunia sebagai tempat yang
menakutkan.

B. Asumsi Dasar Teori

Teori kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa televisi bertangggung


jawab dalam membentuk atau mengkultivasi konsepsi atau cara pandang pemirsa
televisi terhadap realitas sosial. Efek massif televisi yang menerpa khalayak
secara terus menerus secara bertahap membentuk persepsi tentang realitas sosial
bagi individu dan budaya secara keseluruhan.

2
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap-sikap serta
nilai-nilai yang telah tersaji dalam suatu budaya melalui komunikasi satu arah
bukan komunikasi dua arah. Media mengelola dan mempropaganda nilai-nilai
tersebut diantara anggota sebuah budaya, kemudian mengikatnya bersama-sama.
Ia juga berpendapat bahwa televisi cenderung untuk menanamkan perspektif
politik. Media massa khususnya televisi memiliki karakteristik media
penyiaran yang khusus serta memudahkan televisi dalam menanamkan berbagai
sikap dan nilai budaya yaitu audiovisual. Penelitian Cultural Indicators yang
diprakarsai oleh Gerbner memiliki lima asumsi dasar yang merupakan respon
terhadap asumsi yang dirumuskan oleh kaum postpositivisme di awal tahun
1970an. Kelima asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dikarenakan isi media televisi diproduksi secara masal dan berperan penting
dalam budaya Amerika, maka televisi dipandang memiliki pengaruh yang besar
dibandingkan dengan bentuk media massa lainnya.
2. Televisi tidak menyebabkan perilaku kekerasan, namun televisi berperan dalam
membentuk sikap dan kepercayaan tentang masyarakat dan orang lain.
3. Televisi menanamkan nilai-nilai serta sikap yang telah ada dalam budaya.
Televisi memberikan pelayanan untuk memperkuat status quo bukan untuk
melawannya.
4. Menonton televisi selama lebih dari empat jam sehari dapat menyebabkan mean
world syndrome.
5. Televisi tidak merefleksikan realitas namun menciptakan realitas alternatif.

C. Proses dan Produk dalam Teori Kultivasi


Teori kultivasi menekankan pada sistem makro pengaruh televisi terhadap
masyarakat secara keseluruhan. Karenanya untuk menggambarkan pandangan
mereka tentang televisi sebagai sebuah media yang berpengaruh secara budaya,
para peneliti kultivasi bersandar pada 4 (empat) tahapan proses, yaitu:
1. Analisis sistem pesan

3
Dalam analisis kultivasi atau teori kultivasi, analisis sistem pean
merupakan alat untuk membuat sistematis, reliabel, dan kumulatif suatu
pengamatan tentang isi pesan televisi. Para peneliti kultivasi
mengembangkan sebuah hipotesa tentang apa yang akan orang pikirkan
tentang berbagai aspek realitas jika semua yang diketahui mengenai suatu
isu atau fenomena merupakan hasil potret televisi.
2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan tentang realitas sosial pemirsa

Tahap kedua dalam proses teori kultivasi adalah menyusun


berbagai pertanyaan mengenai realitas sosial pemirsa.
3. Melakukan survei khalayak
Survei ini dilakukan kepada khalayak dengan tujuan untuk
mengetahui atau memahami kehidupan khalayak termasuk di dalamnya
melakukan survei terhadap tingkat konsumsi televisi oleh khalayak.
Survei dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang disusun
berdasarkan realitas sosial. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian
digunakan untuk mengevaluasi karakterstik spesifik dari partisipan.
Berbagai item yang diukur diantaranya adalah konsumsi televisi,
hubungan antara karakteristik kebiasaan menonton televisi dan kondisi
sosial, ekonomi, dan pandangan politik para partisipan.
4. Perbedaan kultivasi
Tahapan ini digambarkan sebagai jumlah persentase perbedaan
tanggapan antara pemirsa ringan dan pemirsa berat. Hal-hal yang diukur
adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, dan karakteristik lainnya.

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kultivasi

 Kelebihan Teori

a. Mengkombinasikan teori-teori makro dan mikro.


b. Menyediakan penjelasan yang rinci tentang peran unik televisi.

4
c. Menerapkan studi empiris untuk asumsi humanistik yang dimiliki secara
luas.
d. Mendefinisikan kembali efek sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar
perubahan perilaku yang dapat diamati.
e. Menerapkan beragam isu-isu secara lebih luas.
f. Menyediakan dasar-dasar bagi perubahan sosial.
 Kekurangan Teori
a. Secara metodologi bermasalah.
b. Mengasumsikan homogenitas isi pesan televisi.
c. Menekankan pada pemirsa kelas berat televisi.
d. Sangat sulit diterapkan pada media selain televisi.

E. Manfaat Mempelajari Teori Kultivasi

Dengan mempelajari teori kultivasi dapat memberikan beberapa manfaat,


diantaranya adalah :
1. Memahami latar belakang sejarah yang mendasari lahirnya teori kultivasi
sebagai salah satu teori efek media massa.
2. Memahami asumsi-asumsi dasar dalam teori kultivasi.
3. Memahami proses dan produk dari analisis kultivasi atau teori kultivasi
yang telah dilakukan oleh para peneliti kultivasi.
4. Memahami kelebihan serta kekurangan teori kultivasi.
5. Memahami berbagai kritik yang disampaikan oleh para peneliti lainnya
terhadap teori kultivasi.

F. Contoh Fenomena Teori Kultivasi


Membahas terkait fenomena atau kasus yang berkaitan dengan teori
kultivasi, indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak kasus atau
fenomena tersebut. Sekitar pada tahun 2006 tayangan acara smackdown adalah
salah satu tayangan televisi yang banyak digemari oleh kalangan anak-anak
indonesia. Tidak lama kemudian, pada akhir tahun dikabarkan terdapat berita
yang membawakan kasus kematian anak-anak dikarnakan mengikuti tayangan

5
televisi. Jakarta, Rabu 29 November 2006 Antara News memberitakan bahwa
Komisi Nasionaal Perlindungan Anak menyatakan tidak akan memberikan
toleransi penayangan acara smackdown di telievisi karena telah mengakibatkan
terjadinya dua anak meninggal dunia akibat menirukan tontonan acara tersebut.
“Tayang smackdown telah menjadi candu bagi anak-anak untuk melakukan
kekerasan, untuk itu harus dihentikna,” kata Sekretaris Jendral Komnas PA.

BAB 3
KESIMPULAN

Teori Kultivasi lahir dalam situasi ketika terjadi perdebatan antara


kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini efek sangat kuat media massa
(powerfull effects model) dengan kelompok yang mempercayai keterbatasan efek
media (limited effects model), dan juga perdebatan antara kelompok yang
menganggap efek media massa bersifat langsung dengan kelompok efek media
massa bersifat tidak langsung atau kumulatif. Teori kultivasi muncul untuk
meneguhkan keyakinan orang, bahwa efek media massa lebih besifat kumulatif
dan lebih berdampak pada tataran sosial-budaya ketimbang individual. Teori
kultivasi ini banyak dipakai dalam penelitian oleh para peneliti yang ingin
mengetahui dampak dari Televisi yang merupakan bentuk media massa.
Walaupun secara umum tayangan televisi mampu mempengaruhi perilaku
penonton sebagaimana yang disampaikan oleh teori ini, namun semua itu juga
dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh sebab itu faktor-faktor lain itu perlu menjadi
pertimbangan dalam membuat sebuah pernyataan bahwa perilaku khalayak tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh tayangan yang ia tonton.

6
DAFTAR PUSTAKA :

Ahmadi, D., dan Nova Y, (2005), Kekerasan di Televisi; Perspektif Kultivas,


Jurnal Penelitian. Jakarta: Dirjen Dikti.
Kasriani, (2014) “Dampak Tayangan Show Imah Di Trans TV Pada Gaya Bicara
Remaja Di Desa Santan Ilir Kecamatan Marangkayu”, Jurnal Ilmu
Komunikasi. Samarinda: FISIP Universitas Mulawarman.
Oktaviani, R., (2011), “Hubungan Tayangan Reality Show Be A Man di Global
TV dengan Perilaku Asertif Transgender”, Tesis, Universitas Bina Nusantara.

https://www.antaranews.com/berita/47455/komnas-perlindungan-anak-stop-
tayangan-smackdown

Anda mungkin juga menyukai