Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Komunikasi Agribisnis Judul Tugas : Teori Komunikasi Kelas Kelompok : AGRIBISNIS B :1 Disusun Oleh : No. 1. 2. 3. 4. 5. Nama Septian Rindiarto Gerson V Siahaan Muhammad Fahri Rehan Tegar Gidion S.M Ryad J N Siahaan NPM 150610110059 150610110062 150610110067 150610110069 150610110081

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN JATINANGOR 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Agribisnis dan juga untuk memberikan informasi yang jelas serta ringkas mengenai Teori Komunikasi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Komunikasi Agribisnis yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini dan pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Mudahmudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Penulis juga meminta kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan penulis kedepannya.

Bandung, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1. 1.2. 1.3. Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3 2.1. Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi di IndonesiaError! Bookmark

not defined. 2.2. 2.3. Aspek teori yang mempengaruhinya berdasarkan teori-teori ................... 8 Landasan konseptual komunikasi agribisnis ............................................ 9

BAB III ................................................................................................................. 11 PENUTUP ............................................................................................................. 11 3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan

Dalam proseskomunikasi teori akan membina bentuk dan kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Melalui penulisan ini pejelasan tentang beberapa teori komunikasi akan dibuat. [1]Terdapat dua aspek utama yang dilihat secara tidak langsung dalam bidang ini sebagai satu bidang pengkajian yang baru. Aspek pertama ialah perkembangan dari beberapa sudut atau kejaidian seperti teknologi komunikasi, perindustrian dan politik dunia. Teknologi komunikasi contohnya radio, televisi, telefon, setelit, rangkaian komputer telah menghasilkan ide untuk mengetahui apakah kesan perkembangan teknologi komunikasi terhadap individu, masyarakat dan penduduk disebuah negara. Perkembangan politik dunia, memperlihatkah bagaimana kesan politik terhadap publik sehingga menimbulkan propaganda dan pendapat umum. Seterusnya perkembangan perindustrian seperti perminyakan dan perkapalan menuntut betapa perlunya komunikasi yang berkesan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas agar mencapai maksud atau tujuan organisasi tersebut. Aspek kedua ialah dari sudut kajian di mana para pelajar berminat untuk mengkaji bidang-bidang yang berkaitan dengan komunikasi seperti mereka yang dari bidang psikologi sosial mengkaji penggunaan teknologi baru terhadap kesan tayangan animasi kepada anak-anak , propaganda dan dinamik kelompok. penjelasan atas politik dunia seperti menganalisa propaganda Nazi yang mampu mempengaruhi pendengar sehingga mereka patuh dan bersatu. Selanjutnya kajian awal penyelidik atas perindustrian yang pada separuh abad ke20 tertuju kepada memenuhi keinginan sektor pemasaran untuk mengetahui komunikasi dengan lebih dekat setelah pengiklanan menunjukan kepentingannya. Oleh karena itu, bidang komunikasi mengambil langkah dan maju kedepan setelah berlakunya pengembangan dari sudut teknologi komunikasi, perindustrian dan
1

politik dunia serta kajian-kajian yang telah dilakukan. Sehingga bidang komunikasi menjadi bidang pengkajian yang baru dan mula diminati oleh banyak orang. Namun, bidang yang menjadi asas kepada bidang komunikasi ialah bidangbidang sains sosial seperti sosiologi, pendidikan, psikologi sosial,

pengurusan, antropologi danpsikologi. 1.2. Tujuan a. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah komunikasi agribisnis. b. Menyelesaikan makalah tentang teori komunikasi. c. Menambah wawasan tentang teori komunikasi yang ada. 1.3. Rumusan Masalah a. Jelaskan tentang teori interaksi simbolik! b. Jelaskan tentang teori akomodasi komunikasi!

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Interaksi Simbolik 2.1.1 Sejarah Teori Interaksi Simbolik

Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran George Harbert Mead (1863-1931). Mead dilahirkan di Hadley,satu kota kecil di Massachusetts. Karir Mead berawal saat beliau menjadi seorang professor di kampus Oberlin, Ohio, kemudian Mead berpindah-pindah mengajar dari satu kampus ke kampus lain, sampai akhirnya saat beliau di undang untuk pindah dari Universitas Michigan ke UniversitasChicago oleh John Dewey. Di Chicago inilah Mead sebagai seseorangyang memiliki pemikiran yang original dan membuat catatan kontribusi kepada ilmu sosial dengan meluncurkan the theoretical perspectiveyangpada perkembangannya nanti menjadi cikal bakal Teori Interaks iSimbolik, dan sepanjang tahunnya, Mead dikenal sebagai ahli sosialpsikologi un tuk ilmu sosiologis. Mead menetap di Chicago selama 37tahun, meninggal dunia pada tahun 1931 (Rogers. 1994:166). Semasa hidupnya Mead memainkan peranan penting dalammembangun perspektif dari Mahzab Chicago, dimana memfokuskandalam memahami suatu interaksi perilaku sosial, maka aspek internal juga perlu untuk dikaji (West-Turner. 2008: 97). Mead tertarik pada interaksi,dimana isyarat pikiran non verbal dan makna orang yang sedang sampai beliau

dari suatu pesan verbal, akanmempengaruhi

berinteraksi. Dalam terminologiyang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal ( seperti body language,gerak fisik, baju, status, dll ) dan pesan verbal (seperti katakata, suara, dll )yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihakyangterlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol yangmemu nyai arti yang sangat penting (a significant symbol).

2.1.2

Penjelasan Teori Interaksi Simbolik

Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang barudalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu.Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saatini, dimana secara tidak langsung SI merupakan cabang sosiologi dariperspektif interaksional (Ardianto. 2007: 40).Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional, dimanamerupakan satu perspektif yang ada dalam studi salah

komunikasi,

yangbarangkali paling bersifat humanis (Ardianto. 2007: 40). Dimana,perspekti f ini sangat menonjolkan keangungan dan maha karya nilaiindividu diatas pengaru h nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif inimenganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan,berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan maknabuah pikiran yang disepakati secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiapindividu, akan mempertimbangkan sisi individu tersebut, inilah salah satuciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simboldan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu(Soeprapto. 2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yangmengataka n bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalamkonsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yangbisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya denganindividu yang lain. Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto. 2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West-Turner (2008: 96), interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia.

Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Seperti yang dicatat oleh Douglas (1970) dalam Ardianto (2007: 136), Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

2.1.3

Kelebihan dan Kekurangan Teori Interaksi Simbolik

Kelebihan dari teori ini adalah Dengan menggunakan bahasa dan berinteraksi dengan orang lain, kita mengembangkan apa yang dikatakan oleh Mead sebagai pikiran, dan ini membuat kita mampu menciptakan setting interior bagi masyarakat yang kita lihat beroperasi di luar diri kita. Jadi, pikiran dapat digambarkan sebagai cara menginternalisasi masyarakat. Akan tetapi, pikiran tidak haynya tergantung pada masyarakat. Mead menyatakan bahwa keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Pikiran merefleksikan dan menciptakan dunia sosial. Ketika seseorang mempelajari bahasa, ia belajar berbagai norma sosial dan aturan budaya yang mengikatnya. Selain itu, ia juga mempelajari cra-cara untuk membentuk dan mengubah dunia sosial itu melalui interaksi.

Terkait erat dengan konsep pikiran adalah pemikiran(thought), yang dinyatakan oleh Mead sebagai percakapan di dalam diri sendiri. Mead berpegang bahwa tanpa rangsangan sosial dan interaksi dengan orang lain, orang tidak akan mampu mengadakan pembicaraan dalma dirinya sendiri atau mempertahankan

pemikirannya.Menurut Mead, salah satu aktivitas penting yang diselesaikan orang melalui pemikiran adalah pengambilan peran (role taking), atau kemampuan untuk secara simbolik menempatkan dirinya sendiri dalam diri khayalan dari orang lain. Kekurangan dari teori ini adalah Interaksi simbolik memiliki banyak implikasiimplikasi, sehinggateori ini paling sulit untuk disimpulkan. Teori interaksi simbolik berasal dariberbagai sumber, teori, ilmu, metodologi dan lain sebagainya, tetapi tidak

ada satupun sumber yang dapat memberikan pernyataan tunggal mengenai isi dari

teori

ini, kecuali

dalam

satu

hal yaitu, ide

dasar

teori

inibersifat menentang behaviorisme radikal yang dipelopori oleh J. B.Waston. Be haviorisme radikal berpendirian bahwa segala perilaku tiapindividu di tengah inter aksi masyarakat adalah sesuatu yang dapatdiamati.Interaksi simbolik tidak diangg ap cukup heuristik (pemaparanmelalui proses pertanyaanpertanyaan dalam menyelesaikan suatupermasalahan secara sistematis), sehingga memunculkan sedikithipotesis yang bisa diuji dan pemahaman yang minim. 2.1.4 Contoh Kasus SBY

Kajian kasus aktual teori interaksi simbolik adalah mengambilcontoh

bersama Boediono (SBY Berbudi), dimana dua tokoh iniakan menjadi satu dari tiga kandidat calon presiden dan wakil presiden RIperiode 2009-

2014. Alasan penulis untuk memilih contoh ini adalahmenanggapi dikotomidikotomi yang berkembang dimasyarakat sejakdulu, dimana ada dikotomi

menggunakan simbol-simbol yang mengatakanbahwa calon presiden RI harus dari jawa, atau calon presiden dan wakilpresiden berasal dari dua latar belakang yang berbeda, seperti: jawa dannon jawa, sipil dan militer, serta

lain sebagainya.Namun sejak pemilihan Boediono oleh SBY sebagai calonpenda mpingnya menjelang pemilihan presiden RI mendatang, terlihatbanyak kontroversi di tengah komunikasi politik yang berkembang,

antaralain: penolakan partaipartai islam dan 23 partai yang menjadi koalisipartai demokrat, anggapan Boediono sebagai antek kapitalis

yang probarat, anggapan SBY yang tidak mencerminkan nusantara, karena memilih wakil presidennya dari satu provinsi yang sama, seolah-olah tidakmampu mencerminkan kebhineka-an, dan banyak lagi kontroversi lainnya.Penulis beranggapan bahwa di zaman modern saat ini, sudah tidaktepat lagi, jika kita masih terlalu sempit memandang kepemimpinan ituberdasarkan dikotomidikotomi yang ada sejak dulu. SBY menunjukkanbahwa sudah perlu adanya pergeseran saat ini, bahwa simbol-

simbolyang ada dari dikotomi selama ini, sudah waktunya mengalamiperubahan, dan masyarakat perlu mendapatkan pendidikan

politik yangbaik, dimana sudah tidak tepat lagi untuk menilai kepemimpinan darip

andangan yang sempit. Kepemimpinan bukan lagi dilihat berdasarkandikotomi lama, tapi haruslah dilihat dari segala aspek yang kompleks dankapabilitas seseorang itu tanpa memandang asal-usul budayanya. Untukmenjadi negara yang maju, sudah waktunya kita keluar dari Safety box yang selama ini ternyata membelenggu, bahkan menyebabkan bangsa inihanya jalan di tempat.Contoh ini menunjukkan bahwa dalam proses komunikasi individudi tengah interaksi masyarakat, untuk membentuk suatu maknaberdasarka n kesepakatan bersama, tidak lagi mengganggap bahwamakna yang selama ini telah terbentuk itu bersifat sakral.SBY menunjukkan bahwa pemahaman makna bisa bergeser

ataumengalami perubahan sesuai dengan zamannya, terhadap dikotomi-dikotomi yang menggunakan simbol-simbol tersebut, proses pergeseranmakna melalui simbol-simbol dilakukan di tengah interaksi masyarakat,

dengan tujuan untuk membentuk pemaknaan yang baru yang dapatdisepakati secara bersama di tengah masyarakat.

2.2 Teori Akomodasi Komunikasi 2.2.1 Sejarah Teori Akomodasi Komunikasi

Teori ini dikemukakan oleh Howard Giles dan koleganya, teori ini berkaitan dengan penyesuaian interpersonal dalam interaksi komunikasi. Hal ini didasarkan pada observasi bahwa komunikator sering kelihatan menirukan perilaku satu sama lain.

Teori akomodasi komunikasi berawal pada tahun 1973, ketika Giles pertama kali memperkenalkan pemikiran mengenai model mobilitas aksen Yang didasarkan pada berbagai aksen yang dapat didengar dalam situaisi wawancara. Teori akomodasi didapatkan dari sebuah penelitian yang awalnya dilakukan dalam bidang ilmu lain, dalam hal ini psikologi sosial. (West dan Lynn Turner, 2007: 217)

Akomodasi didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan, memodifikasi atau mengatur perilaku seseorang dalam responnya terhadap orang lain. Akomodasi biasanya dilakukan secara tidak sadar. Kita cenderung memiliki naskah kognitif internal yang kita gunakan ketika kita berbicara dengan orang lain. (West dan Lynn Turner, 2007: 217)

2.2.2

Penjelasan Teori Akomodasi Komunikasi

Mengingat bahwa akomodasi dipengaruhi oleh beberapa keadan personal, situasional dan budaya maka dapat diidentifikasikan empat asumsi berikut ini: Persamaan dan perbedaan berbicara dan perilaku terdapat didalam semua percakapan. Pengalaman-pengalaman dan latar belakang yang bervariasi akan menentukan sejauh mana orang akan mengakomodasi orang lain.semakin mirip sikapdan keyakinan kita dengan orang lain,makin kita tertarik kepada dan mengakomodasi orang lain tersebut. Cara dimana kita mempersepsikan tuturan dan perilaku orang lainakan menentukan bagaiman kita mengevaluasi sebuah percakapan. Akomodassi komunikasi adalah teori yang mementingkan bagaimana orang mempersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi dalam sebuah percakapan. Persepsi adalah proses memerhatikan dan menginterpretasikan pesan, dan evaluasi merupakan proses menilai percakapan. Orang pertamakali

mempersepsikan apa yang terjadi dalam percakapan sebelum mereka memutuskan bagaiman mereka akan berperilaku dalam percakapan. Bahasa dan perilaku memberikan informasi mengenai status sosial dan keanggotaan kelompok. Asumsi ketiga ini berkaitan dengan dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain.secara khusus,bahasa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan status dan keanggotaan kelompok diantara para komunikator dalam sebuah percakapan.

Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian dan norma mengarahkan proses akomodasi.

Norma telah terbukti memainkan peranan dalam teori giles, norma adalah harapan mengenai perilaku yang dirasa seseorang harus atau tidak harus terjadi didalam percakapan. Norma pada umumnya orang yang lebih muda harus meurut pada orang yang lebih muda mengidindikasikan bahwa orang yang lebih bawah akan lebih mengakomodasi percakapan. Cara Beradaptasi Teori akomodasi menyatakan bahwa dalam percakapan orang memiliki pilihan. Mereka mungkin menciptakan komunitas percakapan yang melibatkan penggunaan bahasa atau sistem nonverbal yang sama, mereka mungkin akan membedakan diri mereka dari orang lain, dan mereka akan berusaha terlalu keras untuk beradaptasi. Pilihan-pilihan ini akan diberi label konvergensi, divergensi, dan akomodasi berlebihan.

Proses pertama yang dihubungkan dengan teori akomodasi adalah konvergensi. Jesse Delia, Nikolas Coupland, dan Justin Coupland dalam West dan Lynn Turner (2007:222) mendefinisikan konvergensi sebagai strategi dimana individu beradaptasi terhadap perilaku komunikatif satu sama lain. Orang akan beradaptasi terhadap kecepatan bicara, jeda, senyuman, tatapan mata, perilaku verbal dan nonverbal lainnya. Ketika orang melakukan konvergensi, mereka bergantung pada persepsi mereka mengenai tuturan atau perilaku orang lainnya. Selain persepsi mengenai komunikasi orang lain, konvergensi juga didasarkan pada ketertarikan. Biasanya, ketika para komunikator saling tertarik, mereka akan melakukan konvergensi dalam percakapan.

Proses kedua yang dihubungkan dengan teori akomodasi adalah divergensi yaitu strategi yang digunakan untuk menonjolkan perbedaan verbal dan nonverbal di antara para komunikator. Divergensi terjadi ketika tidak terdapat usaha untuk menunjukkan persamaan antara para pembicara.

Terdapat beberapa alasan mengapa orang melakukan divergensi, pertama untuk mempertahankan identitas sosial. Contoh, individu mungkin tidak ingin melakukan konvergensi dalam rangka mempertahankan warisan budaya mereka. Contoh, ketika kita sedang bepergian ke Paris, kita tidak mungkin mengharapkan orang Prancis agar melakukan konvergensi terhadap bahasa kita. Alasan kedua mengapa orang lain melakukan divergensi adalah berkaitan dengan kekuasaan dan perbedaan peranan dalam percakapan. Divergensi seringkali terjadi dalam percakapan ketika terdapat perbedaan peranan yang jelas dalam percakapan (dokter-pasien, orangtua-anak, pewawancara-terwawancara, dan seterusnya. Terakhir, divergensi cenderung terjadi karena lawan bicara dalam percakapan dipandang sebagai anggota dari kelompok yang tidak diinginkan, dianggap memiliki sikap-sikap yang tidak menyenangkan, atau menunjukkan penampilan yang jelek.

Proses ketiga yang dapat dihubungkan dengan teori akomodasi adalah Akomodasi Berlebihan : Miskomunikasi dengan tujuan. Jane Zuengler (1991) dan West dan Lynn Turner (2007: 227) mengamati bahwa akomodasi berlebihan adalah label yang diberikan kepada pembicara yang dianggap pendengar terlalu berlebihan. istilah ini diberikan kepada orang yang walaupun bertindak berdasarkan pada niat baik, malah dianggap merendahkan.

2.2.3

Kelebihan

dan

Kekurangan

Teori

Akomodasi

Komunikasi Kelebihan dari teori ini adalah : Kita dapat memiliki naskah kognitif internal yang kita gunakan ketika kita berbicara dengan orang lain. Dapat mempersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi dalam sebuah percakapan. Lebih pada aspek kemampuan menyesuaikan, memodifikasi atau mengatur perilaku seseorang dalam responnya terhadap orang lain.

10

Kekurangan dari teori ini adalah : Ditemukan beberapa kekurangan berhubungan dengan kemungkinan pengujian dari konsep-konsep yang ada. Beberapa fitur utama dari teori ini mengharuskan adanya penelitian lebih lanjut. Berpijak pada standar konflik yang rasional. Mengabaikan kemungkinan sisi gelap dari komunikasi. 2.2.4 Contoh Kasus

Orang-orang awam di Kuala Lumpur, Melaka dan Johor Bahru pada umumnya menyebut kita Indon. Di Johor Bahru, ada pelayan toko menyapa orang indonesia cik Indon dengan logat Jawa. Dengan jengkel dan suara agak membentak saya menjawab, Hei, aku Indonesia, bukan Indon! Kamu orang Jawa, kan? demikian kalimat yang ditulis disebuah situs jejaring sosial oleh seorang profesor yang baru pulang dari Malaysia. Indon adalah potongan kata yang ditujukan untuk memanggil orang Indonesia di kalangan warga Malaysia. Dalam beberapa penelusuran, saya temukan konon dilekatkan dengan konotasi pelecehan, diartikan mirip Preman. Bahkan kadang digunakan sebagai teguran terhadap sikap buruk seseorang, misalnya Mau jadi apa kamu nanti? Mau jadi indon? Berbagai reaksi bermunculan atas status tersebut, hampir mencapai 100 tanggapan. Umumnya mengecam pelayan toko yang sok Malaysian itu, karena bersikap melecehkan anak bangsa sendiri. Ada juga reaksi yang mendoakan agar sang pelayan sadar akan jati dirinya. Namun, ada hal mendasar yang kurang dielaborasi dari tanggapan yang ada, Apakah motivasi sang pelayan memilih menggunakan kata Indon? Dalam teori akomodasi komunikasi (Howard Giles, 1973), seseorang

mengakomodasi perilaku orang lain, dapat ditujukan agar dirinya diterima atau disukai oleh orang yang ditujunya. Pilihan lain adalah bersikap berlawanan dengan orang yang diajak berkomunikasi. Motif dari tindakan tersebut, tentunya berkonsekuensi.

11

Beberapa alternatif yang mungkin terjadi adalah sang pelayan ingin mengambil hati majikannya yang berkebangsaan Malaysia dengan memposisikan diri berpihak pada mereka, tujuannya untuk menghindari jarak sosial yang terlalu jauh. Mungkin juga kejenuhan diperlakukan bagai preman, membuatnya bersikap demikian. Kemungkinan lain adalah sang pelayan tidak tahu arti tersembunyi dari Indon. Sungguh semua sisi yang saya pikirkan, menemukan konteks mengharukan. Situasi yang sama pernah saya alami ketika berdiskusi dengan Ani, seorang sahabat, yang semula WNI, menjadi warga negara Malaysia. Berbagai kehangatan diskusi diantara kami berubah menjadi kegemasan yang menoreh rasa nasionalisme saya ketika Ani mengurai betapa buruknya perilaku orang Indonesia di Malaysia. Saya mengajukan dua analisa: Pertama, sebagai seorang pekerja migran, yang dalam posisi struktur sosial lemah, perasaan menitipkan diri agar diterima atasan, cenderung akan muncul. Tenaga kerja akan berusaha patuh dan menyenangkan atasannya. Jikapun ada tindakan penyimpangan, saya rasa perlu dicek lebih cermat apakah tindakan tersebut masuk kategori pembelaan kemarahan atau murni kejahatan. Kedua, dari hubungan antara orang tua-anak, murid-guru, hingga atasan-bawahan, budaya Malaysia (dan Slovakia) memiliki jarak paling tinggi dibandingkan dengan 74 negara lain yang diriset oleh Hofstede (2003). Pada negara berjarak kekuasaan tinggi, atasan merasa sangat superior dibandingkan bawahan, dan ekspresi tersebut juga tercermin dalam emosi yang menunjukkan perbedaan status. Hubungan antara anak-anak disebuah keluarga, juga berhierarki. Anak yang lebih besar biasanya memiliki kekuasaan lebih besar pada adik-adiknya. Pola ini dilestarikan oleh keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat pada umumnya. Masyarakat dalam jarak kekuasaan rendah (Austria, Denmark, Jerman, Swiss) akan menunjukkan emosi yang meminimalkan perbedaan status. Indonesia, menempati peringkat ke 16. Meski sering kita rasakan, atasan orang Indonesia kerap bergaya bossy pada bawahannya, bisa dibayangkan bagaimana pola hubungan atasan-bawahan di Malaysia yang menempati peringkat satu?

12

Menurut Clifford Geertz, manusia adalah hewan yang terkurung oleh jaring-jaring makna yang dirajutnya sendiri. Jaring-jaring tersebut berisi budaya, dan merupakan software otak manusia. Barangkali itulah alasan mengapa seseorang berperilaku meninggikan atau merendahkan diri dan orang lain. Barangkali kita juga layak berempati pada orang Malaysia, karena budaya telah mengukungnya sehingga mungkin secara tidak sadar dia sulit keluar dari aturan yang mengendalikan perilaku dirinya. Jika pilihan kata tersebut menyakitkan saudara serumpunnya, mengapa tidak memilih menyelesaikan kata secara lengkap dengan menyebut Indonesia. Bukankah itu lebih menyejukkan? Pendidikan memang salah satu tangga sosial budaya yang penting untuk memanusiakan manusia.

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

13

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/17233077/Teori-Interaksi-Simbolik tanggal 19 September 2013)

(diakses

pada

http://henygnamy.blogspot.com/2012/03/teori-interaksi-simbolik-sospen.html (diakses pada tanggal 19 September 2013) http://yunadialfanfikom.blogspot.com/2010/05/teori-interaksi-simbolik.html (diakses pada tanggal 19 September 2013) http://anamauidhoh.blogspot.com/2012/05/korelasi-teori-akomodasi-dengan.html (diakses pada tanggal 19 September 2013) http://prezi.com/dupwhe41wrsf/copy-of-teori-akomodasi-komunikasi/ pada tanggal 19 September 2013) http://rumakom.wordpress.com/2011/05/23/sebutan-indonesia-yangmenyejukkan/#more-50 (diakses pada tanggal 19 September 2013) http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_komunikasi September 2013) (diakses pada tanggal 19 (diakses

14

Anda mungkin juga menyukai