Disusun oleh :
Bekti Cahyono Putro D0315012
Nabila Hafizha Rahma D0315044
Vebrianti Rahayu D0315060
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
lindungan dan bimbingan-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai tugas mata kuliah Teori Sosiologi Modern pada Program Studi Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret.
Dengan terselesaikannya makalah yang berjudul, “Erving Goffman : Teori
Dramaturgi (Panggung dan Perangkat Interaksi Sosial)” maka perkenankan penyusun
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Argyo Demartoto, M.Si sebagai dosen
pengampu mata kuliah Teori Sosiologi Modern yang telah memberikan tugas ini dan
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penyusun dalam proses penyelesaian makalah
ini.
Akhir kata, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu, diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan
makalah ini.
Penyusun
A. Biografi Erving Goffman
Goffman wafat tahun 1982 ketika berada di puncak ketenarannya. Ia sejak lama
dianggap sebagai tokoh “pujaan” dalamteori sosiologi. Status ini dicapai meski ia telah lama
menjadi profesor di jurusan sosiologi bergengsi di Universitas California, Berkeley dan
kemudian menjadi ketua di Liga Ivy, Universitas Pennsylvania.
Menjelang 1980-an ia tampil sebagai teoritisi yang sangat penting. Di tahun
kematiannya sebenarnya ia terpilih sebagai presiden The American Sociological Association,
tetapi tak memungkinkan menyampaikan pidato pengangkatannya karena ia tertimpa
penyakit. Berkenaan dengan status Goffman ini, Randall Collins dalam pidatonya mengatakan
: “Tiap orang ingin tahu apa yang akan dia sampaikan dalam pidato pelatikannya sebagai
presiden asosiasi sosiologi: prestasi tradisional langsung jelas tak mungkin disampaikan
Goffman berkenaan dengan reputasinya sebagai seorang yang menentang pemujaan lembaga-
lembaga sosial yang ada…kami menerima pesan yang lebih dramatis Pidato pelatikan
dibatalkan, Goffman meninggal. Itu adalah jalan keluar Goffmania yang tepat” (1986b:112).
Goffman lahir di Alberta, Canada, 11 Juni 1922 (Williams, 1986). Ia menerima gelar
doktornya dari Universitas Chicago dan sebagai teoritisi interaksionisme simbolik. Tetapi
ketika ia ditanya tak lama sebelum meninggal apakah ia seorang interaksionis simbolik, ia
menjawab bahwa nama itu terlalu samar untuk memungkinkannya menempatkan dirinya ke
dalam kategori itu (Manning, 1992). Kenyataannya, sulit memasukkan karyanya ke dalam
kategori tunggal manapun. Dalam menciptakan perspektif teoritisnya, Goffman menggunakan
berbagai sumber dan menciptakan sebuah orientasi khusus.
Collins (1986b; Williams, 1986) lebih menghubungkan Goffman kepada antropologi
sosial ketimbang kepada interaksionisme simbolik. Ketika belajar S1 di Universitas Toronto,
Goffman telah belajar dengan seorang antropolog dan ketika di Chicago, kontrak utamanya
bukanlah dengan teoritisi interaksionisme simbolik, tetapi dengan W.L. Wamer (antropolog),
(Collins, 1986b:109). Menurut Collins, hasil pemeriksaan atas kutipan dalam karya awal
Goffman menunjukkan bahwa ia dipengaruhi oleh antropolog-sosial dan jarang mengutip
pemikiran interaksionis simbolik dan bila ia menyinggung pemikiran interaksionisme
simbolik, hal itu adalah untuk mengkritik pemikiran tersebut. Namun, Goffman dipengaruhi
oleh studi deskriptif yang dihasilkan di Chicago dan menyatukan hasil studi deskriptif itu
dengan hasil studi antropologi sosial untuk menciptakan perspektif khususnya sendiri. Jadi,
pakar interansionis simbolik memperhatikan bagaimana cara aktor menciptakan atau
merembukkan citra diri mereka, sebaliknya Goffman memperhatikan bagimana cara
masyarakat… memaksa orang untuk menampilkan citra tertentu mengenai diri mereka
sendiri…karena masyarakat memaksa kita berpindah-pindah diantara berbagai peran yang
kompleks maka kita akan menjadi selalu agak tidak jujur, tak taat asas dan tidak hormat”
(Collins, 1986a:107).
Meski ia mempunyai perspektif khusus, Goffman berpengaruh besar terhadap
interaksionisme simbolik. Lagi pula, dapat dikatakan bahwa ia pun berperan dalam
membentuk etnometodologi, bagian lain dari sosiologi kehidupan sehari-hari. Collins melihat
Goffman sebagai tokoh kunci dalam pembentukan etnometodologi dan metode analisis
percakapan. “Goffmanlah yang memprakarsai studi empiris yang teliti tentang kehidupan
sehari-hari, walaupun ia melakukannya dengan mata telanjang sebelum ramainya pemakaian
tape-recorder dan video-recorder” (1986:111). (Lihat Bab 7 tentang diskusi hubungan antara
etnometodologi dan analisa percakapan). Sebenarnya, sejumlah pakar etnometodologi penting
(Sackes, Schegloff) semula sama-sama belajar dengan Garfinkel, pendiri etnometodologi.
Menurut penjelasan diatas dapat dilihat bahwa Erving Goffman sering digolongkan
ke dalam ahli teori yang sangat memperhatikan analisa interaksi manusia, karena Goffman
berlatar belakang Interasionisme Simbolik. Tetapi kritik-kritinya melihat karya-karyanya
sendiri sebagai teralalu menekankan bahwa yang menetukan tindakan manusia ialah situasi-
situasi yang memiliki struktur. Teori Goffman menganggap individu (bukan struktur yang
lebih besar)bsebagai satuan analisa. Akan tetapi, untuk mengembangkan model sosiolgisnya
Goffman tidak menggunakan suatu teori ilmiah lain. Untuk menjelaskan tindakan manusia
Goffman memakai analogi drama dan teater. Karena alasan inilah Goffman disebut sebagai
seorang dramaturgist, yang menggunakan bahasa dan tamsil panggung teater.
Mengingat pengaruhnya terhadap interaksionisme simbolik, strukturalisme dan
etnometodologi, teori Goffman mungkin akan tetap berpengaruh dalam jangka panjang.
B. Sosiolog-Sosiolog Terdahulu yang Mempengaruhi
Membaca gagasan Goffman sesungguhnya tidak lepas dari pekembangan Mazhab
Chicago yang selain memerikan konstribusi studi interaksi sosial pada sosiologi, juga pernah
mendominasi tradisi sosiologi Amerika. Bagaimanapun juga, pekerjaan sosiolog dari
Universitas Chicago muncul secara serentak dengan dukungan ilmuwan yang tidak sedikit.
Erving Goffman dikenal sebagai seorang interaksionis, pendekatan dramatruginya
banyak dipengaruhi oleh pemikiran Mead, Blumer, dan Cooley. Adapun pemikiran para
sosiolog yang mempengaruhi Goffman ialah :
a. Pemikiran Cooley tentang sikap orang lain merupakan cermin bagi diri kita sendiri untuk
menilai objek dalam lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah individu
membayangkan bagaimana penampilan diri di mata orang lain. Bagaimana penilaian
orang lain terhadap diri individu tersebut. Kemudian membayangkan perasaan diri
tentang penilaian orang lain tersebut, seperti haraga diri atau rasa malu.
Pengembangan diri sebagai konsep oleh Goffman tidak terlepas dari pengaruh
gagasan Cooley tentang the looking glass self. Gagasan diri ala Cooley ini terdiri dari tiga
komponen. Pertama, kita mengembangkan bagaimana kita tampil bagi orang lain; kedua,
kita membayangkan bagimana peniliaian mereka atas penampilan kita; ketiga, kita
mengembangkan sejenis perasaan-diri, seperti kebanggaan atau malu, sebagai akibat
membayangkan penilaian orang lain tersebut. Lewat imajinasi, kita mempersepsi dalam
pikiran orang lain suatu gambaran tentang penampilan kita, perilaku, tujuan, perbuatan,
karakter teman-teman kita dan sebagainya, dan dengan berbagai cara kita terpangaruh
olehnya.
b. Pemikiran Blumer mengenai diri merupakan sebuah proses, bukan benda. Diri membantu
manusia bertindak tak hanya sekedar memberikan tanggapan semata atas stimulus dari
luar.
c. Pemikiran George Herbert Mead tentang “I” dan “me”, yang memfokuskan
pandangannya pada The Self. Ketidaksesuaian antara diri manusiawi dan diri kita sebagai
hasil proses sosialisasi. Adanya perbedaan antara sikap spontan kita dengan diri kita yang
diharapkan orang lain. Misalnya, The Presentation of self in everyday life (1955),
merupakan pandangan Goffman yang menjelaskan mengenai proses dan makna dari apa
yang disebut sebagai interaksi (antar manusia). Dengan mengambil konsep mengenai
kesadaran diri dan The Self Mead, Goffman kembali memunculkan teori peran sebagai
dasar teori Dramaturgi. Goffman mengambil pengandaian kehidupan individu sebagai
panggung sandiwara, lengkap dengan setting panggung dan akting yang dilakukan oleh
individu sebagai aktor “kehidupan.”
Dramaturgi itu sendiri merupakan sumbangan Goffman bagi perluasan teori interaksi
simbolik. Mead menyatakan bahwa konsep diri pada dasarnya terdiri dari jawaban
individu atas pertanyaan mengenai “siapa aku” untuk kemudian dikumpulkan dalam
bentuk kesadaran diri individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat
hubungan sosial yang sedang berlangsung. Pendapat Mead tentang pikiran adalah bahwa
pikiran mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin adalah percakapan antara “aku”
dengan “yang lain” pada titik ini, konsepsi tentang “aku” itu sendiri merupakan konsepsi
orang lain terhadap individu tersebut. Atau dengan kalimat singkat, individu mengambil
pandangan orang lain mengenai dirinya seolah-olah pandangan tersebut adalah “dirinya”
yang berasal dari “aku.”
Pada pandangan Goffman, kesadaran diri adalah hasil adopsi dari ajaran-ajaran
Durkheim. Dan bagi Goffman, struktur sosial merupakan countless minor synthesis
(sintesis-sintesis kecil yang tak terbilang), dimana manusia –ini menurut Simmel-
merupakan atom-atom atau partikel-partikel yang sangat kecil dari sebuah masyarakat
yang besar. Dan ide serta konsep Dramaturgi Goffman itu sendiri, menolong kita untuk
mengkaji hal hal yang berada di luar perhitungan kita (hal-hal kecil yang tak terbilang
tersebut), manakala kita menggunakan semua sumber daya yang ada di bagian depan dan
bagian belakang (front and back region) dalam rangka menarik perhatian orang-orang
yang disekeliling kita. Bentuk-bentuk interaksi, komunikasi tatap muka, dan
pengembangan konsep-konsep sosiologi, merupakan sumbangan Goffman bagi
interaksionis simbolik bahkan Goffman juga mempengaruhi tokoh-tokoh di luar
interaksionis simbolik. Walaupun pada karya terakhirnya, Goffman terfokus pada
gerakan-gerakan yang mengarah pada bentuk-bentuk strukturalisme masyarakat.
Selain itu, Erving Goffman dibesarkan dalam tradisi Chicago. Ia tidak bisa
menghindari pengaruh dari antropologi sosial, observasi partisipan, dan peenlitian
sosiologis yang mirip dilakukan para jurnalis seerti Robert E. Park. Tetapi ada yang
mengatakan bahwa garis intelektual Goffman tidak lepas dari jasa tutornya, Everett
Hughes.
C. Latar Belakang Teori Dramaturgi Erving Goffman
Latar belakang dari munculnya teori dramaturgi Erving Goffman berawal dari tahun
1945, Kenneth Duva Burke (5 Mei 1897–19 November 1993) seorang teoritis literatur
Amerika dan filosof yang memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk
memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan
sosial. Tujuan Dramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif
tindakan manusia, atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan.Dramatisme
memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik dari model pengetahuan. Pandangan
Burke adalah bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama.
Kemudian Erving Goffman (11 Juni 1922–19 November 1982), seorang sosiolog
interaksionis dan penulis, pada tahun 1959 ia tertarik dengan teori dramatisme Burke,
sehingga memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam bukunya
yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial “The
Presentation of Self in Everyday Life”. Dalam buku ini Goffman yang mendalami fenomena
interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi.
Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh Aristoteles. Sekitar tahun 350 SM,
Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan “Poetics”, hasil pemikirannya yang
sampai sekarang masih dianggap sebagai buku acuan bagi dunia teater. Aristoteles
menjabarkan penelitiannya tentang penampilan/drama-drama berakhir tragedi/tragis ataupun
kisah-kisah komedi. Untuk menghasilkan “Poetics”, Aristoteles meneliti hampir seluruh karya
penulis Yunani pada masanya.
Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni. Maka, Goffman
mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Seperti yang kita ketahui, Goffman
memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian sosial psikologis dan sosiologi
melalui bukunya, “The Presentation of Self In Everyday Life”. Buku tersebut menggali segala
macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari
yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor
menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Tujuan dari presentasi
dari Diri–Goffman ini adalah penerimaan penonton akan manipulasi.
D. Lahirnya Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi dicetuskan oleh Erving Goffman. Dramaturgi adalah salah satu teori
sosiologi yang mengkaji terhadap tindakan sosial dari individu atau kelompok masyarakat.
Tindakan sosial seorang individu atau kelompok masyarakat didasarkan atas motif-motif
tertentu. Untuk mengetahui motif-motif tindakan masyarakat, Goffman menciptakan sebuah
kerangka pembacaan yang dikenal dikenal dengan “dramaturgi” atau “teori panggung”.
Teori Dramaturgi kental dengan pengaruh drama teater atau pertunjukan fiksi diatas
panggung dimana seorang aktor menggabungkan karakteristik personal dan tujuan melalui
sebuah pertunjukan dari drama itu sendiri. Dalam pertunjukannya seorang tokoh memainkan
karakter manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari
tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.
Goffman memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian social psikologis dan
sosiologi melalui bukunya, The Presentation of Self In Everyday Life. Buku tersebut
menerangkan bahwa segala macam perilaku interaksi yang dilakukan manusia dalam sebuah
pertunjukan kehidupan sehari-hari seolah-olah adalah menampilkan diri mereka sendiri, hal
tersebut sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah
pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan dalam segala hal
baik itu sifat, perilaku, penampilan, dll, yang berarti dalam hal ini membuktikan bahwa ada
pertunjukan yang ditampilkan. Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan
yang baik untuk mencapai tujuan.
E. ESENSI TEORI : Kaitannya dengan Interaksionisme Simbolik
Rachmad K. Dwi Susilo. 2016. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta: Ar Ruzz Media
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi: Dari Teori Ssosiologi Klasik
Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi Wacana.
Sumber Internet :
http://fahri09.blogspot.co.id/2013/10/biografi-erving-goffman-dan-teori.html
https://www.academia.edu/10094552/teori_dramaturgi_erving_goffman
http://studyandlearningnow.blogspot.co.id/2013/01/teori-dramaturgi-erving-goffman.html