Anda di halaman 1dari 25

Rasisme &

Etnosentrisme
Komunikasi Lintas Budaya
Anggota Kelompok

01 Amalia Nur Rohmah


18041184005

02 Annisa Farihatul Hilda


18041184006

03 Mulkir Ruhmana
18041184032

04 Alfina Ramadani
18041184034

05 Vhiordy Mitha Rainrizky


18041184035

06 Hazira Jasmine
18041184086
RASISME
Menurut Leone (dalam Samovar, Porter, dan
McDaniel, 2014: 212), Rasisme merupakan
kepercayaan terhadap superioritas yang diwarisi
oleh ras tertentu.
Superioritas inilah yang memungkinkan
seseorang untukmemperlakukan kelompok lain
secara buruk berdasarkan ras, warna kulit, agama,
kekuasaan dan lainnya.

Alfina Ramadani (034)


Faktor Penyebab Rasisme

1. Mitos-mitos dan rasionalitas


2. Kolonialisme Bangsa Eropa
3. Faktor materi dan kekuasaan
4. Adanya kelompok yang dominan

Alfina Ramadani (034)


STUDI KASUS
(Berdasarkan faktor penyebab)
Pembakaran Gereja HKI Suka Makmur dan
beberapa gereja lainnya di Aceh Singkil pada
2015, menjadi awal apa yang disebut sebagai
Konfik Aceh Singkil.

Alfina Ramadani (034)


Saat itu sejumlah gereja dibakar dan
dibongkar karena dianggap tidak memiliki
izin. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil
sebelumnya memberlakukan persyaratan
yang ketat untuk IMB (Izin Mendirikan
Bangunan) gereja, yakni harus memiliki
setidaknya 150 pengguna dan mendapat
dukungan masyarakat setempat paling
sedikit 120 orang, sesuai Peraturan Gubernur
Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 25
Tahun 2007 tentang Pedoman Pendirian
Rumah Ibadah.

Alfina Ramadani (034)


Dampak Rasisme
• Hasil penelitian menunjukkan mengenai bagaimana akumulasi
pengalaman dari tindakan rasis yang diterima oleh seseorang
seperti umpatan maupun dalam bentuk serangan fisik
menjadikan seseorang merasa ketakutan saat berada di tempat
umum dan merasa tidak aman karena seseorang tersebut
berasal dari etnis minoritas yang menjadi target kebencian etnis
mayoritas.

• Tindakan menghindari tempat-tempat umum karena trauma


dari tindakan rasis yang diderita sebagai akibat diskriminasi
rasial telah mengakumulasi dampak yang sangat besar pada
kesehatan mental etnis minoritas. Hazira Jasmine (086)
Study kasus
Rasisme terhadap Etnis Tionghoa Dari Masa ke Masa

Akar kebencian terhadap kelompok minoritas Tionghoa


di Indonesia rupanya masih ada. Dan sejarah mengulang
dirinya sendiri. Pertama sebagai tragedi dan selanjutnya
sebagai lelucon. Sebelum tragedi pemukulan ini, kelompok
Tionghoa di Indonesia sudah mengalami banyak diskriminasi.

Dari berbagai media di Indonesia yang melakukan profiling


terhadap etnis Tionghoa dalam framing berita. Frasa seperti
“warga keturunan” dan “pribumi” kerap disandingkan untuk
menjelaskan posisi korban dan pelaku. Profiling semacam
inilah yang juga bisa memicu konflik massal, terutama jika
seseorang yang melakukan tindakan buruk seakan-akan
melakukan keburukan karena identitas rasialnya.

Hazira Jasmine (086)


CARA
MENGATASI
RASISME

Vhiordy Mitha Rainrizky (035)


1. Pada Tingkat Individu

Sebagai makhluk sosial kita harus dapat


menetralisir pandangan dan pola pikir kita,
dimana kita memperlakukan setiap orang
secara setara tanpa melihat suku, ras, dan
agama dari orang tersebut.

Vhiordy Mitha Rainrizky (035)


2. Pada Tingkat Kelompok

Dimana kita harus bisa menentang


ideologi populer kontemporer tentang rasisme
ilmiah. Sebagai contoh penerimaan murid
baru, berbagai layanan publik, dan perusahaan
tidak boleh mendiskriminasi orang
berdasarkan ras atau warna kulit mereka.
Suatu kelompok atau organisasi semestinya
dapat mendukung secara aktif orang-orang
yang secara historis pernah mengalami
diskriminasi berbasis ras dan dimana
seringkali tidak terwakilkan dalam bidang
kehidupan publik.

Vhiordy Mitha Rainrizky (035)


3. Pada Tingkat Pemerintahan

Pemerintah harus berperan aktif dalam


kesejahteraan rakyatnya. Salah satunya dapat
dilakukan dengan tetap berupaya mengurangi
ketidaksetaraan struktural yang muncul akibat
adanya hirarki sosial yang rasis.

Vhiordy Mitha Rainrizky (035)


Studi Kasus

Dalam kasus George Floyd kita dapat mengetahui bagaimana tindak


rasisme di Amerika Serikat sangatlah kental, sampai keluarlah selogan “Black
Lives Matter”. Dimana selogan itu bertujuan untuk menghargai mereka yang
berkulit hitam, dengan cara menekan supremasi orang berkulit putih, dan bergerak
bersama untuk sepenuhnya percaya pada paham bahwa semua ras memiliki
derajat dan hak yang sama. Artinya, kita harus dapat menghargai setiap orang
secara setara, dan juga secara alami melihat bahwa setiap orang memiliki harkat
dan martabat yang sama.

Vhiordy Mitha Rainrizky (035)


ETNOSENTRISME
Nanda dan Warm menjelaskan etnosentrisme sebagai berikut :

Etnosentrisme merupakan pandangan bahwa


budaya seseorang lebih unggul dibandingkan
budaya lain. Pandangan bahwa budaya lain
dinilai berdasarkan standar budaya kita. Kita
mengenal etnosentris ketika kita melihat
budaya lain melalui kacamata budaya kita
atau posisi sosial kita.

Amalia Nur Rohmah (005)


Faktor yang Mempengaruhi Etnosentrisme
Berry dkk (dalam Suprawanti, 2011) menyebutkan terdapat
tiga faktor dalam pembentukan etnosentrisme, yaitu:

1.
Pewarisan dan perkembangan
budaya
2.
Perilaku sosial
3.
Kepribadian

Amalia Nur Rohmah (005)


Karakteristik Etnosentrisme

1. Tingkat Etnosentrisme

Etnosentrisme dapat dilihat dalam 3 tingkatan :

a. Tingkat Positif, merupakan kepercayaan bahwa, paling tidak bagi Anda, budaya
Anda lebih baik dari yang lain.
b. Tingkat Negatif, merupakan kepercayaan bahwa, budaya Anda adalah pusat dari
segalanya dan budaya lain harus dinilai dan diukur berdasarkan standar budaya
Anda.
c. Tingkat Sangat Negatif, bagi Anda tidak cukup hanya menganggap budaya Anda
sebagai yang paling benar dan bermanfaat, Anda juga menganggap budaya Anda
sebagai yang paling berkuasa dan Anda percaya bahwa nilai dan kepercayaan
Anda harus diadopsi oleh orang lain.

Amalia Nur Rohmah (005)


Studi Kasus

Konflik perkelahaian antara mahasiswa NTT dengan Aparat keamanan Negara


(Kopassus) di Hugos Cafe pada tanggal 19 Maret 2013 yang berujung pada
tewasnya Sertu Kopassus Heru Santoso dan berakhir dengan kejadian penembakan
terhadap pelaku pengeroyokan (warga NTT) pada tanggal 23 Maret 2013. Semua
pelaku tewas ditembak di dalam penjara oleh 1 tim Kopassus yang terdiri dari 12
orang yang berhasil masuk ke dalam lapas. Diduga kejadian ini dilatar belakangi
oleh motif balas dendam. Peristiwa ini mengakibatkan merenggangnya hubungan
antara mahasiswa NTT dan Yogyakarta dan mengalami isu etnosentrisme yang kuat.

Amalia Nur Rohmah (005)


2. Etnosentrisme itu Universal

• Kebanyakan orang merupakan


etnosentris
• Kadang sifat etnosentrisme penting
untuk mengeratkan hubungan
dalam suatu masyarakat
• Sama halnya budaya, etnosentrisme
juga biasanya dipelajari secara
tidak sadar

Mulkir Ruhmana (032)


3. Etnosentrisme Mempengaruhi Identitas
Budaya Semakin etnosentrisme kita, maka
semakin gelisah kita saat berhubungan
dengan budaya lain. Akibatnya kita
Memberikan identitas
menjadi takut dan memilki sedikit
dan perasaan memiliki
harapan positif disuatu hubungan serta
kepada anggotanya
kurang mempercayai orang dari budaya
ETNOSENTRIS lain.
ME
Contohnya adalah Peristiwa 9/11 yang
Menurut Scarborough meruntuhkan World Trade Center
orang-orang harus bangga (WTC) dan menewaskan ribuan
dengan budaya mereka. orang, berujung pada terorisme,
Mereka memiliki kesulitan Islamofobia, dan perang melawan
memahami mengapa orang Dalam konteks moral dan teror yang tanpa akhir hingga hari ini.
lain tidak berperilaku seperti agama, rasa etnosentrisme
mereka akan lebih kuat
Annisa Farihatul Hilda (006)
Studi Kasus
Etnosentrisme Orang Melayu Sambas terhadap Orang Madura di Kalimantan Barat
Beberapa fakta yang menunjukkan akan adanya perbedaan budaya yang mendasari konflik diantara orang
Melayu dengan orang Madura. Dimana identitas agama Islam yang semula mempersatukan mereka, ternyata
pada awal kasus Parit kesetiaan runtuh dan etnis Melayu merasa dianggap kafir dan dihina. Perbedaan budaya
lainnya yang tidak dapat diterima oleh suku Melayu adalah: kebiasaan membawa senjata tajam di tempat-tempat
umum dan sangat mudah untuk menggunakannya dalam pemecahan masalah, pendirian tempat ibadah yang
secara eksklusif, serta pelaksanaan pernikahan yang eksklusif (Alqadrie 1999).
Gambaran etnosentrisme orang Melayu Sambas memilliki kecenderungan untuk menilai segala sesuatu
berdasarkan acuan nilai yang dimiliki kelompok daripada kecenderungan untuk menganggap kelompoknya lebih
unggul dibandingkan kelompok lain. Pada dimensi orientasi pada kelompok diwujudkan dalam penekanan pada
pembentukan identitas sosial yang positif terhadap kelompok sendiri. Penanaman nilai dalam mendidik anak
mengenai cara-cara kekerasan yang digunakan dalam interaksi dengan etnis Madura memiliki derajat yang paling
kecil. Pada dimensi superioritas kelompok diwujudkan dalam bentuk penggunaan perbandingan sosial antar
kelompok sebagai dasar untuk mengevaluasi identitas sosial, dimana untuk memperoleh identitas sosial yang
positif, perbandingan difokuskan pada pembentukan aspek positif terhadap kelompok sendiri.
Annisa Farihatul Hilda (006)
Cara Menghadapi Etnosentrisme
1.
Bersikap terbuka 5.
Hindari sikap menghakimi
2.
Memahami, mengakui,
dan menerima adanya 6.
perbedaan
Jangan membuat asumsi
3. dini
Memandang perbedaan
7.
sebagai kekayaan
Berpikir positif
4.
Bangun kerjasama dan komunikasi
dengan individu dan budaya lain
Mulkir Ruhmana (032)
Studi Kasus

Dalam penelitian etnosentrisme bahasa di kalangan Mahasiswa Universitas Negeri


Malang, mahasiswa yang berasal dari Malang sangat bangga ketika menggunakan
bahasa Jawa dialek Malangan, bahkan terkadang mahasiswa asli Malang
meremehkan dialek yang digunakan penutur dari daerah lain di luar Malang
sehingga terkadang penutur bahasa lain akan merasa tersisihkan. Namun bagi
penutur bahasa Jawa dialek daerah lain meyakini jika mereka bangga dalam
melestarikan bahasa daerah serta menunjukkan eksistensi Bahasa daerah sebagai
identitas daerah yang tidak bisa ditanggalkan.

Mulkir Ruhmana (032)


KESIMPULAN

• Identitas diperoleh melalui interaksi


dengan anggota lain dalam suatu
• Identitas merupakan suatu hal yang penting kelompok budaya. Dibentuk melalui
namun abstrak, dinamis dengan konsep keanggotaan dalam suatu kelompok dan
bervariasi terjadi dalam banyak cara termasuk
penampilan pribadi dan keikutsertaan
• 3 kelompok besar menurut Turner adalah perayaan. Konsepnya dapat berubah
identitas manusia, identitas sosial, dan setiap waktu
identitas personal. Sedangkan menurut Hall
identitas personal, identitas relasional, dan • Seiring dengan peningkatan
identitas komunal. keanekaragaman dalam masyarakat,
konsep identitas budaya terus
• Komunikasi antar budaya yang cakap bisa bermunculan seperti rasisme dan
terbentuk ketika pelaku komunikasi etnosentrisme.
menemukan kesamaan dalam identitas
warisan maupun identitas pengakuan.

Annisa Farihatul Hilda (006)


Referensi

1 2 3

Amindoni, Ayomi. 2019. 'Api


dalam sekam' konflik Aceh
Singkil: 'Kita umat Kristen di SUGIARTI, DIAN
sini merasa terombang- PRAMITA. 2017. Irab, Yenita.
ambing‘, (online), MATA KULIAH Rasisme.
https://www.bbc.com/indone PEMAHAMAN
sia/indonesia-50471436, LINTAS &
diakses pada 27 September BUDAYA.
2020.
Terima Kasih !
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai