Term Of Reference
“FILSAFAT ILMU”
LKP 2019
A. Latar Belakang
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun
historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya
perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan
dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Tanpa
bermaksud untuk mengkonsentrasikan kajian pada pemikiran barat dan mengesampingkan
pemikiran timur (Islam), kajian ini akan lebih banyak mengulas tentang sejarah aliran-aliran
pemikiran barat dimulai dari zaman Yunani klasik yang pada akhirnya melahirkan
spesialisasi dan sub-spesialisasi ilmu pada abad ke-20.
Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk
mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan
dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode. Dan
karena pengetahuan ilmiah a higher level of knowledge, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai
pengembangan dari filsafat pengetahuan. Bidang garapan filsafat ilmu tidak jauh dari
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga eksistensi pengetahuan ilmiah, yaitu
ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Secara garis besar, Jujun S. Suriasumanteri (dalam A.M. Saifuddin et.al, 1991 : 14)
menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni: (1) pengetahuan tentang
yang baik dan yang buruk (yang disebut juga dengan etika/agama); (2) pengetahuan tentang
indah dan yang jelek (yang disebut dengan estetika/seni) dan (3) pengetahuan tentang yang
benar dan yang salah (yang disebut dengan logika/ilmu). Ilmu merupakan suatu pengetahuan
yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tak lagi merupakan
misteri. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang
objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian
dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya,
seperti seni dan agama. Sebab secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek
yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah
Berbicara asal muasal filsafat ilmu tentu tidak akan lepas dari filsafat Yunani Kuno dan
aliran yang dianutnya, dimana perkembangan Filsafat dimulai dari Yunani dan filsafat yang
tertua juga dari Yunani (600 SM – 200 SM). Tidak lain dan tidak bukan termasuk filsafat
Ilmu juga demikian. Pemikiran manusianya yang tertata, dibanding bangsa lain pada masa
itu, oleh karenanya kiblat ilmupun berasal dari kota itu. Filsafat muncul ketika orang-orang
mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar
mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales
dari Mileta, tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles.
Setelah zaman Yunani Kuno perkembangan ilmu memasuki abad pertengahan karena pada
masa itu aktivitas ilmiah pergerakan ilmu pengetahuan didominasi oleh para teolog. Hal ini
dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancillla
theologiaatau abdi agama atau dengan kata lain. Pada masa itu perkembangan peradaban dan
ilmu pengetahuan di kawasan Eropa mengalami stagnasi akibat dari kuatnya posisi gereja di
segala bidang kehidupan masyarakat Eropa saat itu. Tidak ada satupun masyarakat yang
diperbolehkan menyebarkan pengaruhnya melebihi pengaruh gereja.
Sementara perkembangan filsafat kontemporer diawali pada awal abad ke-20, ditandai
oleh variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis bahasa,
kebudayaan (antara lain, postmodernisme), kritik sosial, metodologi (fenomenologi,
heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup (eksistensialisme), filsafat ilmu, sampai filsafat
tentang perempuan (feminisme). Adapun karakteristik pada filsafat kontemporer yaitu:
Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif.
Adapun tujuan dari filsafat ilmu yaitu memahami unsur – unsur pokok ilmu, sehingga
secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat, dan tujuan ilmu. Sementara objek
dari filsafat ilmu ada dua yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah
sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, sementara objek formal adalah metode untuk
memahami material tersebut seperti pendekatan induktif dan deduktif. Objek material filsafat
terbagi atas 3 bagian yaitu empiris, fikiran, dan kemungkinan. Sedangkan objek formal
adalah sudut pandang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
B. Tujuan
Sebagai pengantar dalam pemahaman awal mahasiswa baru dalam memahami filsafat
ilmu baik dalam pengertian filsafat ilmu, objek dalam filsafat ilmu, sejarah perkembangan
ilmu, serta mengetahui aliran – aliran yang ada dalam filsafat ilmu.
C. Capaian
D. Bentuk Kegiatan
Kegiatan ini berbentuk penjabaran materi oleh fasilitator yang akan dipandu oleh seorang
moderator, kemudian akan dilanjut pada sesi diskusi (tanya-jawab) terkait materi yang sudah
dijabarkan.
E. Referensi
https://www.uin-malang.ac.id/r/131101/sekilas-tentang-filsafat-ilmu.html
Alvarendra, H. Kenzou. 2017. Buku Babon Sejarah Dunia. Yogyakarta: Briliant Book.
Suriasumatri, Jujun (1991) Filsafat Ilmu. Sebuah pengantar populer, Jakarta, Yayasan
Uber, PT Gramedia.