Anda di halaman 1dari 21

TEORI – TEORI ETIKA

BEBERAPA SISTEM FILSAFAT MORAL

Dalam sejarah filsafat terdapat banyak sistem etika, artinya banyak uraian sistematis yang berbeda – beda
tentang hakikat moralitas dan peranannya dalam hidup manusia. Beberapa pandangan tentang etika yang
pernah dikemukakan dan berpengaruh terus sampai sekarang, baik sistem etika dari zaman kuno maupun
zaman modern, yaitu :
1. HEDONISME
2. EUDEMONISME
3. UTILITARIANISME
4. DEONTOLOGI
HEDONISME

Kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani [ ἡδονισμός ] hēdonismos dari akar kata [ ἡδονή ]
hēdonē, artinya "kesenangan". Paham ini berusaha menjelaskan baik apa yang memuaskan
keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri.

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan
mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang
menyakitkan.

Hedonisme memiliki dampak negatif, yang paling banyak terjadi adalah manusia sibuk mencari
kesenangan yang lebih dan lebih sehingga muncul rasa ‘tidak akan pernah puas’ dalam dirinya.
o Etika hedonisme merupakan teori etika yang paling kuno. Munculnya filsafat etika hedonisme
sudah ditemukan pada Aristippos dari Kyrene (sekitar 433-355 S.M.), seorang murid Socrates.
Ketika Socrates bertanya tentang apa tujuan akhir manusia, ia tidak memberikan jawaban. Ia
hanya mengkritik jawaban-jawaban dari pertanyaannya tersebut. Aristippos menjawab yang sungguh
baik bagi manusia adalah kesenangan. Hal itu terbukti karena sudah sejak masa kecilnya manusia merasa tertarik
akan kesenangan dan bila telah tercapai ia tidak mencari sesuatu yang lain lagi. Sebaliknya, ia selalu menjauhkan
diri dari ketidaksenangan. Bagi Aristippos kesenangan itu bersifat badani belaka, karena hakikatnya tidak lain dari
pada gerak dalam badan.
o Kesenangan menurut Aristippos bersifat badani (gerak dalam badan) Ia membagi gerakan itu menjadi tiga
kemungkinan:
1. Gerak kasar, yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit
2. Gerak halus, yang membuat kesenangan
3. Tiada gerak, yaitu sebuah keadaan netral seperti kondisi saat tidur.

o Aristippos mengajarkan bahwa kesenangan merupakan satu-satunya yang ingin dicari manusia. Kesenangan atau
kenikmatan sebanyak-banyaknya, sebab kesakitan adalah suatu pengalaman yang tidak mengenakkan. Aristippos
mengajarkan “kenikmatan ada di tanganku, bukannya aku yang ada di tangan kenikmatan”.

o Aristippos melihat kesenangan sebagai hal aktual, artinya kesenangan terjadi kini dan di sini. Kesenangan bukan
sebuah masa lalu atau masa depan. Menurutnya, masa lalu hanya ingatan akan kesenangan (hal yang sudah pergi) dan
masa depan adalah hal yang belum jelas.
o Meskipun kesenangan dijunjung tinggi oleh Aristoppus, ada
batasan kesenangan itu sendiri. Batasan itu berupa
pengendalian diri. Meskipun demikian, pengendalian diri ini
bukan berarti meninggalkan kesenangan. Misalnya, orang yang
sungguh-sungguh mau mencapai nikmat sebanyak mungkin dari
kegiatan makan dan minum bukan dengan cara makan sebanyak-
banyaknya atau rakus, tetapi harus dikendalikan/dikontrol agar
mencapai kenikmatan yang sebenarnya.
o Kemudian Epicuros (341-271 SM) melanjutkan aliran tersebut. Dia berusaha untuk menggabungkan etika
kenikmatan Aristippos dengan teori atom Democritus. Epikuros menekankan bahwa hasil-hasil yang
menyenangkan dari suatu tindakan harus selalu mempertimbangkan efek samping yang mungkin
ditimbulkannya. Epicuros juga percaya bahwa hasil yang menyenangkan dalam jangka pendek harus
ditahan demi kemungkinan timbulnya kenikmatan yang lebih besar, lebih kekal, atau lebih hebat
dalam jangka panjang.
o Namun, Epicuras menekankan bahwa “kenikmatan” tidak semata-mata kenikmatan indrawi, tetapi juga
kenikmatan lainnya, seperti nilai-nilai persahabatan, penghargaan terhadap seni, juga masuk di sini.
Lagi pula, untuk menikmati hidup menurut cita-cita Yunani kuno diperlukan kontrol diri, kesederhanaan,
dan ketulusan. Nafsu harus dikekang dan ketentraman hati akan membantu kita menahan penderitaan.

o Menurut Epikuros kita harus memandang kehidupan sebagai keseluruhan termasuk juga masa lampau dan masa depan.

o Epikuros membagi kenginan menjadi 3 macam :

1. Keinginan alamiah yang perlu ( seperti makanan )


2. Keinginan alamiah yang tidak perlu ( seperti makanan yang enak )
3. Keinginan yang sia – sia ( seperti kekayaan )
EUDEMONISME

 Eudemonisme berasal dari kata “ Eudaimonia” yang berarti kebahagiaan. Pandangan ini berasal dari filsuf Yunani besar,
Aristoteles (384-322 s.M). Dalam bukunya , Ethika Nikomakheia, ia mulai dengan menegaskan bahwa dalam setiap
kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan. Bisa dikatakan juga, dalam setiap perbuatan kita ingin mencapai sesuatu yang
baik bagi kita. Sering kali kita mencari suatu tujuan untuk mencapai tujuan lain lagi.

 Timbul pertanyaan apakah ada juga tujuan yang dikejar karena dirinya sendiri dan bukan karena sesuatu yang lain lagi ;
apakah ada kebaikan terakhir yang tidak dicari demi sesuatu yang lain lagi. Menurut Aristoteles, semua orang akan
menyetujui bahwa tujuan tertinggi ini – dalam terminology modern kita bisa mengatakan : makna terakhir hidup manusia –
adalah kebahagiaan (eudaimonia). Tapi jika semua orang mudah menyepakati kebahagiaan sebagai tujuan terakhir hidup
manusia, itu belum memerlukan semua kesulitan, karena dengan kebahagiaan mereka mengerti banyak hal yang berbeda-
beda. Ada yang mengatakan bahwa kesenangan adalah kebahagiaan, ada yang berpendapat bahwa uang dan kekayaan
adalah inti kebahagiaan dan ada pula yang menganggap status sosial atau nama baik sebagai kebahagiaan. Tapi Aristoteles
beranggapan bahwa semua hal itu tidak bisa diterima sebagai tujuan terakhir.
o Menurut Aristoteles, seseorang mencapai tujuan terakhir dengan menjalankan fungsinya dengan baik.

o  jika manusia menjalankan fungsinya sebagai manusia dengan baik, ia juga mencapai tujuan
terakhirnya atau kebahagiaan.

o Apakah fungsi yang khas bagi manusia itu ? apakah keunggulan manusia, dibandingkan dengan makhluk-
makhluk lain ? Aristoteles menjawab : akal budi atau rasio. Karena itu manusia mencapai
kebahagiaan dengan menjalankan secara paling baik kegiatan-kegiatan rasionalnya. Dan tidak cukup
ia melakukan demikian beberapa kali saja, tapi harus sebagai suatu sikap tetap. Hal itu berarti
bahwa kegiatan-kegiatan rasional itu harus dijalankan dengan disertai keutamaan.

o Bagi Aristoteles ada dua macam keutamaan, yaitu :


1. keutamaan moral
2. keutamaan intelektual
1. Keutamaan moral
Disini aristoteles melukiskan keutamaan moral sebagai suatu sikap yang memungkinkan manusia untuk memilih jalan tengah
antara dua ekstrem yang berlawanan.

2. Keutamaan intelektual
Hal ini di jelaskan oleh aristoteles bahwa rasio manusia mempunyai dua fungsi, di satu sisi rasio manusia memungkinkan
manusia untuk mengenal kebenaran dalam arti ini rasio dapat di katakan sebagai rasio teoritis. Di lain pihak rasio manusia
berfungsi sebagai pemberi petunjuk atau keputusan supaya orang mengetahui apa yang harus ia lakukan dalam keadaan tertentu,
dan di sisi ini rasio bisa di katakan sebagai rasio praktis. Sehingga dari sini aristoteles membagi keutamaan yang
menyempurnakan rasio: ada kebijaksanaan teoritis dan ada kebijaksanaan praktis.
UTILITARIANISME

 Utilitarianisme adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu tindakan yang patut
adalah yang memaksimalkan penggunaan (utility), biasanya didefinisikan sebagai memaksimalkan kebahagiaan
dan mengurangi penderitaan.

 "Utilitarianisme" berasal dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau
menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness
theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan
muridnya, John Stuart Mill.

 Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna,
berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak bermanfaat, tak
berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna,
berfaedah, dan menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan
o Menurut kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya
menghindari atau mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang
dilakukan, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Adapun maksimalnya
adalah dengan memperbesar kegunaan, manfaat, dan keuntungan yang
dihasilkan oleh perbuatan yang akan dilakukan. ]Perbuatan harus diusahakan
agar mendatangkan kebahagiaan daripada penderitaan, manfaat daripada
kesia-siaan, keuntungan daripada kerugian, bagi sebagian besar orang.
Dengan demikian, perbuatan manusia baik secara etis dan membawa dampak
sebaik-baiknya bagi diri sendiri dan orang lain.
David Hume Jeremy Bentham

o Utilitarianisme berasal dari tradisi pemikiran moral United Kingdom dan di kemudian
hari berpengaruh ke seluruh kawasan yang berbahasa Inggris. Filsuf Skotlandia, David
Hume ( 1711 – 1776 ), sudah memberi sumbangan penting ke arah perkembangan aliran
ini, tapi Utilitarianisme menurut bentuk lebih matang berasal dari filsuf Inggris Jeremy
Bentham (1748 – 1832), dengan bukunya Introduction to the principles of morals and
legislation (1789).
o Karena menurut kodratnya tingkah laku manusia terarah pada kebahagiaan, maka suatu perbuatan dapat
dinilai baik atau buruk, sejauh dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan sebanyak mungkin orang.
Dalam hal ini Bentham meninggalkan hedonisme individualistis dan egoistis dengan menekankan bahwa
kebahagiaan itu menyangkut seluruh umat manusia. Moralitas suatu tindakan harus ditentukan dengan
menimbang kegunaannya untuk mencapai kebahagiaan umat manusia.

o salah satu kekuatan Utilitarianisme adalah bahwa mereka menggunakan sebuah prinsip jelas dan rasional.
Dengan mengikuti prinsip ini, pemerintah mempunyai pegangan jelas untuk membentuk kebijakaannya
dalam mengatur masyarakat.

o Teori ini memperhatikan hasil perbuatan, kita semua mempunyai kesan spontan bahwa hasil perbuatan turut
menentukan kualitas etis perbuatan itu. Suatu perbuatan yang mempunyai akibat jelek [ karena umpamanya
mencelakakan orang lain ] mempunyai peluang lebih besar untuk dianggap secara etis jelek dari pada
perbuatan yang mempunyai akibat baik [ karena umpamanya membantu orang lain ].
o Utilitarianisme dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Utilitarisme perbuatan (act utililitarianism)
Menyatakan bahwa kita harus memperhitungkan,
kemudianmemutuskan, akibat-akibat
yang dimungkinkan dari setiap tindakanaktual ataupun yang
direncanakan.

2. Utilitarisme aturan (rule utilitarianism).


Menyatakan bahwa kita harus mengira-ngira, lalu memutuskan,
hasil-hasil dari peraturan dan hukum- hukum.
DEONTOLOGI

Etika deontologis atau deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai
moralitas suatu tindakan berdasarkan kepatuhan pada peraturan.

Etika ini kadang-kadang disebut etika berbasis "kewajiban" atau "obligasi" karena
peraturan memberikan kewajiban kepada seseorang.

Etikadeontologis biasanya dianggap sebagai lawan dari konsekuensialisme, etika


pragmatis, dan etika kebajikan.
o Dentologi Menurut I. Kant, adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa
sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang
relevan untuknya.

o Tujuan filsafat moral menurut Kant adalah untuk menetapkan dasar yang paling dalam
guna menentukan keabsahan (validitas) peraturan-peraturan moral. Ia berusaha untuk
menunjukkan bahwa dasar yang paling dalam ini terletak pada akal budi murni, dan
bukan pada kegunaan, atau nilai lain.
o Dentologi Menurut William Devid Ross(1877-1971) , Kewajiban itu selalu merupakan kewajiban
Prime Facie ( pada pandangan pertama ), artinya suatu kewajiban untuk sementara, dan hanya berlaku
sampai timbul kewajiban lebih penting lagi yang mengalahkan kewajiban pertama tadi.

o Ross menyusun ssebuah daftar kewajiban yang semuanya merupakan kewajiban prima facie:
1. kewajiban kesetiaan
2. kewajiban ganti rugi
3. kewajiban terimakasih
4. kewajiban keadilan
5. kewajiban berbuat baik
6. kewajiban menggenggamkan dirinya
7. kewajiban untuk tidak merugikan

o menurut Ross setiap manusia mempunyai intuisi tentang kewajiban kewajiban, fungsi lain
dari akal budi (selain intuisi) yaitu penalaran (reasoning).
o pandanganRoss ini merupakan kemajuan besar terhadap
rigorisme dari kant. namun dengan demikian terbuka
kemungkinan bahwa tidak semua orang yang itu dalam
suatu diskusi moral akan mencapai kesimpulan yang
sama. contoh paling mencolok adalah diskusi tentang
abortus provokatus yang sudah lama berkisar pada dua
pendapat (pro dan kontra) yang tidak pernah bisa
mencapai kesepakatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai