Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU ETIKA DAB TANGGUNG JAWAB PROFESI

Dosen Pengampu : Rosa Tedjabuwana

Oleh :
Selvira Destika Rahman
211000305
Kelas H

ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
TEORI TEORI ETIKA

 HEDONISME

Meminjam uraian Suseno (1987: 113) hedonism merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani
yakni dari kata hedone yang berarti nikmat atau kegemiraan. Hedonisme memiliki pandangan untuk
sebuah tujuan yaitu kebahagiaan dengan cara hidup untuk menikmati.

Teori etika yang tertua hedonisme, teori yang berusaha untuk memandang upaya moral manusia dalam
term prinsip-prinsip dasar bahwa kesenangan merupakan satu-satunya kebaikan bagi manusia. Daniel
Michael Wijers menjelaskan bahwa filsafah hedonist lebih cenderung kepada teori Virtue dan teori
Well Being. Bila dilihat dari sisi teori Virtue, hedonist beranggapan bahwa hanya kesenangan secara
instrinsik yang berharga dan rasa sakit yang tidak berharga.1

Hedonisme mengarahkan etika kepada keperluan untuk menghasilkan sebanyak-banyaknya


kesenangan bagi manusia. Kesenangan dalam term hedonisme ini tidak sembarang kesenangan, tetapi
kesenangan yang secara instrinsik diinginkan (intrinsically desirable). Pandangan ini berangkat dari
argumentasi bahwa sesuatu yang diinginkan (desirable), baik (good), atau bermanfaat (worthwhile),
adalah ketika hal itu datang dengan sendirinya dan tanpa pertimbangan-pertimbangan tertentu. Banyak
hal (misalnya, orang yang pergi ke dokter) termasuk dalam bermanfaat jika dilihat dari dampaknya,
akan tetapi tidak akan ada seorangpun yang mengatakan bahwa pergi ke dokter itu adalah sesuatu yang
secara intrinsik diinginkan.2

 UTILITARIANISME

Teori utilitarianisme mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika bisa
memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat. Teori utilitarianisme sebagai
teori etika kegunaan suatu tindakan ekonomis, sesuai sekali dengan prinsip prinsip ekonomis. Teori ini
cukup jelas dengan dijelaskan melalui teori cost benefit analysis yang dipakai dalam konteks ekonomi.
Manfaat utilitarianisme mampu menghitung keuntungandan kerugian atau kredit dan debet dalam
bisnis. Banyak penganut utilitarianismemengusahakan melaksanakan perhitungan etis ekonomis
tersebut. Kemanfaatan selalu dikaitkan dengan teori utilitarianisme milik Jeremy Bentham. Istilah dari
“The greatest happiness of the greatest number” selalu

diidentikkan sebagai kebahagiaan yang ditentukan oleh banyaknya orang, sehingga taraf ukur
kebahagiaan mayoritas yang menentukan bagaimana hukum tersebut dibentuk. Namun, istilah tersebut
lebih cocok diartikan sebagai jaminan kebahagiaan individu yang harus diberikan oleh negara kepada
warga negaranya serta menghilangkan penderitaan bagi masyarakat melalui instrumen hukum,
sehingga tolak ukur dari instrument hukum tersebut adalah “kebahagiaan” dan “penderitaan”. Pada
dasarnya, konsepsi mengenai kebahagiaan yang ditentukan oleh mayoritas, merupakan terobosan
paling mutakhir saat Jeremy Bentham menguraikannya pada zamannya. Sekilas, memberikan
kebahagiaan yang besar kepada masyarakat terlihat benar adanya, tetapi penulis beranggapan bahwa
penjelasan yang berakhir dengan kesimpulan tersebut, dinilai
masih kurang tepat karena istilah “The greatest happiness of the greatest number” diletakkan oleh
Jeremy Bentham untuk menyebutkan salah satu batu uji dari teori utilitarianismenya, bukan sebagai
poin penting yang menyebutkan bahwa “agar memenuhi kemanfaatan, maka hukum harus memenuhi
keinginan mayoritas.”
Pandangan utilitarianisme pada dasarnya merupakan suatu paham etis-etika yang menempatkan
tindakan-tindakan yang dapat dikatakan baik adalah yang berguna, memberikan faedah (manfaat), dan
menguntungkan, sedangkan tindakan-tindakan yang tidak baik adalah yang memberikan penderitaan
dan kerugian. Lebih lanjut, kebahagiaan tersebut menurut sudut pandang utilitarianisme tidak memihak
karena setiap orang pasti menginginkan kebahagiaan dan bukannya penderitaaan, oleh karena itu
konsep utilitarianisme mendasarkan kebahagiaan sebagai batu uji moralitas yang sifatnya “impartial
promotion of well-being”, yaitu menjunjung kebahagiaan/ kesejahteraan yang tidak memihak. Dari sini,
kita mendapatkan alasan mengapa Jeremy Bentham mengistilahkan kebahagiaan sebagai “The greatest
number”, yaitu karena suatu tindakan yang etis atau bermoral tersebut dapat dirasakan oleh semua

1
Daniel Michael Wijers , hlm. 16
2
Richard B. Brand , 1967, hlm.442
orang melalui kebahagiaan, karena sifat kebahagiaan tersebut yang seharusnya tidak memihak dan
dapat dirasakan oleh siapapun.

 DEONTOLOGI

Deontologi‟ berasal dari kata Yunani “deon”, berarti kewajiban. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai
dan dibenarkan berdasarkan atau tujuan baik dari tindakan itu, melainkan berdasarkan kewajiban
bertindak baik kepada orang lain sebagaimana keinginan diri sendiri selalu berlaku baik baik pada diri
sendiri. Deontologi merupakan teori etika yang menyatakan bahwa yang menjadi

dasar bagi baik buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban seseorang untuk berbuat baik kepada
sesama manusia. Merupakan teori etika yang memberi jawaban atas pertanyaan “mengapa suatu
perbuatan adalah baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk”, deontologi menjawab: “karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban seseorang untuk berbuat baik pada orang lain dan karena
perbuatan kedua dilarang untuk dilakukan”. `Teori etika ini menyatakan bahwa nilai moral suatu
tindakan tidak boleh dinilai pada dampaknya (hasil atau kebaikan yang akan diperoleh), karena
kesudahannya tidak jelas dan tidak dapat ditentukan pada saat tindakan tersebut dilakukan.
Nilai prinsip bermoral sesuatu tindakan itu bergantung kepada niat seseorang itu sebelum ia membuat
keputusan atau melakukan suatu tindakan. Dampak atau akibat-akibat dari tindakan kita sebenarnya
tidak berada di bawah kontrol kita. Sementara motif atau niatlah yang ada di bawah kontrol kita, dan
karena itu kita harus bertanggungjawab secara moral atas motif kita untuk membuat kebaikan atau
keburukan.

Anda mungkin juga menyukai