BAB I
PENDAHULUAN
a. kesadaran diri
b. kejujuran atau kejujuran
c. mengambil tanggung jawab
Seorang pemimpin bisa merinci informasi semacam itu ke dalam beberapa hal, seperti
bentuk kesempatan yang akan diberikan, kriteria apa yang membuat seorang anak
buah mendapatkan kesempatan, dan kondisi macam apa yang memicu kesempatan
berkembang. Cara seperti ini mengisyaratkan manajemen yang rapi, sekaligus
menunjukkan kemauan serius dari pemimpin.
1) Pelatihan formal atau Diklat. Fungsi pelatihan formal bukan sekadar untuk
mempererat komunikasi antara pemimpin dan bawahan, melainkan juga dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan staff dan memprediksi kemajuan-kemajuan
berdasarkan kategori dan penilaian tertentu.
2) Pemberian tugas bagi karyawan untuk menempuh jenjang pendidikan lebih lanjut.
Tidak semua organisasi bisa menerapkan cara seperti ini. Pilihan ini umumnya
dibutuhkan jika organisasi itu merupakan lembaga yang berkonsentrasi di bidang
keilmuan, seperti lembaga penelitian.
3) Kerja tim dan sharing pengetahuan. Yang satu ini merupakan aktivitas yang paling
umum dan memungkinkan untuk dilaksanakan. Beberapa orang yang terlibat dalam
pengerjaan sebuah tugas/proyek bisa mempelajari dan membicarakan segala
kemungkinan pengembangan dengan cara yang lebih baik.
Memang ada banyak pilihan aktivitas di luar sana, namun tiga yang disebut di atas
bisa dipilih jika anda memang benar-benar menginginkan anak buah anda untuk
berkembang.
Pemimpin tidak bisa mendesain sebuah rencana tanpa melibatkan banyak orang,
analisis, pertimbangan-pertimbangan, faktor-faktor, dan lain sebagainya.
Rencana sekaligus berfungsi sebagai sebuah pemandu jalan bagi para pemimpin demi
merealisasikan program-program tertentu yang berkaitan dengan rencana
pengembangan kualitas karyawan. Singkat kata, peran pemimpin sebagai people
developer menuntut ia untuk bekerja berdasarkan grand design tentang
pengembangan karyawan.
Dalam konsep perencanaan itu sendiri, ada beberapa makna yang perlu diketahui.
Namun yang paling penting untuk diingat adalah perencanaan merupakan hasil dari
satu atau beberapa sesi diskusi. Jelaslah bahwa di sini perencanaan merupakan hasil
dari komunikasi yang terselenggara antara pihak atasan dan bawahan, dan barangkali
juga melibatkan kolega pemimpin (bisa sesama supervisor atau pihak lain seperti
manajemen).
Grand design tentang pengembangan karyawan yang berasal dari pemimpin bisa
didiskusikan lewat sebuah pertemuan, di mana desain tersebut dijabarkan oleh
pemimpin dan ia kemudian meminta karyawan untuk mengeluarkan pendapatnya atas
desain tersebut.
2) Setelahnya, atau persisnya setelah masing-masing perspektif dibeberkan, seorang
pemimpin bisa meminta karyawan atau anak buahnya memberikan feedback atas
desain yang telah dirancangnya.
Feedback menjadi penting karena di sinilah para karyawan akan menilai sejauh mana
rencana bisa diimplementasikan dan apa saja kemungkinan dampaknya di masa depan
bagi pengembangan karyawan. Feedback juga bisa berfungsi untuk mengukur
peningkatan kinerja yang telah dicapai sampai di sini.