Metafisika Umum Dan Metafisika Khusus
Metafisika Umum Dan Metafisika Khusus
Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani, yakni empeiria yang berarti coba-
coba atau pengalaman. Empiris juga berarti dapat dibuktikan atau diverifikasi
berdasarkan pengalaman, pengamatan, percobaan atau data yang sesuai
kenyataan atau sesuai fakta yang ada.
Jadi sebuah data yang empiris memiliki arti bahwa data tersebut didasarkan
pada penelitian, observasi ataupun eksperimen yang telah dilakukan, sehingga
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Namun, data empiris bisa saja
berlawanan dari teori yang ada.
Karena itulah, seorang peneliti harus menggunakan data empiris atau yang
berdasarkan kenyataan dan fakta di lapangan. Seseorang yang melakukan
penelitian harus berdasarkan data empiris, yang berarti data tersebut telah
terbukti kebenarannya, didasarkan fenomena yang diamati dan diukur.
Suatu data empiris di peroleh dari pengalaman langsung dan aktual bukan
hanya sekedar dari teori. Jika data hanya berbasis teori, maka data itu termasuk
data asumsi dan tidak bersifat empiris. Penelitian harus menggunakan data asli
yang empiris sesuai prinsip sains itu sendiri.
Postulat berasal dari bahasa Latin yaitu postulatum dan postulare yang artinya
meminta dan menuntut.[1] Istilah postulat biasanya digunakan untuk
menunjukkan proposisi yang merupakan titik tolak pencarian yang
bukan definisi atau pengandaiaan sementara. Postulat tidak juga sedemikian
pasti sehingga dapat diangkat sebagai aksioma. Proposisi itu ditentukan
sebagai benar dan digunakan tanpa pembuktian. Dengan kata
lain, postulat juga termasuk dalam salah satu dari kelompok istilah yang saling
berkaitan, termasuk definisi, asumsi, hipotesis, dan aksioma. Hal ini dapat dirinci
dengan penjelasan sebagai berikut:
Yang sering terjadi dalam salah persepsi adalah ketika terjadi pertemuan antar
seorang yang berbeda type dan mental, sudut pandang mereka yang berbeda
menyebabkan komunikasi yang tidak seimbang sehingga tidak ada keselarasan
dan akhirnya kerengganganpun tak dapat di elakkan lagi karena asumsi yang
satu beranggapan negative dengan yang lainnya. Ah ironi sekali, bila ini terjadi
di dalam keluarga kita sendiri, tetapi orang yang berpengertian pasti berkepala
dingin sehingga dapat memahami dan mencairkan suasana yang kaku. Yang di
butuhkan adalah kesabaran dan rendah hati untuk mengalah.
Dalam penuturan di atas, semoga pemahaman yang benar dapat kita ambil
untuk merefleksikan diri kita berada di dalam kelompok yang mana saat ini, dan
keputusan apa yang kita inginkan terjadi pada diri kita di saat ini untuk saat
mendatang.