Anda di halaman 1dari 7

Metafisika Umum dan Metafisika Khusus

Metafisika umum (ontologi) berbicara tentang segala sesuatu sekaligus.


Perkataan ontologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti “yang ada” dan,
sekali lagi, logos. Maka objek material dari bagi filsafat umum itu terdiri dari
segala-gala yang ada. Pertanyaan-pertanyaan dari ontologi misalnya:
· Apakah kenyataan merupakan kesatuan atau tidak?
· Apakah alam raya merupakan peredaran abadi dimana semua gejala selalu
kembali, seperti dalam siklus musim-musim, atau justru suatu proses
perkembangan?

Ontologi membicarakan azas-azas rasional dari yang-ada, sedangkan


kosmologi membicarakan azasazas dari yang-ada yang teratur. Ontologi
berusaha untuk mengetahui esensi yant terdalam dari yang-ada, sedangkan
kosmologi berusaha untuk mengetahui ketertibannya serta susunannya.
Materialisme adalah ajaran ontologi yang mengatakan bahwa yang ada
terdalam bersifat materi.

Sedangkan metafisika khusus (kosmologi) adalah ilmu pengetahuan


tentang struktur alam semesta yang membicarakan tentang ruang, waktu, dan
gerakan. Kosmologi berasal dari kata “kosmos” = dunia atau ketertiban, lawan
dari “chaos” atau kacau balau atau tidak tertib; dan “ logos” =ilmu atau
percakapan. Kosmologi berarti ilmu tentang dunia dan ketertiban yang paling
fundamental dari seluruh realitas.
Pengertian Empiris Secara Umum dan Menurut Para Ahli
[Lengkap]
Pengertian empiris – Kata empiris tentu tidak asing bagi yang bergerak di
bidang sains atau pernah melakukan penelitian. Secara singkat, arti empiris
adalah suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang telah
teramati oleh indera, menekankan peranan pengalaman atau percobaan dalam
memperoleh suatu pengetahuan.

Istilah empirisme diambil dari bahasa Yunani, yakni empeiria yang berarti coba-
coba atau pengalaman. Empiris juga berarti dapat dibuktikan atau diverifikasi
berdasarkan pengalaman, pengamatan, percobaan atau data yang sesuai
kenyataan atau sesuai fakta yang ada.
Jadi sebuah data yang empiris memiliki arti bahwa data tersebut didasarkan
pada penelitian, observasi ataupun eksperimen yang telah dilakukan, sehingga
kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Namun, data empiris bisa saja
berlawanan dari teori yang ada.

Karena itulah, seorang peneliti harus menggunakan data empiris atau yang
berdasarkan kenyataan dan fakta di lapangan. Seseorang yang melakukan
penelitian harus berdasarkan data empiris, yang berarti data tersebut telah
terbukti kebenarannya, didasarkan fenomena yang diamati dan diukur.

Suatu data empiris di peroleh dari pengalaman langsung dan aktual bukan
hanya sekedar dari teori. Jika data hanya berbasis teori, maka data itu termasuk
data asumsi dan tidak bersifat empiris. Penelitian harus menggunakan data asli
yang empiris sesuai prinsip sains itu sendiri.
Postulat berasal dari bahasa Latin yaitu postulatum dan postulare yang artinya
meminta dan menuntut.[1] Istilah postulat biasanya digunakan untuk
menunjukkan proposisi yang merupakan titik tolak pencarian yang
bukan definisi atau pengandaiaan sementara. Postulat tidak juga sedemikian
pasti sehingga dapat diangkat sebagai aksioma. Proposisi itu ditentukan
sebagai benar dan digunakan tanpa pembuktian. Dengan kata
lain, postulat juga termasuk dalam salah satu dari kelompok istilah yang saling
berkaitan, termasuk definisi, asumsi, hipotesis, dan aksioma. Hal ini dapat dirinci
dengan penjelasan sebagai berikut:

 Pernyataan yang dibutuhkan sebagai suatu asumsi atau yang ditegaskan,


tanpa bukti atau sebagai jelas secara sendirinya, biasanya dalam
konteks sistem logika atau matematika formal.
 Pernyataan yang diterima sebagai benar tanpa sendiri memiliki bukti logis
bagi kebenarannya dan yang digunakan untuk menurunkan pernyataan lain
yang membentuk sistem analisis logis atau logiko empiris yang koherenen.
 Asumsi, perkiraan, atau hipotesis yang diakui atau ditetapkan sedemikian
rupa sehingga suatu studi bisa dilaksanakan secara sistematis.
asumsi/asum·si/ n1 dugaan yang diterima sebagai dasar; 2 landasan berpikir
karena dianggap benar;

mengasumsikan/meng·a·sum·si·kan/ v menduga; memperkirakan; memperhitungkan;


meramalkan

ASUMSI ADALAH NALAR TERENDAH…….

Tidak dapat di pungkiri lagi bahwa kegagalan, kemarahan, pertengkaran dan


sebagainya biasanya di sebabkan oleh karena kita suka berasumsi daripada
bertanya dengan jelas, ataupun tidak terjadinya keselarasan dalam komunikasi,
salah pengertian karena persepsi masing-masing yang berbeda. Hal- hal
kecilpun kadang bisa menjadi hal- hal yang besar dan bila hal itu dalam
kebaikan akan menjadi sesuatu yang mendatangkan kebaikan,tetapi bagaimana
bila hal itu menjurus kepada hal yang buruk, pasti tentunya akan menjadi lebih
buruk lagi dan bahkan bisa membahayakan jiwa manusia. Hal inilah yang sering
menjadi pemicu keretakan dalam hubungan ataupun yang dapat menimbulkan
perasaan tidak senang bahkan anti antara satu dengan yang lainnya di antara
sesama manusia.

Semakin majunya zaman, dengan manusia semakin bergantung kepada


tekhonogi, semakin instan pula segala sesuatu yang di hasilkan, semakin
langka pula manusia mengenali dan memahami masing-masing pribadi orang,
yang hanya banyak menuntut orang lain untuk memahami dirinya daripada
dirinya memahami orang lain. Seperti di gunung media, seberapa banyak
sekarang, orang-orang yang menggunakan twieter, facebook dan youtube untuk
berkomunikasi ,berbisnis, ataupun untuk sensasi yang lainnya .Mereka akan
saling memfollow satu dengan yang lain untuk kepentingan masing-masing.
Public figure sudah pasti mengharapkan banyak follower, maka dia akan
semakin popular. Bila apa yang di bagikan oleh public figure tersebut hal-hal
yang membangun mental dan keyakinan yang baik, sudah pasti akan
mendampaki terbangunnya suatu bangsa yang damai sejahtera, tetapi apabila
yang di bagikan bagaimana menjadi kaya secara instant maka dampaknyapun
akan terjadi dengan bermacam-macam reaksi, seperti orang yang hanya focus
kepada diri sendiri, menjadi bernafsu untuk berinvestasi tanpa menghitung
resiko yang ada, atau kekecewaan dan kemarahan ketika terjadi kerugian atau
penipuan. Berbagai beritapun dapat kita dengar dan tonton sekarang ini,
sehingga apabila begitu banyak berita buruk yang terjadi, sebagian akan
terdampaki menjadi resah, ketakutan atau mencontoh hal-hal buruk tersebut,
tetapi apabila persepsi yang benar terjadi, maka akan terjadi kewaspadaan
tanpa keresahan yang menimbulkan pembelajaran dan empati untuk orang-
orang yang di rugikn tanpa pengutukan. Semua ini kembali kepada masing-
masing kedewasaan berpikir seseorang, bukan kepintaran belaka.

Dalam segala hal memang di perlukan pengertian, tetapi bagaimana akan


terjadi pengertian apabila tidak pernah terjadi komunikasi yang selaras ?
komunikasi selaras juga perlu di dukung oleh pemahaman masing-masing
orang dalam memandang. Bila pandangan orang satu dengan yang lain tidak
dapat saling melengkapi, di situlah terjadinya celah asumsi yang mendatangkan
salah pengertian dan bila di biarkan akan semakin membangun tembok
perseteruan. Seperti dalam perkawinan, apabila pandangan satu dengan yang
lain berbeda dan timbul asumsi-asumsi yang di bangun oleh perasaan
marah,gelisah dan iri hati, bila tidak cepat di bereskan maka tidak heran akan
terjadi permusuhan, pengkhianatan ataupun perceraian. Dan yang buruk lagi
akan terjadi pertikaian yang memakan korban. Hal inipun juga dapat terjadi di
tingkat perusahaan, organisasi,ataupun Negara. Akar permasalahannya adalah
asumsi yang menjadi persepsi yang salah dalam berkomunikasi dan menjalar
kepada tindakan.

Sangat di sayangkan apabila hanya karena asumsi, akan mengorbankan


ketenangan diri sendiri bahkan orang lain yang tidak bersalah. Mari mulailah
terus memperbaharui pikiran kita, bukan hanya dengan pengetahuan intelektual
saja, tetapi Spiritual yang benar untuk menguasai emosi kita di terapkan kepada
pilihan-pilihan yang benar. Seseorang memang rata-rata mempunyai watak
kepribadian dan mental yang berbeda-beda. Ada orang bertype dominan, intim,
stabil dan cermat. Secara mentalpun ada orang berada di golongan rendah dan
yang paling banyak jumlahnya, yaitu yang cepat menyerah, ada pula di
golongan menengah, yang rajin mencapai target tetapi setelah itu cepat puas
diri dan mendirikan kemahnya, dan mental yang paling tanggung adalah
seseorang yang tidak akan cepat puas dengan pencapaiannya sehingga dia
akan terus menerus belajar dan memperbaharui pola pikirnya dengan tiada
hentinya sehingga mampu mencapai kemaksimalan melewati batas dirinya
sendiri.

Yang sering terjadi dalam salah persepsi adalah ketika terjadi pertemuan antar
seorang yang berbeda type dan mental, sudut pandang mereka yang berbeda
menyebabkan komunikasi yang tidak seimbang sehingga tidak ada keselarasan
dan akhirnya kerengganganpun tak dapat di elakkan lagi karena asumsi yang
satu beranggapan negative dengan yang lainnya. Ah ironi sekali, bila ini terjadi
di dalam keluarga kita sendiri, tetapi orang yang berpengertian pasti berkepala
dingin sehingga dapat memahami dan mencairkan suasana yang kaku. Yang di
butuhkan adalah kesabaran dan rendah hati untuk mengalah.

Dalam pengkelompokan, dapat diumpamakan terbagi menjadi dua: yaitu


kelompok ayam dan kelompok rajawali.

1)Dalam kelompok ayam, di ibaratkan bahwa mereka mempunyai sayap untuk


terbang namun karena kesukaannya sedikit-sedikit ribut berkokok membuat
pandangan matanya rendah dan sempit sehingga dia tidak mau berupaya
melatih sayapnya untuk terbang tinggi. Seperti amsal berkata bahwa yang
terpenting untuk berhasil adalah hikmat,sedangkan hikmat terlalu tinggi bagi
orang bodoh. Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian daripada
seratus pukulan pada orang bebal.Hikmat tinggal di dalam hati orang yang
berpengertian tetapi tidak di kenal di dalam hati orang bebal.Bibir orang bebal
menimbulkan perbantahan, dan mulutnya berseru meminta pukulan. Orang
bebal dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat bagi nyawanya.

2)Dalam kelompok rajawali, di ibaratkan bahwa mereka memiliki sudut pandang


yang begitu jauh dan tajam sehingga mereka lebih senang membangun
sarangnya di tempat yang tinggi di atas dasar sebuah batu. Apabila terjadi badai
yang di umpamakan adalah sebuah tantangan, dia akan semakin berani dan
tertantang untuk badai itu membawanya terbang tinggi dengan melewati badai
tersebut. Seperti amsal berkata, berilah orang bijak nasihat, maka ia akan
menjadi lebih bijak, ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan
bertambah. Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga
orang bijak menuntut pengetahuan. Bibir orang bijak menaburkan pengetahuan,
tetapi hati orang bebal tidak jujur.Siapa bergaul dengan dengan orang bijak
menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi
malang.mahkota orang bijak adalah kepintarannya, tajuk orang bebal adalah
kebodohannya.

Dalam penuturan di atas, semoga pemahaman yang benar dapat kita ambil
untuk merefleksikan diri kita berada di dalam kelompok yang mana saat ini, dan
keputusan apa yang kita inginkan terjadi pada diri kita di saat ini untuk saat
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai