Anda di halaman 1dari 8

Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis).

Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber 8 kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas. Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok. Namun, kenyataannya perilaku kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua model perilaku kepemimpinan yang ekstrim di atas, melainkan memiliki kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrim tersebut. (sumber : staff.uny.ac.id oleh sutrisna wibawa) DEFINISI KEPEMIMPINAN Menurut Cragan dan Wright : komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Menurut Stogdill (1948) : suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan. Klasifikasi Gaya kepemimpinan menurut White dan Lippit (1960): Otoriter keputusan dan kebijakan seluruhnya ditentukan oleh pemimpin Demokratis pemimpin mendorong dan membantu anggota untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan Laissez Faire pemimpin memberikan kebebasan penuh bagi anggota kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi pemimpin yang minimal

Syarat-syarat gaya kepemimpinan demokratis yang produktif menurut Gibb (1969), bila: a) tidak ada anggota kelompok yamg merasa dirinya lebih mampu mengatasi persoalan daripada kelompok yang lain b) metode komunikasi yang tepat belum diketahui atau tidak dipahami c) semua anggota berusaha mempertahankan hak-hak individual mereka Syarat-syarat gaya kepemimpinan otoriter yang efektif, bila: a) kecepatan dan efisiensi pekerjaan lebih utama daripada perundingan b) situasinya benar-benar baru sehingga anggota kelompok butuh pengertian sumber : staff.gunadarma.ac.id

5 PEMIMPIN YANG EFEKTIF Tidak ada gaya atau karakteristik kepemimpinan yang dpat dikatakan efektif tanpa mempetimbangkan situasi kultural, situasi kerja dan kebutuhan pekerja yang terus-menerus berubah dari waktu ke waktu. Karakteristik kepemimpinan yang efektif dikemukan oleh beberapa ahli sebagai berikut: 1. Fiedler (1977), dikutif dari Gillies (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berjalan efektif bila: 1) Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari satu gaya ke gaya lainnya seiring dengan terjadinya perubahan situasi kerja. 2) Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal situasi kerja dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota kelompok kerja lainnya. 2. Bennis menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memenuhi karakteristik sebagai berikut: 1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia. 2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan. 3) Mempunyai kempuan menjalin hubungan antar manusia. 4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk mengenal orang lain dengan baik. (www.scribd.com)

Berikut ini akan dikemukakan satu persatu gaya-gaya kepemimpinan tersebut: 1. Gaya Kepemimpinan Otokratis Gaya kepemimpinan Otokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan membatasi inisiatif maupun daya pikir tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis sebagai berikut: Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkahlangkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota Pemimpin kurang memperhatikan kebutuhan bawahan Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawah saja Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya. Banyak akibat negatif jika kepemimpinan otokratis ini dijalankan, diantaranya adalah: Perasaan takut dan ketegangan selalu terdapat pada orang-orang yang dipimpin karena selalu dibayangi oleh ancaman dan hukuman. Akibat rasa takut maka orang yang dipimpin tidak berani mengambil inisiatif dan keputusan maka kreatif akan tidak pernah tersalurkan dan berkembang. Timbul sikap apatis, menunggu perintah baru bekerja. Kegiatan yang berlangsung adalah kegiatan teknis dan rutin, sifatnya statis karena mengulangi sesuatu yang dianggap sudah benar.[1] Dalam praktek walaupun sudah diketahui kelemahan gaya kepemimpinan otokratis ini, tapi orang masih menerima dan tunduk kepada kepemimpinan itu : hal itu disebabkan oleh : Orang yang dipimpin percaya bahwa tujuan yang digariskan oleh pimpinan adalah untuk kepemimpinan umum dan kepentingan bersama. Ada kepercayaan akan kecakapan dan kemampuan pemimpin dalam mencapai tujuan yang telah digariskan itu. Orang yang dipimpin tidak banyak mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan keputusan yang diambil oleh pimpinan. Takut terhadap sanksi-sanksi yang setiap saat dapat dijatuhkan oleh pimpinan. Kepemimpinan yang otokratis seringkali dipakai dalam situasi yang mendesak, tidak mungkin dilakukan dengan jalan musyawarah.[2] Gaya Kepemimpinan Laissez Faire (Kendali Bebas)

a. b. c. d. e. f. g.

a. b. c. d.

a. b. c. d.

2.

a. b. c. d. e. f. g.

a. b. c. d.

Gaya kepemimpinan kendali bebas mendeskripsikan pemimpin yang secara keseluruhan memberikan karyawannya atau kelompok kebebasan dalam pembuatan keputusan dan menyelesaikan pekerjaan menurut cara yang menurut karyawannya paling sesuai. Ciri-ciri gaya kepemimpinan kendali bebas : Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal yang mereka anggap cocok. Pimpinan dengan gaya situasi ini berpendapat bahwa tugasnya adalah menjaga dan menjamin kebebasan tersebut serta menyediakan segala kebutuhan dan fasilitas yang dibutuhkan organisasi, atau orang yang dipimpinnya guna menyelenggarakan organisasinya. Suasana kerja seperti ini akan menimbulkan berbagai hal yang negatif diantaranya adalah: Timbulnya kekacauan dalam pelaksanaan tugas ; Timbul kesimpangsiuran kerja dan wewenang ; Banyak ide-ide yang tidak terlaksanakan; Hasil kerja sulit dicapai secara maksimal.

Munculnya gaya kepemimpinan ini disebabkan karena: a. Pimpinan kurang memiliki kemampuan atau kecakapan memimpin lebih-lebih bila ada anggota yang dianggap lebih mampu dari dirinya; b. Pimpinan tidak memiliki semangat kerja; c. Komunikasi yang tidak mementingkan upaya, letak tempat yang berjauhan.[3] 3. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Partisipatif Demokratis ditandai dengan adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri. Gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan, mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan.

a. b.

c. d. e.

Ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis: Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas. http://nurriasf.blogspot.com/2012/02/macam-macam-gaya-kepemimpinan.html GAYA KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN a. gaya demokratis adalah cara dan irama seseorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode pembagian tugas secara merata dan adil, kemudian pemilihan tugas tersebut dilakukan secara terbuka, antar bawahan dianjurkan berdiskusi tentang keberadaannya untuk membahas tugasnya, baik bawahan yang teredah sekalipun boleh meyampaikan saran serta diakui haknya, dengan demikian dimiliki persetujuan dan konsensus atas kesepakatan bersama. gaya birokratis dalam kepemimpinan pemeritahan gaya birokratis adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode tanpa pandang bulu, artinya setiap bawahan harus diperlakukan sama disiplinnya, spesialisasi tugas yang khusus, kerja yang ketat pada aturan (rule), sehingga kemudian bawahan menjadi kaku tetapi sederhana (zakelijk). gaya kebebasan merupakan gaya dan irama seorang pemimpin pemerintahan dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan memakai metode pemberian keleluasaan pada bawahan seluas-luasnya, metode ini dikenal juga dengan Laissez faire atau libelarism. Dalam gaya ini setiap bawahan bebas bersaing dalam berbagai strategi ekonomi, politik, hukum dan administrasi. gaya otokratis adalah cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyaraktnya dengan metode paksaan kekuasaan (coercive power).. Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA dengan bukunya Teori&Praktek Kepemimpinan mengatakan bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak bisa berubah menghadapi situasi

bagaimanapun. Jika seorang pemimpin memiliki ciri-ciri kepemimpinan yang otokratik, gaya kepemimpinannya pun akan otokratik pula, terlepas dari situasi yang dihadapinya. Sebaliknya, seseorang yang pada dasarnya berpandangan demokratik akan secara konsisten menggunakan gaya kepemimpinannya yang partisipatif meskipun situasi organisasional yang dihadapinya sesungguhnya menuntut gaya kepemimpinan yang lain. Menurut teori situasional, seorang pemimpin yang paling otokratik sekalipun akan mengubah gaya kepemimpinannya yang otokratik itu dengan gaya lain, misalnya agak demokratistik tergantung situasi. Sebaliknya seseorang yang menggunakan gaya kepemimpinan yang demokratik mungkin saja bertindak otoriter apabila situasi menghendakinya. Prof. Sondang Siagian berpendapat bahwa teori yang sangat dominan tentang kepemimpinan yang efektif dewasa ini adalah teori kepemimpinan yang situasional atau teori kontingesi contingency theory Sedangkan menurut Drs. Pamudji, nampaknya telah terjadi pencampur-adukan antara gaya kepemimpian dengan tipe kepemimpinan. Misalnya gaya otokratis, oleh Drs. Pamudji dimasukkan ke salah satu tipe, yaitu tipe otokratis, sedangkan gaya partisipatif dan gaya kebebasan dimasukkan ke dalam tipe demokratis. Di samping tipe-tipe otokratis dan demokratis, masih dijumpai tipe-tipe lain seperti tipe militeristik, paternalistik, karismatis, tradisional, rasional/birokratis dan lain-lain. Dalam bahasan gaya kepemimpinan, sering dibedakan antara gaya motivasi (motivation style), gaya kekuasaan (power style), dan gaya pengawasan (supervisory style). Jadi menurut Drs. Pamudji, gaya kepemimpinan dapat dibedakan menjadi gaya motivasi, kekuasaan, dan pengawasan. http://greensirius.blogspot.com/

Terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang sukses, antara lain 1. They know their company

Pemimpin harus mengetahui seluk beluk mengenai bisnisnya secara mendetail. Selain itu, seorang pemimpin juga harus selalu mengikuti perkembangan trend terbaru. Sehingga, mereka menyadari jika ada peluang yang muncul. 2. They know where they want to take the company

Seorang pemimpin tentunya harus memiliki visi, yakni pandangan jauh ke depan mengenai kemana arah perusahaan. Selain itu, ia juga tentunya harus mampu mengartikulasikan visinya tersebut dengan bahasa yang jelas dan sederhana. Selanjutnya, pemimpin juga harus bisa mendisiplinkan proses untuk mengatur sumber daya dan memberdayakan karyawan untuk menjalankan visi perusahaan. 3. They manage the strategy

Strategi harus mempunyai ukuran tertentu (parameter). Jika Anda tidak bisa mengukur strategi, maka

berarti Anda tidak bisa mengelolanya. Pemimpin harus terus fokus pada strateginya, dan terus melakukan evaluasi terhadap strategi tersebut. Prioritas juga harus ditetapkan, supaya aktivitas yang penting dilakukan terlebih dulu. Kemudian seorang pemimpin tentunya juga harus mengetahui apa saja yang harus dilakukannya, atau mendelegasikan pekerjaannya kepada orang lain yang mampu. 4. Managing people

Mengelola orang adalah hal yang sangat penting bagi pemimpin. Poin-poin penting bagi pemimpin dalam mengelola karyawan antara lain adalah pemberdayaan karyawan, serta mengajarkan kepada mereka mengenai bagaimana menyelesaikan pekerjaaannya. Pemimpin juga harus mampu memotivasi karyawannya serta belajar untuk memberikan feedback yang positif. Komunikasi juga menjadi salah satu kunci penting dalam mengelola karyawan. Seorang pemimpin harus tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik, dan ia juga harus mampu mengembangkan komunikasi di organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin harus punya Emotional Intelligence yang bagus, karena dalam memimpin, tentunya kemampuannya dalam mengidentifikasi, menggunakan, memahami dan mengelola emosi akan sangat bermanfaat. 5. Personal Strength

Personal strength adalah kekuatan pribadi dari masing-masing pemimpin. Beberapa personal strength yang idealnya dimiliki seorang pemimpin antara lain: Telling The Hard Truth: Sebuah bisnis tentunya mengalami siklus turun naik. Yang sulit bagi pemimpin adalah jujur mengkomunikasikan kondisi perusahaan ketika sedang turun kepada karyawannya. Menurut Nitin Nohria dalam buku Beyond The Hype; Rediscovering the Essence of Management, mengatasi hambatan yang terjadi sementara itu tetap menunjukkan kemampuan untuk terus maju merupakan ujian sejati sebuah kepemimpinan. Courage To Change: Seorang pemimpin harus berani untuk mengambil langkah perubahan The Role of Knowledge: Seperti yang dikemukakan John Kotter dari Harvard Business School, seorang pemimpin harus punya pemahaman yang cukup baik untuk dapat membuat strategi yang cerdas.

Nature/Nurture: Menurut Nitin Nohria, salah satu karakteristik yang umum dari pemimpin adalah, mereka mau belajar dan mengelami perubahan dalam hidupnya.

terdapat unsur-unsur penting dari makna pemimpin,yaitu sebagai berikut: 1. Unsure kekuasaan, yaitu menguasai organisasi dan mengendalikan struktur organisasi;

2. Unsure instruksional, yaitu berwenang memberikan perintah, tugas, dan segala hal yang harus dilaksanakan oleh bawahannya; 3. Unsure responsibility, yang bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kinerja organisasi;

4. Unsure pendelegasian, yaitu memiliki hak dan wewenang memindahkan tugasnya kepada bawahannya; 5. Unsure supervis, yaitu berkewajiban membina dan mengarahkan anak buahnya;

6. Unsure strategi, yaitu sebagai konseptor yang menyiasati berbagai upaya mengembangkan organisasi; 7. Unsur budaya, yaitu yang membentuk model dan pola perilaku dalam berorganisasi;

8. Unsure kharismatika, yaitu yang memiliki kewibawaan yang sifatnya dibentuk secara formal structural maupun secara cultural.

Anda mungkin juga menyukai