BUKITTINGGI
DISUSUN OLEH
PEMBIMBING :
SUMBAR BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memilihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
(Depkes RI, 2009). Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit di Indonesia menghadapi tantangan yang semakin
kompleks. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan
merupakan organisasi yang memiliki beragam tenaga terampil
dengan produk utamanya adalah jasa (Soeroso, 2010).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan
seperti salah satunya pelayanan keperawatan dirasakan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Mengingat ada
skenario masa depan yang diprediksikan akan terjadi dan harus
diantisipasi dengan baik oleh profesi keperawatan, seperti
masyarakat akan lebih kritis dalam menilai sesuatu hal sehingga
lebih sadar akan hak dan hukum, sistem pemberian pelayanan
kesehatan/ keperawatan yang meluas mulai dari teknologi yang
sederhana sampai pada teknologi yang canggih (Sabarguna, 2008).
Peningkatan mutu rumah sakit harus ditingkatkan sesuai dengan
perkembangan. Kebutuhan dan tuntutan masyarakat, disertai
peningkatan efesiensi dan produktivitas di bidang manajemen,
sesuai dengan standar Pelayanan Minimal Rumah sakit, standart
profesi dan standar operasional prosedur (Ditjen Bina Pelayanan
Medik, 2010).
A. Konsep Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur atau mengelola atau mengurus. Managemen adalah suatu
pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam menjalani suatu
kegiatan diorganisasi sedangkan management keperawatanadalah
suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan Asuhan Keperawatan secara professional
(Nursalam,2014).
Beberapa ahli manajemen mengemukan pengertian
manajemen dari sudut pandang yang berbeda, antara lain Mary
Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
2. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang
harus dilaksanaan oleh pengelola. keperawatan untuk
merencanakan, mengorganisasi, mengrahkan serta.menggawasi
sumber-sumber yng ada baik sumber daya manusia, alat maupun
dana, sehingga.dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif, baik kepada pasien keluarga dan masyarakat (Suyanto,
2011).
Manajemen keperawatan diartikan secara singkat sebagi
proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,
dan rasa aman kepada pasien / keluarga / masyarakat, (Menurut
Suyanto, 2008).
Manajemen keperawatan adalah perencanaan yang utama
untuk seluruh aktivitas yang lain atau fungsi-fungsi dari
manajemen. Perencanaan adalah suatu pemikiran atau Konsep
nyata yang sering dilaksanakan. Dalam penulisan, meskipun
banyak orang dalam perawatan menggunakan perencanaan secara
informal, tanggung jawab dari perencanaan tidak dituliskan,
kemungkinan tidak dilaksanakan (Swansburg, 2012). Manajemen
(Hersey dan Blanchard, 2005) adalah suatu proses melakukan
kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui kerja
sama dengan orang lain dan merupakan suatu serangkaian kegiatan
(termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan,
pengorganisasian, pimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan
pada sumber daya organisasi (tenaga kerja, keuangan, fisik, dan
informasi yang bertujuan untuk mencapai sasaran organisasi
dengan cara yang efisien dan efektif.
Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanaan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,
mengorganisasi, mengarahkan serta menggawasi sumber-sumber
yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik
kepada pasien keluarga maupun keluarga.
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode atau sistem penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan/sistem metode
3) Membuat rincian tugas katim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali: karu membawahi 2 katim, dan katim
membawahi 2 – 3 orang perawat
5) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
6) Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
7) Mendelegasikan tugas saat karu tidak berada di tempat kepada
katim
8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
9) Mengatur penugasan jadwal pos /pekarya
c. Pengarahan
1) Memberikan pengarahan kepada ketua Tim
2) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap anggota Tim
3) Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
4) Membimbing bawahan
5) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
6) Melakukan supervisi
7) Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
yankep diruangan
8) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
d. Pengawasan
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan katim maupu pelaksana mengenai askep yang diberikan
kepada pasien.
Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/mengatasi kelemahan/kendala yang terjadi saat itu
juga
2) Pengawasan tidak langsung mengecek daftar hadir katim ,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan,
mendengarakn laporan katim tentang pelaksanaan tugas
e. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
1) Mengevaluasi kinerja katim.
2) Memberikan umpan balik pada kinerja katim.
3) Mengatasi masalah di ruang rawat dan menetapkan tidak lanjut.
4) Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan.
5) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
2. Katim
1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya
yang didelegasikan oleh karu.
2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.
3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota.
5) Menyelenggarakan konferensi.
Peran katim dalam :
a. Perencanaan
1) Bersama karu mengadakan serah terima tugas setiap pergantian
dinas
2) Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya
3) Menyusun rencana askep
4) Menyiapkan keperluan untuk melaksankan askep
5) Mengikuti visite dokter
6) Menciptakan kerjasama yang harmonis antar tim dan antar
anggota tim
7) Memberi pertolongan segera pada klien dengan kedaruratan
8) Membuat laporan pasien
9) Melakukan ronde keperawatan bersama karu
10) Mengorientasikan pasien baru
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan tujuan dari pengorganisasian tim keperawatan
2) Melakukan pembagian tugas bersama karu sesuai dnegan
perencanaan terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
3) Pembagian kerja sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
4) Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama anggota
tim kesehatan lain
5) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
6) Mendelegasikan pelaksanaan proses askep kepada anggota tim
dan pelimpahan wewenang: pengambilan keputusan dan
penggunaan sumber daya.
7) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian askep,
kerjasama anggota dan antar tim.
c. Pengarahan
1) Memberikan pengarahan kepada anggota tim
2) Memberikan bimbingan pada anggota tim
3) Memberikan informasi yang berhubungan dengan askep
4) Mengawasi proses pemberian askep
5) Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
6) Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
7) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan perawat pelaksana dalam memberi askep
2) Melalui Supervisi: melihat/mengawasi proses askep yang
dilaksanakan oleh anggota tim dan melihat catatan yang dibuat
selama proses keperawatan serta mendengar laporan secara lisan
tentang tugas yang dilakukan.
e. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim.
2) Memberi petunjuk kepada anggota tim dalam melaksnakan askep
3) Memberi teguran, pengarahan kepada anggota tim yang
melalaikan tugasnya atua membuat kesalahan
4) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugasnya dengan baik: tepat waktu, berdasarkan prinsip, rasional,
dan sesuai kebutuhan pasien.
f. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
1) Mengevaluasi asuhan keperawatan
2) Memberikan umpan balik pada pelaksana
3) Memperhatikan aspek legal dan etik
4) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
5) Perawat Pelaksana (PP)
Perawat pelaksana: Seorang perawat yang diberikan wewenang dan
ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan langsung
kepada klien.
Tugas Perawat Pelaksana:
1) Memberikan perawatan secara langsung berdasarkan proses
keperawatan dengan sentuhan kasih sayang.
2) Melaksanakan tindakan perawatan yang telah disusun.
3) Mengevalusai tindakan keperawatan yang telah diberikan.
4) Mencatat dan melaporkan semua tindakan perawatan dan repons
pasien pada catatan perawatan.
Melaksanakan program medik dengan penuh tanggung jawab,
misal:
1) Pemberian obat.
2) Pemeriksaan laboratorium.
3) Persiapan pasien yang akan dioperasi.
Perawat pelaksana: Seorang perawat yang diberikan wewenang
dan ditugaskan untuk memberikan pelayanan keperawatan
langsung kepada klien. Peran Perawat Pelaksana
1. Pengkajian
Mengkaji kesiapan pasien dan diri sendiri untuk melaksanakan
suhan keperawatan.
2. Perencanaan
a) Bersama Karu mengadakan serah terima tugas.
b) Menerima pembagian tugas dari katim.
c) Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan.
d) Mengikuti ronde keperawatan.
e) Menerima pasien baru.
3. Implementasi
Fungsi Pengorganisasian:
1) Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim.
2) Menerima pembagian tugas.
3) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim.
4) Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
5) Menyesuiakn waktu istirahat dengan anggota tim lainnya.
6) Melaksanakan asuhan keperawatan.
7) Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang
dilaksanakan.
Fungsi pengarahan:
1) Menerima pengarahan dan bimbingan dari katim.
2) Menerima informasi yang berkaitan dengan askep dan
melaksanakan askep dengan etik dan legal.
3) Memahami pemahaman yang telah dicapai.
4) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
E. Pedoman Perhitungan Ketenagaan Ruangan Rawat Inap
Perencanaan tenaga keperawatan adalah langkah-langkah
merencanakan tenaga sesuai dengan ketentuan, proses yang sistematis
berdasarkan alasan yang jelas untuk menentukan jumlah dan jenis
tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan keperawatan
sesuai standar keperawatan (Junaiti 1995).
Langkah — langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut
dructe dan gillies, 1994 adalah :
1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang
diberikan
2. Menetukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan pelayanan keperawatan
3. Menentukan jumlah masing — masing kategori perawat yang
dibutuhkan
4. Menerima dan menyaring tenaga untuk mengisi posisi yang ada
5. Melakukan seleksi calon yang ada
6. Menetukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiftnya
7. Memberikan tanggungjawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan (sesuai uraian tugas)
F. Analisa Kebutuhan Tenaga
Pada dasarnya semua metode ataupun formula yang telah
dikembangkan untuk meghitung tenaga perawat di Rumah Sakit
berakar pada beban kerja dari personal yang bersangkutan, telah
banyak penelitian tentang itu dinegara-negara maju, analisa kebutuhan
tenaga harus dilakukan secara cermat agar tidak berulang-ulang
menghitungnya. Ada beberapa situasi yang perlu dipertimbangkan :
1. Adakah perluasan Rumah Sakit sehingga berdampak pada
penambahan tempat tidur, hal ini akan berdampak pada rasio
tenaga perawat.
2. Adanya perubahan jenis pelayanan dan fasilitas RS yang
berdampak pada peningkatan BOR, akhirnya perlu tenaga.
3. Adanya penurunan motivasi, penurunan prestasi kerja, datang
terlambat, pekerjaan terbengkalai, hal ini terjadi karena pimpinan
kurang perhatian, tidak ada rewart, kerja yang ketat dan beban
kerja yang banyak, serta tenaga kurang, maka perlu analisa
penambahan tenaga.
4. Adanya keluhan klien terhadap pelayanan perawatan yang
diterima, perlu analisa penyebabnya apa saja. Agar dapat
menghasilkan asuhan keperawatan yang efektif maka dalam
menyusun perencanaan tenaga perlu diketahui faktor berikut :
a. Faktor Pasien
1) Tingkat ketergantungan pasien
2) Rata-rata lama tindakan keperawatan
3) Jumlah rata-rata pasien dirawat dan lama hari rawatan
4) Sosial budaya
5) Harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan
b. Faktor keperawatan
1) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja
2) Etika
3) Motivasi kerja
4) Beban kerja, uraian tugas, mekanisme kerja
c. Faktor lingkungan
1) Disain ruangan : baraks, boxes, kamar
2) Keadaan fisik ruangan : lokasi dan tata letak alat berdekatan atau
berjauhan
3) Kelengkapan fasilitas penunjang dan bahan-bahannya apakah
terbatas atau tidak
d. Faktor organisasi
1) Metode penugasan apa yang dipakai ?
2) Pengembangan kemampuan perawat bagaimana ?
3) Sistem pelayanan penunjang
4) Kemampuan Rumah Sakit
a. Minimal care
Keperawatan mandiri yaitu klien memerlukan bantuan minimal
dalam melakukan tindakan dan pengobatan, pasien dapat
melakukan aktifitas secara mandiri, perawat hanya menyediakan
alat-alat seperti perangkat mandi dll
b. Partial care
Keperawatan sebagian yaitu klien memerlukan bantuan sebagian
dalam tindakan dan pengobatan, misalnya injeksi, pembersihan
luka, kateter, pasien pasca operasi dalam tahap penyembuhan,
sedangkan aktifitas mandi, makan, eliminasi, memakai baju dll
dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan
c. Total care
Pasien memerlukan bantuan secara poenuh dalam perawatan diri '
dan memerlukan observasi secara ketat, aktifitas seperti makan,
eliminasi dll dilakukan ditempat tidur dengan memakai tindakan
atau alat khusus misal kateterisasi, NGT, pasien membutuhkan
perhatian secara teratur tapi tidak terus menerus perhatian yang
diperlukan adalah terhadap pola kesadaran pasien dan kemampuan
pasien untuk mengikuti petunjuk
d. Keperawatan intensif
Klien memerlukan observasi ketat dan tindakan yang terus
menerus misal pada pasien cardiogenic shock yang memakai
respirator, monitor jantung, monitor haemodinamik, adanya tanda -
tanda shock, aspiksia, coma dll. Setelah pasien dikategorikan,
maka dihitung waktu yang dipakai untuk perawatan lansung dan
tidak lansung seperti :
1) Perawatan lansung Rata — rata waktu yang dibutuhkan adalah
4-5 jam per pasien per hari, dengan rincian sbb :
a) Perawatan mandiri ½ x 4 jam = 2 jam
b) Perawatan partial ¾ x 4 jam = 3 jam
c) Perawatan total 1 - ½ x 4 jam= 4-6 jam
d) Perawatan intensif 2 x 4 jam = 8 jam
2) Perawatan tidak lansung
Adalah waktu yang dipakai untuk kegiatan seperti membuat
rencana keperawatan, konsultasi dengan tim kesehatan lain,
menulis dan membuat catatan kesehatan, rata-rata waktu yang
dipakai menurut gillies 1989 adalah 38 menit, sedang menurut
wolf young dalam gillies adalah 60 menit.
3) Penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Rata-rata waktu yang dipakai adalah 15 menit/pasien,
kegiatannya antara lain penyuluhan terhadap aktifitas sehari-
hari pasien, obat-obatan, kelanjutan perawatan pasien.
1. Pengertian Overan
2. Tujuan Overan
Operan memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang
digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan pasien dan
keefektifan dalam bekerja (Putra,2016).
Sedangkan menurut Nursalam (2015) Secara umum tujuan timbang
terima yaitu mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan
informasi yang penting. Sedangkan tujuan khusus timbang terima
yaitu:
a. Menyampaikan kondisi dan data keadaan pasien (datafokus).
b. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada pasien.
c. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh
perawat dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
3. Manfaat Overan
Manfaat operan bagiperawat yaitu : Meningkatkan kemampuan
komunikasi antarperawat, Menjalin hubungan kerjasama dan
bertanggung jawab antar perawat, Pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien dilaksanakan secara berkesinambungan, Perawat
dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan
manfaat bagi pasien yaitu : pasien dapat menyampaikan masalah
secara langsung bila ada yang belum terungkap(Nursalam, 2015).
Manfaat lain operan yaitu:
a. Kunci dari operan (handove)yaitu kualitas asuhan keperawatan
selanjutnya. Misalnya penyediaan informasi yang tidak akurat
atau adanya kesalahan yang dapat membahayakan kondisi
pasien.
b. Selain mentransfer informasi pasien, operan (handover) juga
merupakan sebuah ritual atau kebiasaan yang dilakukan oleh
perawat. Handover mengandung unsur-unsur kebudayaan,
tradisi, dan kebiasaan. Selain itu handover juga sebagai
dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan selanjutnya.
c. Operan (Handover) juga memberikan manfaat katarsis, karena
perawat yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan
keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat
berikutnya pada pergantian shift dan tidak dibawa pulang.
Dengan kata lain, proses handoverdapat mengurangi kecemasan
yang terjadi pada perawat.
d. Operan (Handover) memiliki dampak yang positif bagi perawat,
yaitu memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan
informasi untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan
keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien yang berkesinambungan), meningkatkan
kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan
kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat, dan perawat
dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif.
e. Selain itu, operan (handover) memiliki manfaat bagi pasien
diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal, dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, handover dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif (Australian Healthcare dan Hospitals As-sociation
atau AHHA, 2009).
4. Fungsi Operan
Sekecil apapun kegiatan yang akan dilakukan pasti memiliki tujuan
dan fungsi maupun kegunaan, begitu juga operan/timbang terima
(handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum untuk bertukar pendapat dan mengekspersikan
perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam
penetapan keputusan dan tindakan keperawatan (Putra, 2016).
5. Langkah-Langkah Dalam Operan
Melaksanakan suatu kegiatan tentunya memiliki beberapa langkah
yang harus dilewati agar kegiatan yang dilakukan bisa terlaksana
secara sistematis, adapun langkah dalam pelaksanaanoperan/timbang
terima (handover) menurut (Nursalam, 2011) yaitu :
a. Kedua kelompok shiftdalam keadaan sudah siap.
b. Shiftyang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaiakan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift
yang selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4) Penyampaian operan harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama secara
langsung melihat keadaan pasien.
6. Prosedur Operan
Kegiatan operan (handover) yang dilaksanakan dengan baik dan
benar tentunya memerlukan sebuah prosedur yang jelas agar tercapai
tujuan yang diharapkan sesuai dengan rencana, dengan adanya
prosedur yang jelas sehingga tidak menyalahi aturan yang sudah ada
dalam pelaksanaannya, adapun prosedur operan/timbang terima
(handover) menurut (Nursalam, 2002 dalam Putra, 2016) yaitu:
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang bertugas menyiapkan buku catatan.
c. Dalam penerapannya dilakukan timbang terima kepada masing -
masing penanggung jawab:
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau
operan.
2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana
tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:
a) Identitas klien dan diagnosa medis
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) ntervensi kolaborasi dan dependen
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak
dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi atau tanya jawab dan melakukan validasi terhadap
hal-hal yang kurang jelas penyampaian pada saat timbang
terima secara singkat dan jelas.
g) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5
menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan
penjelasan yang lengkap dan rinci. Pelaporan untuk timbang
terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan
oleh perawat.
7. Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Operan
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam melakukan sebuah
tindakan keperawatan, dalam hal ini salah satunya adalah operan,
agaroperandapat berjalan dengan baik alangkah baiknya perlu
diperhatikan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
operan/timbang terima, hal-hal tersebut yaitu:
a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift. Operan
dilaksanakan tepat pada waktu pergantian sif,yang berarti
bahwa operan yang dilaksanakan perawat di ruang rawat harus
sesuai dengan jam yang telah ditentukan dan operan dapat
dilaksanakan tepat waktu sehingga tidak mengganggu jam
pulang perawat yang berdinas di shift sebelumnya serta operan
yang diserahkanpun terkesan tidak terburu-buru dan
mengurangi kesalahan dalam operan.
b. Dipimpin oleh kepala ruang atau penanggung jawab pasien
(PP). Pelaksanakan operan yang dilaksanakan pada shift pagi
dipimpin oleh kepala ruang sedangkan untuk yang berdinas
siang dan malam operan dipimpin oleh perawat penanggung
jawab, dengan hal demikian perawat yang berdinas berperan
sesuai tugas dan tanggung jawabnya sehingga tidak tumpang
tindih pembagian tugas dalam pelaksanaan operan.
c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
Operan yang dilaksanakn dihadiri oleh semua perawat yang
telah dan yang akan berdinas sehingga operan yang dilakukan
dapat berlangsung dengan baik karena dihadiri oleh semuaa
perawat dikedua belah pihak, dan perawat yang jaga di shift
selanjutnya juga dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah dioperkan dan
berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas. Oleh
karena itu perawat yang berdinas shift selanjutnya datang lebih
awal sesuai waktu yang ditetapkan, dan perawat yang dinas
shift sebelumnyapun dilarang pulang lebih awal sebelum
operan selesai dilakukan secara bersama.
d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis,
dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga
kerahasiaan pasien.
e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
Operan yang dilakukan harus berorientasi pada permasalahan
pasien sehingga perawat yang jaga pada shift selanjutnya akan
mengetahui hal apa saja yang harus diperhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan, dan operan yang dilakukan
tidak memakan banyak waktu serta operan dapat berjalan
dengan baik, singkat dan efektif.
f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan
volume suara yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung
di dekat pasien.
g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock
sebaiknya dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2015).
h. Alur OperanMenurut Nursalam (2015) alur timbang terima
meliputi Situantion (Kondisi terkini yang terjadi pada pasien),
sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari
perawatan, serta dokter yang merawat dan sebutkan diagnosis
medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah
teratasi/keluhan. Kemudian selanjutnya Background (Info
penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
dengan menjelaskan intervensi yang telah dilakukan dan
respons pasien dari setiap diagnosis keperawatan dan
menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan
alat invasif dan obat-obatan termasuk cairan infus yang
digunakan. Serta mejelaskan tentang penyakit yang diderita
kepadapasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
Selanjutnya Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien
saat ini) menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien
terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden,
restrain, risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain-lain serta menjelaskan informasi klinik lain
yang mendukung dan selanjutnya Recommendation yaitu
merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan
perlu dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk
discharge planning dan edukasi pasien dan keluarga.
8. Format Operan dengan SBAR
Handover memiliki beberapa panduan dalam hal penyampaian
pelaporan pada saat pergantian shift, salah satu yang dijabarkan
disini adalah yang sudah direkomendasikan WHO pada tahun 2007
adalah timbang terima dengan metode SBAR, SBARmerupakan
kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian atau tindakan segera.
S : Situantion (Kondisi terkini yang terjadi pada pasien) meliputi :
Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk dan hari perawatan,
serta dokter yang merawat. Sebutkan diagnosis medis dan
masalah keperawatan yang belum atau sudah teratasi/keluhan.
B : Background (Info penting yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini) meliputi : Jelaskan intervensi yang telah dilakukan
dan respons pasien dari setiap diagnosis keperawatan. Sebutkan
riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif dan
obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan.Jelaskan
pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
A: Assesment (hasil pengkajian dari kondisipasien saat ini) meliputi :
Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti
tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden, restrain, risiko
jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi dan lain –
lain. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R: Recommendation meliputi : Rekomendasikan intervensi
keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan (refer to nursing
care plan) termasuk discharge planningdan edukasi pasien dan
keluarga, Nursalam (2015).
9. Faktor yang Mempengaruhi Operan
Menurut Huges (2008) dalam Kamil (2011) mengemukakan hasil
kajian literatur berbasis bukti proses operan/serah terima pasien
dipengaruhi oleh faktor individu, kelompok dan organisasi. Berikut
akan faktor yang mempengaruhi tersebut yaitu :
a. Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok.
Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok tersebut
mencakup:
1) Komunikasi
Bahasa dapat menyebabkan masalah dalam beberapa cara serah
terima pasien. Dialek yang berbeda aksen, dan nuansa dapat
disalahpahami atau disalahtafsirkan oleh perawat menerima
laporan. Singkatan dan akronim yang unik untuk pengaturan
pelayanan keperawatan tertentu mungkin membingungkan bagi
seorang perawat yang bekerja dilingkungan yang berbeda atau
khusus.
2) Gangguan
Faktor – faktor situasional selama serah terima pasien yang
dapat berkontribusi sebagai gangguan.
3) Interupsi
Interupsi dilaporkan sering terjadi dalam pengaturan perawatan
kesehatan.
4) Kebisingan
Latar belakang suara, seperti ; pager, telepon, handphone, suara
peralatan, alarm dan berbicara, berkontribusi dalam
meningkatkan kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat
mengakibatkan tafsiran informasi yang tidak tepat.
5) Kelelahan
Peningkatan kesalahan dapat terjadi oleh perawat yang bekerja
pada shift yang berkepanjangan.
6) Memori
Memori jangka pendek dan daya penyimpanan yang terbatas
dapat terjadi ketika sejumlah besar informasi yang
dikomunikasikan selama serah terima pasien.
7) Pengetahuan atau pengalaman
Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan
kemampuan yang berbeda, perawat pemula mungkin
menghadapi masalah dengan serah terima pasien dan perawat
pemula mungkin memerlukan informasi tambahan yang lebih
selama serah terima pasien.
8) Komunikasi tertulis
Mencoba untuk menafsirkan catatanyang tidak terbaca,
mungkin akan membuat kesalahan dalam komunikasi.
9) Variasi dalam proses.
Mungkin ada varians yang luas dalam melakukan cara serah
terima pasien yang dapat menyebabkan kelalaian dari informasi
penting dan berkontribusi untuk kesalahan dalam tindakan dan
obat-obatan.
b. Faktor organisasi
Faktor organisasi meliputi :
1) Budaya organisasi
Budaya organisasi yang tidak memiliki cukup perhatian pada
keselamatan pasien, staf mungkin enggan untuk melaporkan
masalah atau mungkin tidak merasa nyaman mengajukan
pertanyaan bila ada hal yang belum jelas saat serah terima
pasien.
2) Hirarki
Masalah struktur hirarkis dapat menghambat komunikasi
terbuka. Perawat mungkin tidak merasa nyaman mengajukan
pertanyaan untuk mengkalrifikasi informasi atau mungkin
merasa terintimidasi.
3) Sistem dukungan
Kurangnya waktu untuk mengakses informasi dan laporan
lengkap akan mengurangi waktu untuk mengajukan
pertanyaan dan jawaban pada saat serah terima pasien.
4) Infrastruktur
Mungkin ada infrastruktur yang tidak memadai untuk
kegiatan serah terima pasien yang efektif.
5) Pengiriman pasien (dalam organisasi perawatan kesehatan)
Peningkatan jumlah pengiriman pasien akan meningkatkan
kebutuhan untuk serah terima pasien yang mungkin akan
berdampak pada keselamatan pasien.
6) Keterbatasan ruang untuk serah terima pasien
Lingkungan mungkin tidak kondusif untuk melakukan serah
terima pasien.
7) Keterbatasan teknologi dan penggunaan catatan dan laporan
Manual/ kesulitan mengakses informasi penting.
8) Budaya organisasi yang berbeda
Masing-masing organisasi mungkin memiliki tujuan, fokus
dan sumber daya yang berbeda.
9) Intra atau ekstra sistem pengiriman pasien
Pengiriman pasien ke fasilitas dalam suatu system pelayanan
kesehatan dapat menciptakan masalah lebih sedikit daripada
pengiriman pasien ke penyedia pelayanan/system perawatan
kesehatan yang lain, kemungkinan terdapat pengggunaan
bentuk pengaturan dan teknologi berbeda.
10) Keterbatasan tenaga
Kekurangan tenaga dapat berkontribusi untuk kesenjangan
dalam penyampaian informasi saat serah terima pasien.
11) Kegagalan peralatan
Sejumlah perangkat yang digunakan dalam sebuah pasien
dapat saja gagal berfungsi. Informasi penting tidak dapat
disampaiakan jika terjadi kegagalan pada perangkat
elektronik.
12) Garis tanggung jawab
Saat situasi serah terima pasien, mungkin ada staf yang tidak
jelas tanggung jawabnya kepada pasien atau situasi yang
sedang berlangsung.
13) Batasan waktu yang ketat
Kendala waktu selama serah terima pasien dapat
menyebabkan pembuatan laporan yang terburu-buru dan
tidak lengkap.
14) Situasi darurat atau kegiatan kritis
Serah terima pasien dalam situasi kritis menimbulkan
sejumlah masalah.
15) Kode status
Kode status tidak tercantum dalam laporan serah terima
pasien dan tidak didokumentasikan dalam catatan medis,
sehingga informasi tidak dapat diakses.
16) Pasien kritis atau labil
Perawat yang akan menyelesaikan dan yang akan
melaksanakan shif, mungkin dapat memandang situasi pasien
secara berbeda, dan situasi pasien dapat terus berubah selama
transisi pergantian shift.
17) Variabel sumber daya setelah selesai shift
Pengiriman atau serah terima pasien setelah jam kerja/shift
sering terjadi ketika sumber daya kurang tersedia, hal ini
dapat meningkatkan kemungkinan kehilangan informasi.
terkait
5. Landasan Nilai
a. Visi Ruang
b. Misi Ruang
terkait
1) Focus telaah
a) Bidang pelayanan
lain.
b) Bidang pendidikan
Adapun focus telaah ruang rawat inap Ar-Razi
2) Lingkup garapan
3) Basis intervensi
pasien.
d. Model Pelayanan
e. Letak Ruang
ujung dari pintu masuk Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Yarsi
Kelas 1 6
Kelas 2 8
Kelas 3 14
Isolasi 2
Jumlah 30
a. Kharakteristik
b. Tingkat Ketergantungan
ketergantungan :
a. Flow Of Care
Dari hasil observasi yang dilakukan tanggal 21 Februari sampai
berikut :
Ar-Razi
ditentukan
terpenuhi
ruangan.
ruangan
8) Setelah pasien masuk rawat inap, pengkajian awal atau
b. Manajemen Unit
……………
a. Manusia
b. Non Manusia
1 Stetoskop 3
2 Tensi meter 3
3 Tiang infus 27
4 Meteran oksigen 16
5 Senter 2
6 Saturasi oksigen 1
7 Termometer digital 2
8 Gunting verban 1
9 Bengkok 2
10 Pinset anatomi 3
11 Pinset sirugi 3
12 Gunting jaringan 2
13 Bak instrumen sedang 2
14 Nebulizer 2
15 ECG Fukuda lama 1
16 Balon ECG 6
17 Jepitan ECG 4
18 Ambu bag 1
19 Suction Thomas 1
20 Tong spatel 1
21 Troli tindakan 1
22 Troli emergensi 1
23 Kasur decubitus GEA 3
24 Stom alat 1
25 Gluco DR 1
26 Timbangan digital 1
27 Syringe pump 2
28 Infus pump 1
29 Tromol kassa 1
30 Lampu sorot 1
31 Cool box 1
32 Heap filter 1
33 Bak instrumen injeksi 1
34 Lampu ronsen 1
35 Buli-buli panas 1
36 Laryngoscope 1
37 Tourniquet 2
38 Lumpang obat 1
39 Kasur decubitus Apex 1
40 Oksigen listrik 1
41 Brankar 1
42 ECG Fukuda baru 1
43 Saturasi 1
44 Hepaviller 1
45 Timbangan 1
6. Fungsi Manajemen
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
diruangan.
pasien.
PP PP PP
Perawat pelaksana Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil
melaksanakan wawancara yang observasi didapatkan
pembagia tugas yang dilakukan kepada hasil bahwa perawat
diberikan katim perawat pelaksana pelaksana
didapatkan hasil melaksanakan tugas
bahwa perawat sesuai pembagian
pelaksana tugas yang di
melaksanakan berikan oleh katim
pembagian tugas
yang diberikan oleh
katim
2. Pengorganisasian KARU: KARU: KARU: Tidak ditemukan
1. Kepala ruangan Berdasarkan dari Berdasarkan dari masalah
membuat hasil wawancara observasi yang telah
rincian tugas didapatkan data dilakukan
tim dan anggota bahwa kepala didapatkan data
tim secara jelas. ruangan telah bahwa kepala
membagi tugas ruangan telah
kepada tim dan mampu membagi
anggota tim dengan tugas kepada tim
baik dan benar. dan anggota tim
dengan baik.
KATIM: KATIM:
1. Ketua tim Berdasarkan dari Didapatkan masalah
membuat hasil observasi yang pada ketua tim
rincian tugas telah dilakukan bahwa kurang
anggota tim didapatkan bahwa efektifnya ketua tim
dalam ketua tim kurang dalam perincian
pemberian efektif dalam tugas anggota tim
asuhan merincikan tugas dalam melakukan
keperawatan kepada anggota tim asuhan keperawatan
dalam pemberian
asuhan keperawatan
KATIM: KATIM:
1. Ketua tim Berdasarkan dari Tidak ditemukan
memberikan hasil observasi yang adanya masalah
bimbingan telah dilakukan
kepada anggota didapatkan data
tim bahwa ketua tim ada
memberikan
bimbingan kepada
anggota tim
PP: PP:
1. Perawat Berdasarkan dari Tidak ada masalah
pelaksana hasil observasi yang keperawatan
memberikan telah dilakukan
umpan balik didapatkan data
kepada katim bahwa perawat
pelaksana dapat
memberikan umpan
balik kepada katim
4 Pengendalian KARU: KARU: KARU:
1. Kepala ruangan Dari hasil Dari hasil observasi Tidak ditemukan
mengevaluasi wawancara yang yang telah dilakukan adanya masalah
kinerja tim telah dilakukan bahwa karu tampak
bahwa karu selalu melakukan evaluasi
melakukan evaluasi kinerja tim
kinerja tim