Anda di halaman 1dari 39

“Hipertensi Pada Lansia”

Kelompok 2
Liza Anggraini 1710142010013
Munzir Mubarak 1710142010019
Rahmat Besly Permata 1710142010026
Ratika Wulandari Zuhri 1710142010031
Saraya Silmina Mandagi 1710142010036
Menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO), lanjut usia meliputi:
• Usia pertengahan (middle age) ialah
kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
• Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74
tahun.
• Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90
tahun.
• Usia sangat tua (very old) di atas 90
tahun.
DEFINISI HIPERTENSI

“peningkatan tekanan darah


diastolik dan sistolik yang
intermiten atau menetap”
KLASIFIKASI HIPERTENSI
PADA LANSIA

Tekanan sistolik sama atau lebih besar


dari 140 mmHg dan / atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg

“Hipertensi sistolik terisolasi” : tekanan


sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90
mmHg.
KLASIFIKASI
BERDASARKAN PENYEBAB

Hipertensi essensial ( hipertensi


primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya

Hipertensi sekunder yaitu


hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain
HIPERTENSI ESENSIAL

Genetik : 25 % pada salah


satu orang tua
65 % pada kedua orang tua

Konsumsi
garam Umur

Kelamin :
Obesitas pria >
perempuan
HIPERTENSI SEKUNDER

penyakit ginjal (hipertensi


renal)

penyakit jantung & pembuluh penyakit metabolik


darah (DM, hipertiroid)

obat-obatan
(steroid,
kehamilan kontrasepsi,
antidepresan)
ETIOLOGI
Elastisitas dinding aorta menurun

Katub jantung menebal dan menjadi kaku

Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap


tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena


kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi

Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer


PA
TO
FI
SIO
LO
GI
.
WOC
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Hipertensi Pada Lanjut Usia 

*Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah


nefron akibat proses menua
Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi
glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus
menerus.

*Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium


Dengan bertambahnya usia  semakin sensitif terhadap
peningkatan atau penurunan kadar natrium.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Hipertensi Pada Lanjut Usia 
*Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat
proses menua akan meningkatakan resistensi pembuluh
darah perifer yang mengakibatkan hipertensi sistolik.

*Perubahan ateromatous akibat proses menua


menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada
pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain
yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus
ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah
perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan
tekanan darah.
GEJALA KLINIS
• Tidak ada gejala
• Gejala yang lazim
Sakit kepala
Pusing
Lemas
Kelelahan
Sesak nafas
Gelisah
Mual Muntah
Epistaksis
Kesadaran menurun.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Hemoglobin / hematokrit
* Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

• BUN
* Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)

• Kalium serum
* Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kalsium serum
*Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi

• Kolesterol dan trigliserid serum


*Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )

• Pemeriksaan tiroid
*Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kadar aldosteron urin/serum
*Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )

• Urinalisa
*Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.

• Asam urat
*Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi

• Steroid urin
*Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• IVP
* Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter

• Foto dada
* Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung

• CT scan
* Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

• EKG
* Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
KOMPLIKASI
A. Akut (berhubungan dengan tingginya tekanan darah)
 Krisis Hipertensi : naiknya TD yang mendadak
dimana TDS >180 mmHg dan atau TDD > 120 mmHg

Terbagi atas 2 :
1. Hipertensi gawat (Emergency)
*Naiknya TD secara mendadak yang disertai kerusakan organ target yang
progresif.
*Pada keadaan ini memerlukan penurunan TD yang segera dalam kurun
waktu menit atau jam.

2. Hipertensi darurat (Urgency)


*Naiknya TD secara mendadak yang tidak disertai kerusakan organ
target.
*Penurunan TD pada keadaan ini harus dilaksanakan dalam kurun waktu
24-48 jam.
Manifestasi Klinis Krisis Hipertensi
a.       Neurologi d.      Ginjal
- Sakit kepala - Azotemia
- Penglihatan kabur - Proteinuri
- Kejang-kejang - Oliguri
- Deficit neurologis fokal
- Somnolen e.      Obstetric
- Spoor Preeclampsia dengan gejala
- Koma berupa
- Gangguan penglihatan
b.      Mata - Sakit kepala yang berat
- Perdarahan retina - Kejang-kejang
- Eksudat retina - Nyeri abdomen  kuadran
- Edema pupil atas
- Gangguan jantung kongesif
c.       Kardiologi - Oliguri
- Nyeri dada - Gangguan kesadaran
- Edema paru - Gangguan serebrovaskuler
KOMPLIKASI

B. Kronik
berhubungan dengan aterosklerosis
1. Otak  Stroke
2. Mata  Retinopati Hipertensif
3. Jantung  Gagal Jantung, Angina
Pektoris
4. Ginjal  Gagal ginjal
5. Saraf tepi  Neuritis Perifer
KRISIS HIPERTENSI
Epiktaksis

Angina
Pektoris

Stroke
H
I
P
E Retinopati
R Hipertensif
T
E
N
S
I

K
R
O
N
I
K

Gagal
Ginjal
Stroke

H
I
P
E
R
T
E
N
S
I

K
R
O
N
I
K
Angina
Pektoris
Pemeriksaan Diagnostik
• Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
• Urinalisis rutin
• Elektrolit dan uric acid serum
• BUN dan kreatinin
• Glukosa darah
• Hitung darah lengkap
• Lipid serum, kolesterol dan trigliserida
• EKG
• Ekhokardiografi
PENATALAKSANAAN

A. Farmakologi
*Diuretik: tiazid, furosemid, spironolakton menurunkan
volume darah, tekanan darah dan curah jantung
*Beta blokker: atenolol, nadolol menekan sekresi renin
*Kalsium antagonis: Nifedipin, diltiazem, verapamil
menghambat pengeluaran kalsium, menyebabkan
vasodilatasi
*ACE inhibitor: captoril, lisinopril, Quinapril
menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II Vasodilator
PENATALAKSANAN

B. Non Farmakologis
Konsep terapi yang terbaru yaitu :
1. Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi
a). Mengukur tekanan darah sebelum dilakukan terapi
b). Terapi dilakukan selama 2 jam.
c). Tindakan terapi rendam kaki air hangat ini dilakukan 1
kali untuk setiap responden dengan suhu 40 C.
d). Pengukuran kembali tekanan darah setelah dilkakukan
terapi.
.
2. Pengaruh Mendengarkan Al-Qur’an Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
a). Mengukur tekanan darah sebelum dilakukan terapi
b). Terapi dilakukan selama 20 menit.
c). Pengukuran kembali tekanan darah setelah dilkakukan
terapi.
d). terapi dilakukkan dalam waktu satu kali sehari dalam
waktu satu minggu

3. Pengaruh Terapi Musik Untuk Pasien Hipertensi


a). Mengukur TD sebelum melakukan terapi musik
b). Terapi musik klasik selama 15-20 menit.
c). Mengukur kembali TD setelah dilakukan terapi musik
Tatalakasana Hipertensi Pada Lansia

1. Hindari Pola Hidup Tidak Sehat


2. Gizi Seimbang
3. Melakukan Aktifitas Fisik dan Olah Raga
4. Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
dan Minum Obat Teratur
1. HINDARI GAYA HIDUP TIDAK SEHAT
Makanan Tinggi
Kalori Obesitas

Diabetes
Makanan Tinggi Mellitus
Lemak Hiperlipidemi

Makanan Tinggi Hipertensi


Pola Makan & Diet Garam
Tidak Sehat
(Unhealthy Diet) Makanan Rendah Kanker Usus
Serat

Makanan Kurang Osteoporosis


Calsium

Gunakan Bahan
Perasa Pengawet, Radikal Bebas
Pewarna Buatan
GAYA HIDUP TIDAK SEHAT
Penyakit
Jantung
Koroner

Stroke

Susah Napas
Merokok
(Smoking)
Kanker Paru-
2

Gangguan
Kehamilan

Impotensi
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTESI
PADA LANSIA
A. PENGKAJIAN
 Data biologis
 Riwayat keluarga
 Status kesehatan
 Tinjauan sistem ( keadaan umum, tingkat kesadarn, TTV)
 Pemeriksaan fisik
 Dimnsi psikologis
 Status kognitif
 Status depresi
 Keadaan emosi
 Resiko jatuh
 Keseimbangan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi
ventricular.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi,
kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular serebral.
4. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot.
SIKI
Pemantauan tanda vital ( I. 02060 )
Observasi
 Monitor tekanan darah
 Monitor nasi (frekuensi, kekuatan, irama)
 Monitor pernafasan (frekuensi, kedalaman)
 Monitor suhu tubuh
Terapeutik
 Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur

RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertropi ventricular.
SIKI
Dukungan mobilisasi ( I. 05173 )
Observasi
 Identifikasi nyeri atau keluhan fisik lainnya
 Monitoring frekuensi jantung dan tekanan darah
 Monitoring kondisi umum
Terapeutik
 Libatkan keluarga untuk membantu pasien
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur

*RENCANA KEPERAWATAN
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi, kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
SIKI
Manajemen nyeri ( I. 08238)
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri
Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( misal, terapi musik, terapi pijat, muratal
al-quran)
 Kontrol lingkungan (suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral


Lanjutan....

SIKI
Terapi musik ( I. 08250)
Observasi
 Identifikasi minat terhadap musik
 Identifikasi musik yang disukai
Terapeutik
 Pilih musik yang disukai
 Posisikan dalam posisi yang nyaman
 Sediakan peralatan terapi musik
 Atur volume suara yang sesuai
 Berikan terapi musik sesuai indikasi
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur terapi musik
 Anjurkan rileks selama mendengarkan musik
SIKI
Edukasi pencegahan jatuh ( I. 12407)
Observasi
 Identifikasi gangguan kognitif dan fisik yang memungkinkan jatuh
 Periksa kesiapan dan persepsi terhadap risiko jatuh
Terapeutik
 Identifikasi dan pencegahan risiko jatuh
Edukasi
 Ajarkan mengidentifikasi perilaku dan faktor terhadap resiko jatuh
 Ajarkan mengidentifikasi tingkat kelemahan, cara berjalan dan
keseimbangan
 Jelaskan pentingnya alat bantu berjalan untuk mencegah jatuh seperti
tongkat

RENCANA KEPERAWATAN
4. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
EVALUASI
1. Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat: tekanan
darah yang dapat diterima dengan pengobatan terapi
farmakologi dan non farmakologi, tidak menunjukkan
gejala angina , kadar BUM dan kreatinin serum stabil, dan
teraba denyut nadi perifer
2. Bebas dari komplikasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai