1. Pengertian Hipospadia
Hipospadia adalah salah satu kelainan kongenital yang paling sering terjadi
pada laki-laki dan merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada perkembangan
Hipospadia adalah kelainan letak uretra dan merupakan kelainan bawaan pada
anak laki-laki, ditandai dengan posisi anatomi pembukaan saluran kemih di bagian
ventral atau bagian anterior penis, biasanya disertai lengkung penis yang tidak
normal dan ukurannya lebih pendek daripada laki-laki normal. Letaknya bervariasi
sepanjang bagian ventral dari penis atau di perineum sebagai akibat gagalnya
penyatuan dari lempeng uretra, hipospadia berat didefinisikan sebagai sebagai suatu
kondisi hipospadia yang disertai dengan letak muara uretra eksterna diantara
proximal penis sampai dengan di perbatasan penis dan skrotum dan mempunyai
chordee (Saleem et al, 2012; Arnaud et al, 2011, Hadidi 2004, Ortqvist L et al,2016;
2. Etiologi
Penyebab dari hipospadia sampai saat ini belum bisa ditentukan secara spesifik.
Shih dan Graham, 2014; Van der zanden et al, 2012dan Shekhar Yadav, 2011
hipospadia ini, yaitu faktor endokrin, genetik dan lingkungan. Hipospadia bisa terjadi
karena salah satu faktor tersebut maupun kombinasi dari ketiga faktor tersebut :
a) Faktor Endokrin
Penyebab hipospadia yang paling potensial adalah dari faktor endokrin karena
b) Faktor Genetik
Insiden pasien hipospadia pada pasien yang mempunyai ayah yang menderita
sebanyak 12%.Jika dalam satu keluarga terdapat 2 penderita hipospadia dan salah
satunya adalah ayahnya maka risiko terjadi lahirnya anak yang menderita
hipospadia meningkat menjadi 26%. Insiden hipospadia didapatkan 8,5 kali lebih
c) Faktor Lingkungan
rendah (BBLR), bayi prematur, usia ibu saat hamil dan riwayat hipertensi pada
telah terjadi hambatan pertumbuhan janin karena plasenta ibu kurang dalam
3. Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus
uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak
meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian
disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada
sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan
fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura
4. Manifestasi Klinis
a) Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
punggung penis.
membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
5. Komplikasi
a) Infertility
c) Gangguan psikososial
6. Pemeriksaan Diagnostik
pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada
ginjal.
7. Penatalaksanaan
Tindakan Pembedahan
Tujuan pembedahan :
yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis
diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan
b) Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah
lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke
glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk,
luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke
bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap
2) Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar
dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal
(yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit
bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian akan pindah
1. Pengkajian
1) Pemeriksaaan Fisik
a) Pemeriksaan genetalia
b) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada
ginjal.
h) drinage.
2) Mental
c) Tingkat kecemasan
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak bisa memancar
Risiko Infeksi