Anda di halaman 1dari 8

A.

KONSEP DASA MEDIK

1. Pengertian Hipospadia

Hipospadia adalah salah satu kelainan kongenital yang paling sering terjadi

pada laki-laki dan merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada perkembangan

penis (Smith, 1997;Hadidi, 2004;Ortqvist L et al,2016).

Hipospadia adalah kelainan letak uretra dan merupakan kelainan bawaan pada

anak laki-laki, ditandai dengan posisi anatomi pembukaan saluran kemih di bagian

ventral atau bagian anterior penis, biasanya disertai lengkung penis yang tidak

normal dan ukurannya lebih pendek daripada laki-laki normal. Letaknya bervariasi

sepanjang bagian ventral dari penis atau di perineum sebagai akibat gagalnya

penyatuan dari lempeng uretra, hipospadia berat didefinisikan sebagai sebagai suatu

kondisi hipospadia yang disertai dengan letak muara uretra eksterna diantara

proximal penis sampai dengan di perbatasan penis dan skrotum dan mempunyai

chordee (Saleem et al, 2012; Arnaud et al, 2011, Hadidi 2004, Ortqvist L et al,2016;

Keays and Sunit, 2017).

2. Etiologi

Penyebab dari hipospadia sampai saat ini belum bisa ditentukan secara spesifik.

Shih dan Graham, 2014; Van der zanden et al, 2012dan Shekhar Yadav, 2011

berpendapat terdapat beberapa faktor yang terlibat dalam terjadinya kelainan

hipospadia ini, yaitu faktor endokrin, genetik dan lingkungan. Hipospadia bisa terjadi

karena salah satu faktor tersebut maupun kombinasi dari ketiga faktor tersebut :
a) Faktor Endokrin

Penyebab hipospadia yang paling potensial adalah dari faktor endokrin karena

pembentukan uretra pada laki-laki sangat dipengaruhi oleh androgen sehingga

sangat memungkinkan penjelasan dari penyebab hipospadia adalah dari

abnormalitas dari metabolisme androgen.Androgen Receptor (AR) bertempat di

kromosom Xq12 dan berperan penting pembentukan genetalia laki-laki melalui

interaksinya dengan testosteron dan 5-dihydrotestosteron (DHT), (Ortqvist L et

al,2016; Adamovic dan Nordenskjold, 2012).

b) Faktor Genetik

Insiden pasien hipospadia pada pasien yang mempunyai ayah yang menderita

hipospadia adalah sebanyak 7%.Insiden pasien hipospadia yang tidak mempunyai

riwayat saudara kandung maupun keluarga yang menderita hipospadia adalah

sebanyak 12%.Jika dalam satu keluarga terdapat 2 penderita hipospadia dan salah

satunya adalah ayahnya maka risiko terjadi lahirnya anak yang menderita

hipospadia meningkat menjadi 26%. Insiden hipospadia didapatkan 8,5 kali lebih

sering pada kembar monozigot. Mayoritas mutasi yang teridentifikasi ditemukan

pada individudengan hipospadia proksimal (Ortqvist L et al,2016; Duarsa dan

Nugroho, 2016). 3).

c) Faktor Lingkungan

Beberapa penelitian melaporkan hubungan hipospadia dengan bayi berat lahir

rendah (BBLR), bayi prematur, usia ibu saat hamil dan riwayat hipertensi pada

ibu.Hubungan kejadian hipospadia dengan BBLR dan prematuritas, dari analisis

univariat BBLR dan prematuritas, memberikan pengaruh terhadap kejadian


hipospadia. Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat menjadi penanda bahwa

telah terjadi hambatan pertumbuhan janin karena plasenta ibu kurang dalam

memberikan nutrisi dan berkurangnya pula produksi hCG sehingga memengaruhi

sintesis androgen.Usia ibu saat hamil memiliki keterkaitan kejadian dengan

hipospadia, usia ibu di atas 35 tahun cenderung akan mengakibatkan hipospadia

4,17 kali lebih tinggi. (Ortqvist L et al,2016; Shekhar Yadav, 2011).

3. Patofisiologi

Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus

uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak

meatus ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian

disepanjang batang penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada

sisi ventral dan menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan

fibrosa yang dikenal sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura

(lengkungan) ventral dari penis.

4. Manifestasi Klinis

a) Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah

penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.

b) Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian

punggung penis.

c) Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan

membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.

d) Kulit penis bagian bawah sangat tipis.

e) Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.


f) Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.

g) Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.

h) Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).

i) Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.

5. Komplikasi

Komplikasi dari hypospadia yaitu :

a) Infertility

b) Resiko hernia inguinalis

c) Gangguan psikososial

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan

tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan

pemeriksaan ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada

ginjal.

7. Penatalaksanaan

Tindakan Pembedahan

Tujuan pembedahan :

1. Membuat normal fungsi perkemihan dan fungsi sosial, serta

2. Perbaikan untuk kosmetik pada penis.

Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula,

Teknik Horton dan Devine.

1) Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:


a) Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan

yang berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis

diharapkan lurus, tapi meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan

luka operasi menggunakan preputium bagian dorsal dan kulit penis

b) Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah

lunak. Dibuat insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke

glans, lalu dibuat pipa dari kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk,

luka ditutup dengan flap dari kulit preputium dibagian sisi yang ditarik ke

bawah dan dipertemukan pada garis tengah. Dikerjakan 6 bulan setelah tahap

pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama telah matang.

2) Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar

dengan penis yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal

(yang letaknya lebih ke ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit

bagian punggung dan ujung penis dengan pedikel (kaki) kemudian akan pindah

kebawah mengingat pentingnya preputium untuk bahan dasar perbaikan

hipospadia, maka sebaiknya tindakan penyunatan ditunda dan dilakukan

berbarengan dengan operasi hipospadia.


B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1) Pemeriksaaan Fisik

a) Pemeriksaan genetalia

b) Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada

ginjal.

c) Kaji fungsi perkemihan

d) Adanya lekukan pada ujung penis

e) Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi

f) Terbukanya uretra pada ventral

g) Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, dysuria,

h) drinage.

2) Mental

a) Sikap pasien sewaktu diperiksa

b) Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan

c) Tingkat kecemasan

d) Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan urin yang tidak bisa memancar

Kecemasan berhubungan dengan prosedur pembedahan

Nyeri berhubungan dengan pembedahan

Risiko Infeksi

Hambatan Mobilitas Fisik


Hambatan mobilitas fisik

Anda mungkin juga menyukai