1 Tahap pertama
Tahap pertama operasi pelepasan chordee dan tunelling dilakukan untuk
meluruskan penis supaya posisi meatus ( lubang tempat keluar kencing )
nantinya letaknya lebih proksimal ( lebih mendekati letak yang normal ),
memobilisasi kulit dan preputium untuk menutup bagian ventral/bawah
penis.
2.Tahap kedua
Dilakukan Uretroplasty ( pembuatan saluran kencing buatan/uretra ) sesudah
6 bulan. Dokter akan menentukan tekhnik operasi yang terbaik. Satu tahap
maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan kelainan yang dialami oleh
pasien.
Pengkajian Keperawatan
A. Anamnesis
1.Kaji identitas pasien
Identitas pasien, terdiri dari nama, alamat, tempat tanggal lahir, tanggal masuk rumah sakit,
data obyektif/data subyektif, dan informasi lain yang penting tentang pasien.Secara
keseluruhan kelainan hipospadia ditemukan dan terjadi pada anak laki-laki.
2.Kaji riwayat masa lalu
Pada masa kehamilan minggu ke 10 sampai ke 14 terjadi hambatan penutupan uretra penis
yang mengakibatkan orifium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara
skrotum dan glands penis.
B. Pemeriksaan Fisik
1.Pemeriksaan genetalia
• Saat dilakukan inspeksi bentuk penis lebih datar dan ada lekukan yang dangkal
dibagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus, pada
kebanyakan penderita penis melengkung ke bawah(chordee) yang tampak jelas
pada saat ereksi, preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis tetapi
menumpuk dibagian punggung penis,testis tidak turun ke kantong skrotum. Letak
meatus uretra berada sebelah ventral penis dan sebelah proximal ujung penis.
2.Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal, karena
kebanyakan penderita hipospadia sering disertai dengan kelainan pada ginjal.
3.Perhatikan kekuatan dan kelancaran aliran urin
• Pada hipospadia aliran urin dapat membelok kearah bawah atau menyebar dan mengalir kembali
sepanjang batang penis. Anak dengan hipospadia penoskrotal atau perineal berkemih dalam
posisi duduk. Pada hipospadia glanduler atau koronal anak mampu untuk berkemih dengan
berdiri, dengan sedikit mengangkat penis ke atas.
C. Pemeriksaan Penunjang
• 1.Uretroscopy dan cystoscopy
Pemeriksaan uretroscopy dan cystoscopy dilakukan untuk memastikan organ-organ seks internal
terbentuk secara normal.
• 2.Excretory urography
Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas congenital pada ginjal
dan ureter.
• 3.Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang dilakukan adalah
pemeriksaan radiologis urografi (IVP,sistouretrografi) untuk menilai gambaran saluran kemih
secara keseluruhan dengan bantuan kontras