DOSEN PEMBIMBING
DEWI PUSPARIANDA, SST.,MPH
a. Konsep Istirahat
Menurut Alimul 2006 (dikutip dalam Kastiati & Wayan, 2016) istirahat merupakan keadaan rileks
tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berarti tidak aktivitas
sama sekali, tapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
b. Konsep Tidur
Tidur merupakan keadaan tidak sadar dimana keadaan persepsi dan reaksi terhadap lingkungan
dapat menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali oleh stimulus atau sensoris yang sesuai.
(Asmadi, 2008).
Tahap tidur ada dua yaitu tidur NREM dan tidur REM
1. Tidur NREM ( Non-Rapid Eye Movment) disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukan oleh orang yang tidur lebih pendek dari pada gelombang alfa dan
beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Tidur NREM terbagi menjadi 4 tahap, tahap 1-2 disebut
dengan tahap ringan (light sleep) dan tahap 3-4 sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep).
(Kasiati & Wayan, 2016).
2. Tidur REM (Rapid Eye Movement) biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-
30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian mimpi terjadi pada tahap ini.
Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%. Pada tahap
individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun secara tiba-tiba. (Kasiati &
Wayan, 2016).
Faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur
Menurut Kasiati dan Wayan, 2016:
1) Penyakit
2) Lingkungan
3) Latihan dan kelelahan
4) Gaya hidup
5) Stres emosional
6) Stimulant dan alkohol
7) Diet
8) Merokok
9) Medikasi
10)Motivasi
Stevens Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi
mengancam jiwa yang mempengaruhi kulit dimana kematian
sel menyebabkan epidermis terpisah dari dermis. Sindrom ini
diperkirakan oleh karena reaksi hipersensitivitas yang
mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. Walaupun pada
kebanyakan kasus bersifat idiopatik, penyebab utama yang
diketahui adalah dari pengobatan, infeksi dan terkadang
keganasan. (Kusuma & Nurarif, 2015).
Kulit digambarkan sebagai pelindung, bersifat sensitif, reparatif dan mampu mempertahankan
homeostatisnya sendiri. Kulit merupakan organ terberat dalam tubuh. Ketiga lapisan kulit adalah bagian terluar
disebut epidermis, bagian tengah disebut dermis, dan bagian dalam disebut hipodermis atau jaringan subkutan.
Apendiks kulit terdiri atas rambut, kuku, kelenjar keringat ekrin dan apokrin, dan kelenjat sebasea (Gonce, 2011).
2. Kelainan Mukosa
Kelainan selaput lendir di orifisium yang sering ialah pada mukosa mulut/bibir (100%), kemudian disusul
dengan kelainan di lubang alat genitalia (50%), sedangkan di lubang hidung dan anus (masing-masing 8%
- 4%). Kelainan yang terjadi berupa stomatitis dengan vesikel pada bibir, lidah, mukosa mulut bagian buccal.
3. Kelainan mata
Kelainan pada mata merupakan 80% diantara semua kasus, yang sering terjadi ialah conjunctivitis kataralis.
Selain itu dapat terjadi conjunctivitis purulen, pendarahan, hingga bisa terjadi kebutaan.
Menurut Kusuma & Nurarif, 2015 pada Sindrom Steven Johnsons sering
sering menimbulkan , antara lain :
1. Kehilangan cairan dan darah.
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock.
3. Oftalmologi – ulserasi kornea, kebutaan.
4. Gastroenterologi – Esophageal strictures.
5. Genitourinaria – nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, stenosis vagina.
6. Pulmonari – pneumonia, bronchopneumonia.
7. Kutaneus – timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi
kulit sekunder.
8. Infeksi sitemik, sepsis
Stevens Johnson Syndrome merupakan kelainan hipersensitivitas yang dimediasi kompleks imun
yang disebabkan oleh obat-obatan, infeksi virus dan keganasan. Patogenesisnya belum jelas,
disangka disebabkan oleh reaksi hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi hipersensitif tipe III terjadi akibat
terbentuknya komplek antigen antibody yang mikro presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem
komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan enzim dan menyebab
kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ). Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen
antibodi yang bersirkulasi dalam darah mengendap di dalam pembuluh darah atau jaringan.
(Muttaqin, 2012)
Reaksi hipersensitifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali
dengan antigen yang sama kemudian limtokin dilepaskan sebagai reaksi radang. Pada reaksi ini
diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T, Reaksi hipersensitif tipe III terjadi akibat
terbentuknya komplek antigen antibody yang mikro presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem
komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan enzim dan menyebab
kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ).
Reaksi hipersensitifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali
dengan antigen yang sama kemudian limtokin dilepaskan sebagai reaksi radang. Pada reaksi
ini diperantarai oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T. Penghasil limfokin atau sitotoksik atau
suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang bersangkutan.
Kerusakan jaringan yang terlihat sebagai kelainan klinis lokal di kulit dan mukosa dapat pula
disertai gejala sistemik akibat aktivitas mediator serta produk inflamasi lainnya. Adanya reaksi
imun sitotoksik juga mengakibatkan apoptosis keratinosit yang akhirnya menyebabkan
kerusakan epidermis.
Oleh karena proses hipersensitivitas, maka terjadi kerusakan kulit sehingga terjadi seperti
kegagalan fungsi kulit yang menyebabkan kehilangan cairan, stress hormonal diikuti
peningkatan resistensi terhadap insulin, hiperglikemia dan glukosuria, kegagalan termoregulasi,
kegagalan fungsi imun, dan infeksi. (Jurnal Averrous Vol.5 No.1 Mei 2019)
Obat-obatan, Infeksi virus dan Keganansan Kelainan Hipersesitivitas
Melepaskan
Aktivasi S.Komplemen Limfokin/sitotoksin
Ketidakmampuan
menelan makanan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
Penglihatan kabur buram, conjungtiva anemis kelainan mata kongjungtivitis, mata berair, edema,mata
terasa gatal, menganjal, pedih, dan lengket.
b. Mulut
Kotor, terdapat krusta, mukosa bibir kering, terdapat bula dan purpura
c. Kulit
Sawo matang (warna kulit), turgor kulit jelek, kering , eritema, vesikel, bula dan terjadi purpura dan ada pula
yang disertai tanda-tanda infeksi.
I : Warna, suhu, kelembapan, kekeringan, faktor
P : Turgor kulit, edema
(Brunner and Suddarth, 2001)
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan, intake tubuh tidak adekuat
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisologis, reaksi
peradangan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
4. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan respon agen
cedera dalam tubuh (kerusakan jaringan)
No Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI))
1. Defisit nutrisi. Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Definisi: Asupan nutrisi tidak tindakan keperawatan diharapkan 1. Observasi
cukup untuk memenuhi status nutrisi terpenuhi dengan • Identifikasi status nutrisi
kebutuhan metabolisme. kriteria hasil: • Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Penyebab: • Identifikasi makanan yang disukai
• Ketidakmampuan menelan Status nutrisi • Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
makanan • Kekuatan otot pengunyah • Identifikasi perlunya penggunaan selang
• Ketidakmampuan mencerna meningkat nasogastrik
makanan • Kekuatan otot menelan • Monitor asupan makanan
meningkat • Monitor berat badan
• Frekuensi makan membaik • Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
• Nafsu makan membaik 2. Terapeutik
• Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
• Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
• Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
• Berikan makan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
• Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
• Berikan suplemen makanan, jika
perlu
• Hentikan pemberian makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
3. Edukasi
• Anjurkan posisi duduk, jika mampu
4. Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.