Anda di halaman 1dari 22

BOOK READING

Multipel Drug Hyprsensitivity

Oleh :
Nunu Nurul Humaeroh

Pembimbing :
dr. Widya Pasca Amir, Sp.KK

KEPANITERAAN SENIOR BAGIAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2018
PENDAHULUAN

Multiple drug hypersensitivity (MDH) adalah sindrom


yang berkembang sebagai konsekuensi dari stimulasi sel
T besar dan di tandai dengan reaksi hipersensitivitas
obat yang tahan lama (DHR) untuk obat yang berbeda.
 Hipersensitifitas : reaksi imun yg patologik 
terjadi akibat respon imun yg berlebihan  menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh.

 Tipe I – III: immediate/segera


 Waktu kurang dari 24 jam
 Antibody mediated imunity (AMI)

 Tipe IV: delayed/tertunda


 Waktu lebih dari 24 jam
 Sel T dan makrifag (CMI)
Tipe I (Reaksi anafilaksis)
• Yang berperan ialah Ig E yang mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap mastosit dan basofil.
• terjadi pada pemberian kedua dan selanjutnya obat yang
sama, obat tersebut akan dianggap sebagai antigen yang
akan merangsang pelepasan bermacam-macam mediator
seperti histamin, serotonin
• Mediator yang dilepaskan ini akan menimbulkan
bermacam-macam efek, misalnya urtikaria. Reaksi
anafilaksis yang paling ditakutkan adalah timbulnya syok.
Tipe II (Reaksi Autotoksis)

 Adanya ikatan antara Ig G dan Ig M dengan antigen yang


melekat pada sel. Aktivasi sistem komplemen ini akan
memacu sejumlah reaksi yang berakhir dengan lisis
Tipe III (Reaksi Kompleks
Imun)
 Antibodi yang berikatan dengan antigen akan membentuk
kompleks antigen antibodi
 Kompleks antigen antibodi yang terbentuk akan
mengendap pada jaringan tubuh dan akan mengakibatkan
reaksi radang
 Aktivasi sistem komplemen merangsang pelepasan
berbagai mediator oleh mastosit. Sebagai akibatnya, akan
terjadi kerusakan jaringan
Tipe IV (Reaksi Alergi Seluler
Tipe Lambat)
 Reaksi ini melibatkan limfosit
 Limfosit yang tersensitisasi mengadakan reaksi dengan
antigen
 Reaksi ini disebut reaksi tipe lambat karena baru timbul
12-48 jam setelah perjalanan terhadap antigen
Etiologi
Alergi

Dan pada pemaparan berikutnya adanya benda asing atau alergen


terjadi reaksi antigen-antibodi yang masuk ke dalam tubuh

Jika jaringan yang rentan berulang Alergen bersifat antigenik,


kali terpapar dengan alergen, maka menyebabkan pembentukan
dapat mengakibatkan jaringan antibodi atau mempunyai
tersensitisasi sehingga terjadi kemampuan untuk menginduksi
pembentukan antibodi respon imun
Alergi obat yang timbul mempunyai kemiripan
dengan gangguan kulit pada umumnya, Reaksi
alergi obat:

 Urtikaria
Reaksi vaskular pada kulit, di tandai dengan adanya edema
setempat yang cepat timbul dan hilang perlahan-lahan lalu
disertai rasa gatal yang berat. Urtikaria sangat berhubungan
dengan Ig-E sebagai suatu respon cepat terhadap penisilin
maupun antibiotik lainnya. Obat lain misalnya angiotensin-
converting enzyme (ACE) inhibitor dalam jangka waktu satu
jam saja sudah dapat menimbulkan urtikaria
Urtikaria yang disebabkan oleh penggunaan
penisilin
 Eksantema fikstum
Eksantema fikstum (FDE) adalah kelainan kulit
berupa erupsi kulit yang disebabkan oleh obat yang
timbul berulang-ulang dan pada tempat yang sama.
FDE dapat disebabkan oleh banyak obat termasuk
penisilin, sulfonamid, dan obat analgetik antipiretik.
Eksantema Fikstum
Sindrom Stevens-Johnson

 Sindrom Stevens-Johnson adalah bentuk penyakit


mukokutan dengan tanda dan gejala sistemik yang parah
berupa lesi target dengan bentuk yang tidak teratur, disertai
macula, vesikel, bula, dan purpura yang tersebar luas
terutama pada rangka tubuh. Sindrom Stevens-Johnson
mempunyai tiga gelaja yang khas yaitu kelainan pada mata
berupa konjungtivitis, kelainan pada genital berupa
balanitis dan vulvovaginitis, serta kelainan oral berupa
stomatitis.
Sindrom Stevens-Johnson

 Etiologi
 Alergi Obat (penisilin & semisintetiknya, streptomisin,
sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik/analgesik(e.g.
derivate salisil/pirazolon, metamizol, metapiron,
parasetamol), klorpomasin, karbamazepin, klinin,
antipirin, tegretol dan jamur
 Infeksi
 Keganasan
 Dll.
Sindrom Stevens-Johnson
Eritreoderma

 Definisi
Adalah kelainan kulit yang ditandai oleh eritema di
seluruh atau hampir seluruh tubuh. Biasanya disertai skuama.
 Etiologi
 Akibat alergi obat sistemik
 Akibat perluasan penyakit kulit, seperti psoriasis, pitiriasis
rubra pilaris, pemfigus foliaseus, dermatitis atopik, dan
liken planus.
 Akibat penyakt sistemik termasuk keganasan.
Eritreoderma
Faktor Risiko Untuk Pengembangan MDH
 Jenis Obat
penggunaan obat yang mampu menyebabkan sel T mediated yang
parah DHR merupakan faktor risiko utama. Karena sebagian besar
MDH mulai dengan DRESS, obat yang sama yang terlibat dalam
DRESS juga terlibat di MDH. Obat antiepilepsi, sulfonamide
antibiotik dan allopurinol adalah penyebab utama dari DRESS.
 Konsentrasi Obat tinggi
Sebagian besar obat yang mengeluarkan DRESS diberikan pada
dosis harian yang relatif tinggi, sering melebihi 1 g / hari.
Seringnya kejadian MDH untuk terapi kombinasi juga mungkin
disebabkan oleh dosis obat individu yang tinggi yang digunakan
daam kombinasi ini.
 Terapi Kombinasi
 Pengobatan yang tahan lama
 Tidak ada hubungan Antigen Leukosit Manusia ke
MDH sindrom
Obat-obatan yang terlibat dalam MDH
 Amoksisilin atau asam klavulanat
 Sulfasalazine
 sulfonamide
 Sulfamethoxazole/trimethoprim
 Phenytoin
 Carbamazepine
 Rifampicin
 Metronidazole/ceftriaxone
 Allopurinol
 Vankomisin
 Tazobactam/piperacillin
 Penisilin G
Langkah-langkah yang memungkinkan untuk
menghindari reaksi flare-up dan DHR lebih
lanjut

 Batasi penggunaan obat pada pasien dengan DHR berat yang sedang
berlangsung (terutama DRESS) sebanyak mungkin.
 Jika obat baru dibutuhkan, pilih obat yang efektif pada dosis rendah
(<50 mg / hari).
 Ganti antipiretik dengan tindakan fisik (misalnya kompres basah
bukannya acetaminophen).
 Gunakan antibiotik hanya untuk terapi, bukan untuk profilaksis.
 Menekan rangsangan kekebalan dengan terapi kortikosteroid
(prednisolon oral atau i.v. biasanya ditolerir). Sebagai contoh, 0,3 -
0,5 mg / kg / hari prednisolon yang setara selama 2 - 7 hari, diikuti
oleh pengurangan bertahap, tergantung pada jumlah limfoblas yang
beredar.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai