Anda di halaman 1dari 7

JURNAL READING PERIOPERATIF

UNDESCENDED TESTIS

Disusun Oleh : KELOMPOK 4

1. Inda Maharani 1814301014


2. Vera Cahyati Rusandi 1814301032
3. Alya Nabila 1814301016
4. Yosica Bramita 1814301018
5. Nadia Intan Hatina 1814301035
6. Susi Susanti 1814301036
7. M.Rifki Fery Firnando 1814301037
8. Lovi Vaniar 1814301038
9. Zidane Rizal 1814301039

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
Abstrak
Latar Belakang : (UDT) adalah kelainan genitalia kongenital yang paling
sering ditemukan. Pada kelainan ini, testis tidak
Undesensus testis turun ke dalam skrotum. Angka
kejadiannya yaitu pada 4-5% bayi laki laki dengan umur
kehamilan cukup, dan 20-33% pada bayi laki laki prematur.
Maksud dan Tujuan : Untuk mengidentifikasi kejadian undesensus testis di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Hasil : Berdasarkan penelitian retrospektif yang dilakukan,
diperoleh 37 kasus undesensus testis di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado selama periode Januari 2013 –
Desember 2015. menunjukkan distribusi penderita
undesensus testis tiap tahunnya. Pada tahun 2013 ditemukan
13 kasus (35,1%), tahun 2014 ditemukan 13 kasus (35,1%)
dan tahun 2015 ditemukan 11 kasus (29,8%) dengan total
37 kasus. menunjukkan distribusi penderita undesensus
testis berdasarkan umur. Kelompok usia 0 – 6 bulan
sebanyak 23 penderita (62,1%), 7 – 12 bulan sebanyak 4
penderita (10,8%), 13 –18 bulan sebanyak 0 penderita (0%),
19 –24 bulan sebanyak 2 penderita (5,4%) dan >24 bulan
sebanyak 8 penderita (21,7%).
BAB I
PENDAHULUAN

Undesensus testis (UDT) atau biasa disebut kriptorkismus merupakan


kelainan bawaan genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki, dan
sangat mempengaruhi kondisi kesuburan penderita kelak (Komarowska et.al,
2015). Undesensus testis mengenai sekitar 0.8–1.8% bayi usia 1 tahun, 3% bayi
cukup bulan, dan 21% bayi prematur. Sekitar 20% kasus merupakan tipe UDT
yang tidak dapat dipalpasi, yang kemungkinan terletak di intraabdominal (normal
atau disgenetik, tinggi atau rendah), intrakanalikular, ektopik, atau bahkan tidak
ada (monorchia sejati atau vanishing testis). Perlu ditekankan bahwa testis yang
berlokasi di intraabdominal berisiko tinggi terjadinya infertilitas dan keganasan.
Oleh karena itu, diagnosis dan tatalaksana awal penyakit UDT sangat diperlukan
dalam rangka menyelamatkan fertilitas dan mencegah keganasan pada testis
(Guoet.al,2011).

Tujuan utama tatalaksana pembedahan pada UDT intraabdominal adalah


untuk menentukan lokasi testis dan merelokasinya (Bae et.al, 2013). Namun
demikan, tatalaksana UDT intraabdominal merupakan hal yang kontroversial.
Serangkaian modalitas pencitraan seperti ultrasound, CT scan, MRI dan venografi
pernah digunakan, namun tidak ada yang dapat diandalkan untuk menentukan
lokasi testis atau membuktikan ketiadaannya. Oleh karena itu, sebagian besar
dokter bedah meyakini bahwa laparotomi eksplorasi merupakan metode definitif
dalam menentukan UDT intraabdominal (Guo et.al, 2011).

Selama beberapa dekade terakhir, laparoskopi telah semakin banyak


direkomendasikan sebagai metode lini pertama dalam menentukan diagnosis testis
intraabdominal dan vanishing testis. Teknik laparoskopi mempunyai beberapa
keunggulan, di antaranya berupa kemampuannya dengan cepat menentukan lokasi
testis intraabdominal untuk kemudian dilanjutkan dengan koreksi pembedahan
orkidopeksi atau orkidektomi pada saat yang bersamaan, serta memberikan
kesempatan bagi dokter bedah untuk menentukan tipe sayatan yang sesuai (Bae
et.al,2013danGuoet.al,2011).

Undesensus testis (UDT) secara global ditemukan lebih banyak pada bayi
prematur. Prevalensi UDT pada bayi laki-laki prematur di Amerika serikat adalah
30%. Insidensi internasional UDT ditemukan sebanyak 3-4% pada bayi baru lahir,
namun angka UDT menurun seiring usia karena testis dapat menurun secara
spontan mulai usia 3 bulan. UDT ditemukan menetap pada kurang dari 1% pada
usia 1 tahun atau lebih. Riwayat UDT pada ayah atau saudara kandung laki-laki
ditemukan pada 4-6% bayi dengan UDT.

Undesensus testis (UDT) secara nasional di Indonesia tidak tercatat


dengan jelas. Sebuah penelitian di Manado mendapatkan 37 kasus UDT dari
Januari 2013 hingga Desember 2015. Sebagian penderita UDT merupakan bayi
usia 0-6 bulan (62,1%), insidensi ditemukan menurun seiring usia, namun kembali
meningkat pada usia > 24 bulan (21,7%). Penelitian ini juga menemukan kasus
UDT lebih banyak terjadi bilateral (56,7%). Pada kasus unilateral, UDT
ditemukan lebih banyak pada sisi kiri (24,3% sinistra : 19% dekstra). Data dari
Departemen Urologi RS Ciptomangunkusumo mencatat 59 kasus UDT dari tahun
2002-2010 dengan median usia pasien 5 tahun. Terdapat 3.6% yang berusia di
bawah 1 tahun. Data tersebut juga mendapatkan bahwa kasus UDT paling banyak
terletak inguinal (87,5%) dan intraabdominal (10,7%).
BAB II
ULASAN JURNAL
1. Latar Belakang
(UDT) adalah kelainan genitalia kongenital yang paling sering ditemukan.
Pada kelainan ini, testis tidak Undesensus testis turun ke dalam skrotum.
Angka kejadiannya yaitu pada 4-5% bayi laki laki dengan umur kehamilan
cukup, dan 20-33% pada bayi laki laki prematur.

2. Tujuan
Untuk mengidentifikasi kejadian undesensus testis di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado.

3. Metodologi
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana jenis
penelitian ini merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui gambaran atau deskriptif tentang suatu masalah kesehatan,
baik yang berupa faktor resiko maupun faktor efek (Hidayat, 2010).

4. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian retrospektif yang dilakukan, diperoleh 37 kasus
undesensus testis di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama periode
Januari 2013 – Desember 2015. menunjukkan distribusi penderita
undesensus testis tiap tahunnya. Pada tahun 2013 ditemukan 13 kasus
(35,1%), tahun 2014 ditemukan 13 kasus (35,1%) dan tahun 2015
ditemukan 11 kasus (29,8%) dengan total 37 kasus. menunjukkan
distribusi penderita undesensus testis berdasarkan umur. Kelompok usia 0
– 6 bulan sebanyak 23 penderita (62,1%), 7 – 12 bulan sebanyak 4
penderita (10,8%), 13 –18 bulan sebanyak 0 penderita (0%), 19 –24 bulan
sebanyak 2 penderita (5,4%) dan >24 bulan sebanyak 8 penderita (21,7%).
BAB III
TELAAH KRITIS
Pada kasus An. H dengan diagnosa undesensus testis bilateral palpable sirkumsis.
Pasien sudah pernah melakukan pemeriksaan kromosom dengan hasil 46, X4 LH
0,1, FSH 0,5, testoteron 3,08. Pasien tidak memiliki riwayat alergi. Rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu open orkidopeksi bilateral yaitu suatu
tindakan untuk memindahkan atau menurunkan testis ke skrotum secara
permanen. Gejala pasien sebelum dilakukan operasi yaitu muncul gelembung
dikemaluan saat BAK yang sudah sering terjadi sejak lahir. Dalam prosedur
pasien telah diberikan antibiotik profilaksis. Dalam prosedur yang dilakukan
posisi pasien adalah supine tanpa kemiringan apapun kurang lebih 3 jam.
BAB IV
PENUTUP

- UDT) adalah kelainan genitalia kongenital yang paling sering ditemukan.


Pada kelainan ini, testis tidak Undesensus testis turun ke dalam skrotum.
Angka kejadiannya yaitu pada 4-5% bayi laki laki dengan umur kehamilan
cukup, dan 20-33% pada bayi laki laki prematur.
- Dari hasil penelelitian yang dilakukan di instalasi rekam medik RSUP
Prof. Dr.R. D. Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa jumlah kasus
undesensus testis selama periode Januari 2013 – Desember 2015 adalah
sebanyak 37 kasus. Kelompok usia 0 – 6 bulan memiliki jumlah penderita
terbanyak, yaitu sebanyak 23 penderita, dan angka kejadian undesensus
testis bilateral lebih tinggi dari undesensus testis unilateral. Belum
dilakukan tindakan pada kebanyakan penderita dan orchidopeksi
merupakan tindakan operatif yang paling sering dilakukan

Anda mungkin juga menyukai