Pendahuluan
A.Latar belakang
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru
lahir. Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan
mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaanya harus dilakukan oleh mereka yang betulbetul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Epispadia merupakan suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra
terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.kedua
kalainan ini adalah yang terjadi pada saluran perkemihan.
B.Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan epispadia dan hipospadia?
2. Apa saja yang penyebab kelainan epispadia dan hipospadia?
3. Apa saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi
pada
neonatus
dan
penatalaksanaannya?
4. Bagaimana cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonates?
C.Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
D.Manfaat Penulisan
BAB II
Definisi
Hipospadia adalah suatu keadaan abnormal dari perkembangan uretra anterior dimana
meatus uretra eksterna terletak di bagian ventral dan letaknya lebih proksimal dari letak yang
normal dan disertai adanya firosis pada bagian distal MUE yang menyebabkan bengkoknya
penis(chordae). Hipospadia merupakan salah satu kelainan bawaan (kongenital) pada anak-anak
yang lumayan sering ditemukan. Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu hypo yang
berarti dibawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang.
Epispadia adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra
terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.Terdapat 3
jenis epispadia yaitu:
1. Lubang uretra terdapat di puncak kepala penis.
2. Seluruh uretra terbuka di sepanjang penis.
3. Seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut.
Etiologi
Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui
penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap
paling berpengaruh, antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone.
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau bias juga karena reseptor hormone androgennya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap
saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika.
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada
gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak
terjadi
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
Hipospadia sering disertai kelainan penyerta yang biasanya terjadi bersamaan pada
penderita hipospadia. Kelainan yang sering menyertai hipospadia adalah
Epispadia adalah kelainan langka lebih dari hypospadia dan terlihathanya 1 / 300'000
bayi yang baru lahir jadi penyebab epispadia itu sama dengan hipospadia.
Gejala klinis
Hipospadia:
Epispadia:
Lubang uretra terdapat di punggung penis
Lubang uretra terdapat di sepanjang punggung penis.
Patofisiologi
Hipospadia dan Epispadia
Repair hipospadia dan Epispadia
Usia
Tehnik operasi
Tipe hipospadia
Chorde /
Hasil
Ukuran penis
Satu tahap
Dua tahap
Malformasi congenital
Hipospadia & epispadia
grandular
distal penile
perineal
penile
penoskrotal scrotal
Pengelolaan
Pembedahan
Kombinasi
Eksisi chordee
Pembedahan
Urethroplasty
Radio diagnosis
Proses pembedahan
Efek anestesi
Pemasangan kateter
inwhelling
Kecemasan
Nyeri
Hipersalivasi
entry
Gangguan
Penumpukan
rasa nyaman
Sekret
gangguan aktivitas
Resiko
tinggi infeksi
Obstruksi Jalan nafas
Inefektif bersihan jalan nafas
Komplikasi
1. Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis
kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu )
2. Psikis ( malu ) karena perubahan posisi BAK.
3. Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.
PENATALAKSANAAN
1. Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia dan epispadia adalah
merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau
dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus
dengan normal.
2. Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi atau anak tidak
boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti.
3. Dikenal banyak teknik operasi hipospadia dan epispadia yang umumnya terdiri dari
beberapa tahap yaitu :
A. Operasi
URETHROPLASTY )
Adalah tekhnik operasi sederhana yang sering digunakan,
terutama untuk hipospadia dan epispadia tipe distal. Tipe distal ini
meatusnya letak anterior atau yang middle. Meskipun sering hasilnya
kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak
dokter lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia
proksimal yang disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka
one stage urethroplasty nyaris dapat dilakukan. Tipe hipospadia
proksimal seringkali di ikuti dengan kelainan-kelainan yang berat
seperti korda yang berat, globuler glans yan bengkok kearah ventral
( bawah ) dengan dorsal; skin hood dan propenil bifid scrotum. Intinya
tipe hipospadia dan epispadia yang letak lubang air seninya lebih
kearah proksimal ( jauh dari tempat semestinya ) biasanya diikuti
dengan penis yang bengkok dan kelainan lain di scrotum atau sisa
kulit yang sulit di tarik pada saat dilakukan operasi pembuatan uretra
( saluran kencing ). Kelainan yang seperti ini biasanya harus dilakukan
2 tahap.
pertama
operasi
pelepasan
chordee
dan
tunelling
dilakukan
uretroplasty
pembuatan
saluran
kencing
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOSPADIA DAN EPISPADIA
1. A.
PENGKAJIAN
1. Kaji biodata pasien
2. Kaji riwayat masa lalu: Antenatal, natal,
3. Kaji riwayat pengobatan ibu waktu hamil
4. Kaji keluhan utama
5. Kaji skala nyeri (post operasi)
1. B.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi kelainan letak meatus uretra
2. Palpasi adanya distensi kandung kemih.
1. C.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.
INTERVENSI
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah dilakukan
2 = Jarang dilakukan
3 = Kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Selalu dilakukan
NIC
: Family mobilization
Intervensi
obstruksi mekanik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan retensi urin
berkurang.
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC
Intervensi
3. Diagnosa : Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi baik keluarga
dan klien.
Tujuan : Setelah dilakukan tindkan keperawatan selama 324 jam diharapkan kecemasan
pasien berkurang.
NOC : Kontrol ansietas
Indikator
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC
: Pengurangan cemas
Intervensi
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
NIC
Intervensi
6. Ajarkan keluarga untuk menjaga dan selalu menngawsi perkembangan status kesehatan
keluarga.
: Level nyeri
Indikator
NOC 2
: Tingkat kenyamanan
Indikator
NOC 3
: Kontrol nyeri
Indikator
Keterangan skala :
: Deteksi resiko
Indikator
NOC 2
: Kontrol resiko
Indikator
NOC 3
: Status imun
Indikator
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunjukan
2 = Jarang menunjukan
3 = Kadang menunjukan
4 = Sering menunjukan
5 = Selalu menunjukan
4. Diagnosa : Perubahan eliminasi urine (retensi urin) berhubungan dengan trauma operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam diharapkan retensi urin
berkurang.
Keterangan skala :
NIC
Intervensi
1. E.
EVALUASI
Pre operasi
skala
1. Diagnosa : Manajemen regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan pola perawatan
keluarga.
Indikator :
1. Status imunisasi anggota kelurga
4. Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan mengeluarkan BAK ke toilet
3. Diagnosa : Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan operasi baik keluarga
dan klien.
Indikator :
1. Tingkat kecemasan di batas normal
6. Hubungan sosial
7. Tidur adekuat
8. Respon cemas
Post operasi
1. Diagnosa : Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan
petunjuk aktivitas adekuat.
Indikator :
1. Ikut serta dalam perencanaan perawatan
4. Waktu yang adekuat antara keinginan BAK dan mengeluarkan BAK ke toilet
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah,
bukan diujung penis.Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000
bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat
ujung penis, yaitu pada glans penis.
Epispadia merupakan suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dimana lubang uretra
terdapat di bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.kedua
kalainan ini adalah yang terjadi pada saluran perkemihan.
Beratnya hipospadia dan epispadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat
ujung penis,yaitu pada glanspenis.Bentuk hipospadia dan epispadia yang lebih berat terjadi jika
lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum
(kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi,
yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah
pada saat ereksi.Gejalanya adalah:
1. Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah atau di dasar penis
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicastore.com
Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby
McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). Mosby
DIsusun oleh:
Deffy M.P
Eka Budi K
IV C