0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
27 tayangan38 halaman
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan hipospadia, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan intervensi keperawatan yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah operasi.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan hipospadia, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan intervensi keperawatan yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah operasi.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan hipospadia, termasuk definisi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan intervensi keperawatan yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah operasi.
Nama Kelompok : 1. AHMAD ALI SAPUTRA 2. ENDAH GUSANA 3. MAUDY KUSNAEDY NUH
Tingkat : 2A
AKEDEMIK KEPERAWATAN PROVENSI
KALIMANTAN TIMUR TAHUN AJARAN 2017/2018 DEFINISI HIPOSPADIA Hypospadia berasal dari bahasa Yunani, secara terminologi memiliki dua arti kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti “lubang”. Secara anatomi hypospadia adalah salah satu kelainan kelamin akibat penyatuan lipatan uretra yang tidak sempurna dengan gambaran letak Ostium Urethra Externa di sepanjang permukaan anterior penis semenjak masa pertumbuhan janin (congenital). • Hypospadia adalah suatu kelainan bawaan congenital dimana meatus uretra externa terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glans penis). (Arif Mansjoer, 2000 : 374) • Hipospadia adalah suatu kondisi letak lubang uretra berada dibawah glan penis atau dibagian mana saja sepanjang permukaan ventral batang penis (Mary E Muscari. 2005. Hal 357) ETIOLOGI HYPOSPADIA 1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone Faktor hormon androgen sangat berpengaruh terhadap kejadian hipospadia karena berpengaruh terhadap proses maskulinisasi masa embrional 2. Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi 3.Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Bahan teratogenik adalah bahan-bahan yg dapat menimbulkan terjadinya kecacatan pd janin selama dalam kehamilan ibu misalnya alcohol, asap rokok, polusi udara 4. Faktor eksogen Pajanan prenatal terhadap kokain, alcohol, fenitoin, progestin, rubella, atau diabetes gestasional. KLASIFIKASI HYPOSPADIA
1.Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra
eksternum/ meatus : a. Tipe sederhana/ Tipe anterior Terletak di anterior yg terdiri dari tipe glandular dan coronal b. Tipe penil/ Tipe Middle Middle yg terdiri dari distal penile, proksimal penile dan pene-escrotal. Pd tipe ini meatus terletak antara glands penis dan skrotum c. Tipe Posterior Terdiri dari tipe scrotal dan perineal 2. Klasifikasi pembagian hipospadia berdasarkan anatomi: a.Anterior: dimana meatus tampak pada bagian inferior dari glands penis. (Wang, 2008) b.Coronal: dimana meatus tampak pada alur batang penis. (Wang, 2008) c. Distal: dimana meatus tampak pada bagian bawah batang penis. (Wang, 2008) 3. Pembagian hipospadia berdasarkan kesulitan rekonstruksi : a.Hipospadia pada bagian distal korpus spongiosum dengan sedikit atau tidak ada kelengkungan ventral (Snodgrass, 2010) b.Hipospadia pada bagian proksimal spongiosum dengan kelengkungan ventral yang ditandai dengan perkembangan jaringan ventral yang sedikit, dan kadang-kadang terkait dengan perkembangan asimetris dari corpora cavernosa (Snodgrass, 2010) c.Hipospadia cacat yang sudah menjalani beberapa prosedur dan meninggalkan jaringan bekas luka. (Snodgrass, 2010) TANDA DAN GEJALA 1.Lubang Osteum/orifisium Uretra Externa (OUE) tidak berada di ujung glands penis. 2.Preputium tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis. 3.Biasanya jika penis mengalami kurvatura (melengkung) ketika ereksi, maka dapat disimpulkan adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang membentang hingga ke glans penis. 4. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glands penis 5. Pancaran air kencing pd saat BAK tidak lurus biasanya kebawah, menyebar, mengalir melalui batang penis, sehingga anak akan jongkok pd saat BAK 6. Penis akan melengkung kebawah pada saat ereksi KOMPLIKASI HYPOSPADIA
perkembangan uretra dalam utero. Terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke 10 sampai minggu ke 14. Gangguan ini terjadi apabila uretra jatuh menyatu ke midline dan meatus terbuka pada permukaan ventral dari penis. Propusium bagian ventral kecil dan tampak seperti kap atau menutup. PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir atau bayi. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu : 1. Urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ- organ seks internal terbentuk secara normal. 2. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter. (Cafici, 2002). 3. Rontgen 4. USG sistem kemih kelamin PENATALAKSANAAN Bedah rekonstruksi mungkin terapi pilihan untuk hipospadia. Tujuan utama dari rekonstruksi adalah untuk membuat celah vertikal meatus, untuk meluruskan penis pada kasus kelengkungan dan menghasilakn bentuk yang baik secara kosmetik. 1. Hipospadia Anterior Teknik yang paling sering digunakan: a. MAGPI (meatal advance glansplasty) b. GAP (glans approximation procedure) c. Metode Mathieu atau disebut flip-flap dan incise pipa uretroplasti. (Baskin, 2000) HIPOSPADIA ANTERIOR MAGPI (meatal advance GAP (glans approximation glansplasty) procedure) Lanjutan….. Metode Mathieu atau disebut flip-flap dan incise pipa uretroplasti. (Baskin, 2000) 2. Hipospadia Posterior Onlay island flap telah berhasil diuji dengan hasil jangka panjang yang sangat baik. Tidak membuang kulit uretra pada teknik onlay island flap telah menyingkirkan striktur anastomosis bagian proksimal dan telah mengurangi kejadian formasi fistula 2. Hipospadia Posterior ASUHAN KEPERAWATAN ANAK HYPOSPADIA 1. Pengkajian keperawatan a.Identitas Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya : Nama : Umur : biasanya terjadi pada bayi baru lahir Jenis kelamin : (menyerang laki – laki) Pekerjaan : Alamat : No register : Suku/bangsa : Agama : Tingkat pendidikan : Diagnosa medis : Hypospodia b. Riwayat kesehatan keperawatan 1). Keluhan utama Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis, penis melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus duduk dan terasa nyeri .(Muslihatum, 2010:163) 2). Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang tidak pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya. 3). RIwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung kebawah adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir. 4). Riwayat kongenital a) Penyebab yang jelas belum diketahui. b) Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik. c) Lingkungan polutan teratogenik. (Muscari, 2005:357) 5). Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke- 10 sampai minggu ke-14. (Markum, 1991: 257) 6). Pola kehidupan sehari-hari a) Nutrisi : Tidak ada gangguan b)Eliminasi : anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam mengarahkan aliran urinnya, bergantung pada keparahan anomali, penderita mungkin perlu mengeluarkan urin dalam posisi duduk. Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin parsial dan disertai oleh peningkatan insiden ISK. (Brough, 2007: 130) c) Hygiene Personal : Dibantu oleh perawat dan keluarga d) Istirahat dan Tidur : Tidak ada gangguan 7). Pemeriksaan fisik a) Sistem kardiovaskuler : Tidak ditemukan kelainan b) Sistem neurologi : Tidak ditemukan kelainan c) Sistem pernapasan : Tidak ditemukan kelainan d) Sistem integument : Tidak ditemukan kelainan e) Sistem muskuloskletaL : Tidak ditemukan kelainan f) Sistem Perkemihan: - Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal. - Kaji fungsi perkemihan -Dysuria setelah operasi g) Sistem Reproduksi - Adanya lekukan pada ujung penis - Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi - Terbukanya uretra pada ventral - Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage. (Nursalam, 2008: 164) 2. Diagnosa keperawatan PRE OPERASI S a.Ansietas (anak dan orang tua) yang behubungan dengan proses pembedahan (uretroplasti). (Domain 9, Kelas 2) POST OPERASI a. Nyeri berhubungan dengan pembedahan (Domain 12, Kelas1) b. Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan pemasangan kateter (Domain 11, Kelas 1) c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan luka post operasi di rumah (Doamin 5, Kelas 4) d. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak setelah pembedahan (Domain 9, Kelas 2) 3.INTERVENSI KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi 1. Pre Operasi Setelah dilakukan tindakan 1.1 Identifikasi tingkat Ansietas (anak dan orang keperawata selama … x 24 jam kecemasan anak dan orang tua) yang behubungan diharapkan kecemasan tua dengan proses terkontrol dengan 1.2 Jelaskan prosedur pembedahan Kriteria hasil : operasi kepada orang tua (uretroplasti) 1. Keluarga atau klien mampu dan anak dengan mengidentifikasi dan menggunakan mengungkapkan gejala cemas gambar/boneka 2. Postur tubuh, ekspresi 1.3 Beri anak kesempatan wajah, bahasa tubuh dan untuk mengekspresikan tingkat aktivitas menunjukkan rasa takut dan fantasinya berkurangnya kecemasan dengan menggunakan 3. Tanda-tanda vital dalam boneka dan wayang. batas normal 1.4 Dorong keluarga untuk - TD : 80-100/ 60-70 mmhg menemani anak - Nadi : 80-90 x/menit - RR : 20-30 x/menit - Suhu : 36,5-37 0C 2 Post Operasi Setelah dilakukan tindakan 2.1 Lakukan pengkangkajian Nyeri berhubungan keperawatan selam … x24 jam nyeri secara komprehensif dengan pembedahan diharapkan nyeri terkontrol termasuk lokasi, dengan Kriteria hasil : karakteristik, durasi, 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu frekuensi, kualitas dan penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik faktor presipitasi nonfarmakologi untuk 2.2 Observasi reaksi mengurangi nyeri, mencari nonverbal dari bantuan) ketidaknyamanan 2. Melaporkan bahwa nyeri 2.3 Pilih dan lakukan berkurang dengan menggunakan penanganan nyeri menejemen nyeri (farmakologi, non 3. Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi dan intensitas, frekuensi dan tanda interpersonal) nyeri) Anak akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman yang 2.4 Kolaborasi dalam ditandai oleh menangis,gelisah, pemberian analgesic sesuai dan ekspresi nyeri berkurang. program 4. Skala nyeri berkurang dari 5-4 menjadi 2-3 3 Post Operasi Setelah dilakukan tindsakan 3.1 Monitor tanda dan gejala infeksi Resiko infeksi (traktus keperawatan selama …x 24 jam sistemik dan lokal urinarius) yang berhubungan diharapkan tidak ada tanda 3.2 Pertahankan kantong drainase dengan pemasangan kateter kateter dibawah garis kandung tanda infeksi denganKriteria kemih dan pastikan bahwa selang hasil : tidak terdapat simpul dan kusut. 1. Klien bebas dari tanda dan 3.3 Gunakan tekni aseptic ketika gejala infeksi ditandai oleh hasil mengosongkan kantong kateter urinalisis normal dan suhu tubuh 3.4 Pantau urine anak untuk kurang dari 37,80c2. pendeteksian kekeruhan atau 2. Menujukan kemampuan untuk sedimentasi. Juga periksa balutan bedah setiap 4 jam, untuk mencegah timbulnya infeksi3. mengkaji bila tercium bau busuk jumlah leukosit anak dalam batas atau drainase purulen; laporkan normal ( 9000-12.000/mm2) tanda-tanda tersebut kepada dokter dengan seger 3.5 Kolaborasi obat antibiotic profilaktik sesuai program, untuk membantu mencegah infeksi. Pantau anak untuk efek terapeutik dan efek samping 4 Post Operasi Setelah dilakukan tindakan 4.1 Identifikasi tingkat Ansietas (orang tua) keperawata selama … x 24 jam kecemasan yang berhubungan diharapkan kecemasan 4.2 Anjurkan orang tua untuk dengan penampilan terkontrol dengan mengekspresikan perasaan penis anak setelah Kriteria hasil : dan kekhawatiran mereka pembedahanTujuan: 1. Keluarga atau klien mampu tentang ketidaksempurnaan orang tua akan mengidentifikasi dan fisik anak. Fokuskan pada mengalami penurunan mengungkapkan gejala cemas pertanyaan tentang rasa cemas yang 2. Postur tubuh, ekspresi wajah, seksualitas dan reproduksi ditandai oleh bahasa tubuh dan tingkat 4.3 Bantu orang tua melalui pengungkapan perasaan aktivitas menunjukkan proses berduka yang normal mereka tentang kelainan berkurangnya kecemasan 4.4 Rujuk orang tua kepada anak. 3. Tanda-tanda vital dalam batas kelompok pendukung yang normal tepat, jika diperlukan - TD : 80-100/ 60-70 mmhg 4.5 Apabila memungkinkan, - Nadi : 80-90 x/menit jelaskan perlunya menjalani - RR : 20-30 x/menit pembedahan multiple, dan - Suhu : 36,5-37 0C jawab setiap pertanyaan yang muncul dari orang tua 5. Post Operasi Nsetlah dilakukan tindakan 5.1 Berikan penilaian tentang Defisit pengetahuan keperawatan selam … x 24 jam tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan diharapkan mengetahui perawatan tetang proses penyakit yang perawatan di rumah di rumah denganKriteria hasil : spesifik 1. Keluarga menyatakan pemahaman 5.2 Ajarkan orang tua tanda tentang penyakit, kondisi dan serta gejala infeksi saluran program pengobatan kemih atau infeksi pada area 2. Keluarga mampu melaksanakn insisi, termasuk peningkatan prosedur yang dijelaskan secara benar suhu, urine keruh, dan 3. Keluarga mampu menjalaskan drainase purulen dari insisi kembali apa yang dijelaskan perawat/ 5.3 Ajarkan orang tua cara tim kesehatan lainnya mengganti perban luka post operasi 5.4 Ajarkan orang tua tentang tujuan dan penggunaan obat antibiotik tablet serta obat- obatan lainnya dan jelaskan juga perincian tentang pemberian, dosis dan efek samping. 4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Diagnosa I Pre Operasi Ansietas (anak dan orang tua) yang behubungan dengan proses pembedahan (uretroplasti) 1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan anak dan orang tua 2. Menjelaskan prosedur operasi kepada orang tua dan anak dengan menggunakan gambar / boneka 3. Memberi anak kesempatan untuk mengekspresikan rasa takut dan fantasinya dengan menggunakan boneka dan wayang 4. Mendorong atau mensuport keluarga untuk menemani anak Diagnose II Post Operasi Nyeri berhubungan dengan pembedahan 1.Melakukan pengkangkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2.Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3.Memilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan interpersonal) 4.Memastikan kateter anak dipasang dengan benar, serta bebas dari simpul. 5. Mengkolaborasi dalam pemberian analgesic sesuai program Diagnosa III Post Operasi Resiko infeksi (traktus urinarius) yang berhubungan dengan pemasangan kateter. 1.Memantau tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 2.Memperertahankan kantong drainase kateter dibawah garis kandung kemih dan pastikan bahwa selang tidak terdapat simpul dan kusut. 3.Menggunakan tekni aseptic ketika mengosongkan kantong kateter 4.Memantau urine anak untuk pendeteksian kekeruhan atau sedimentasi. Juga memeriksa balutan bedah setiap 4 jam, untuk mengkaji bila tercium bau busuk atau drainase purulen; laporkan tanda-tanda tersebut kepada dokter dengan segera. 5. Memberikan obat antibiotic profilaktik sesuai program, untuk membantu mencegah infeksi. Pantau anak untuk efek terapeutik dan efek samping Diagnose IV Post Operasi Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan penampilan penis anak setelah pembedahan. 1.Mengidentifikasi tingkat kecemasan 2.Menganjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka tentang ketidaksempurnaan fisik anak. Fokuskan pada pertanyaan tentang seksualitas dan reproduksi 3.Membantu orang tua melalui proses berduka yang normal 4.Merujuk orang tua kepada kelompok pendukung yang tepat, jika diperlukan. 5.Menjelaskan perlunya menjalani pembedahan multiple, dan jawab setiap pertanyaan yang muncul dari orang tua Diagnose V Post Operasi Defisit pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah 1.Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tetang proses penyakit yang spesifik 2.Mengajarkan orang tua tanda serta gejala infeksi saluran kemih atau infeksi pada area insisi, termasuk peningkatan suhu, urine keruh, dan drainase purulen dari insisi 3.Mengajarkan orang tua cara mengganti perban luka post operasi 4.Mengajarkan orang tua tentang tujuan dan penggunaan obat antibiotik tablet serta obat-obatan lainnya dan jelaskan juga perincian tentang pemberian, dosis dan efek samping. 5. Evalausi Keperawatan Pre Operasi Diagnosa I Cemas (anak dan orang tua) berkurang dan mampu mengontrol cemas Post operasi a.Diagnose II Nyeri klien berkurang dari skla 5-6 menjadi 2-3 b.Diagnose III Tidak terdapat tanda-tanda infeksi c.Diagnose IV Orang tua tidak cemas lagi dengan perubahan yang terjadi pada penis anaknya d.Diagnose V Orang tua mampu menerapkan perawatan luka secara mandiri dirumah dan pengunaan antibiotik sesuai instruksi dokter. TERIMA KASIH