Anda di halaman 1dari 23

Hipospadia adalah kelainan bawaan lahir pada anak laki-laki, yang dicirikan dengan letak abnormal

lubang kencing tidak di ujung kepala penis seperti layaknya tetapi berada lebih bawah/lebih pendek.
Letak lubang kencing abnormal bermacam-macam; dapat terletak pada kepala penis namun tidak tepat
di ujung (hipospadia tipe glanular), pada leher kepala penis (tipe koronal), pada batang penis (tipe penil),
pada perbatasan pangkal penis dan kantung kemaluan (tipe penoskrotal), bahkan pada kantung
kemaluan (tipe skrotal) atau daerah antara kantung kemaluan dan anus (tipe perineal).

Sebagian besar anak dengan kelainan hipospadia


memiliki bentuk batang penis yang melengkung.
Biasanya di sekitar lubang kencing abnormal tersebut
terbentuk jaringan ikat (fibrosis) yang bersifat menarik
dan mengerutkan kulit sekitarnya. Jika dilihat dari
samping, penis tampak melengkung seperti kipas
(chordee, bahasa Latin); secara spesifik jaringan
parut di sekitar muara saluran kencing kemudian
disebut chordee. Tidak setiap hipospadia memiliki
chordee. Seringkali anak laki-laki dengan hipospadia
juga memiliki kelainan berupa testis yang belum turun
sampai

ke kantung

kemaluannya

(undescended

testis).

Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang jarang ditemukan, dengan angka kekerapan 1 kasus
hipospadia pada setiap 250-400 kelahiran bayi laki-laki hidup.

Penyebab hipospadia

Penyebab dari hipospadia sampai saat ini belum dapat diijelaskan secara pasti, namun teori-teori yang
berkembang

umumnya

mengaitkan

kelainan

ini

dengan

masalah

hormonal.

Sebuah

teori

mengungkapkan kelainan ini disebabkan oleh penghentian prematur perkembangan sel-sel penghasil

androgen di dalam testis, sehingga produksi androgen terhenti dan mengakibatkan maskulinisasi
inkomplit dari alat kelamin luar. Proses ini menyebabkan gangguan pembentukan saluran kencing
(uretra), sehingga saluran ini dapat berujung di mana saja sepanjang garis tengah penis tergantung saat
terjadinya gangguan hormonal. Semakin dini terjadinya gangguan hormonal, maka lubang kencing
abnormal akan bermuara semakin mendekat ke pangkal.

Keluhan dan gejala

Letak lubang kencing yang masih di kepala penis biasanya jarang menimbulkan keluhan bagi penderita
pada usia anak-anak.Keluhan akan timbul pada kelainan yang lebih berat dan pada usia penderita yang
lebih tua.

Kelainan lebih berat yang menimbulkan keluhan, antara lain letak lubang kencing yang semakin ke arah
pangkal penis dan/atau adanya bentuk penis yang melengkung. Jika kelainan bentuk ini tidak diperbaiki
dengan tindakan operasi, penderita kelak akan mengalami gangguan fungsi berkemih berupa arah dan
pancaran berkemih yang tidak normal. Pada keadaan yang sangat berat, penderita bahkan tidak dapat
berkemih dalam posisi berdiri karena urin keluar merembes sehingga penderita akan lebih nyaman dalam
posisi jongkok.

Masalah yang timbul akan semakin rumit sejalan bertambahnya usia penderita. Masalah psikologis timbul
akibat bentuk penis yang tidak normal dan kebiasaan berkemih yang tidak lazim seperti anak laki-laki
normal yang sebaya. Pada usia pascapubertas dan pada usiareproduksi, penderita akan mengalami
masalah fungsi reproduksi berkenaan dengan bentuk penis yang melengkung saat ereksi, kesulitan
penetrasi penis saat berhubungan badan dan gangguan pancaran ejakulasi.

Diagnosis hipospadia

Hipospadia sangat mudah dikenali saat pemeriksaan fisis bayi laki-laki yang baru lahir. Tidak adanya
lubang kencing di ujung kepala penis, serta bentuk penis melengkung menjadi ciri khas bayi laki-laki
dengan hipospadia. Pada kelainan yang sangat berat, jenis kelamin bayi seringkali sukar untuk dikenali
sebagai laki-laki atau perempuan jika berdasar dari pemeriksaan fisis semata. Dalam hal tersebut,
penderita akan disarankan untuk menjalani pemeriksaan kromosom-penanda-kelamin (sex chromatin).

Pemeriksaan penunjang lain yang cukup berguna meskipun jarang dilakukan adalah pemeriksaan
radiologis urografi (IVP, sistouretrografi) untuk menilai gambaran saluran kemih secara keseluruhan
dengan bantuan kontras. Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila penderita mengeluh sulit
berkemih.

Tatalaksana operatif pada hipospadia

Tindakan operatif merupakan penatalaksanaan definitif dari hipospadia. Operasi biasanya dilakukan
dalam rentang waktu tahun pertama usia bayi, dengan syarat ukuran jaringan penis cukup besar dan
jelas untuk bisa dimanipulasi. TIdak jarang ukuran penis penderita hipospadia lebih kecil dariukuran penis
anak sebayanya (micropenis); dalam hal ini penderita akan dialihkan dahulu ke dokter anak untuk
mendapatkan terapi hormonal sampai ukuran penis sesuai. Operasi sebaiknya telah tuntas dilakukan
sebelum penderita memasuki usia sekolah.

Tujuan operasi adalah mengembalikan penis ke dalam bentuk dan fungsi sebaik-baiknya. Untuk
mencapai hal tersebut, maka lubang kencing harus dikembalikan ke posisi seanatomis mungkin di ujung
kepala penis, dan bentuk penis harus tegak lurus saat ereksi.

Komplikasi pascaoperasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, infeksi luka, kebocoran saluran
kencing baru (fistula) dan penyempitan lubang kencing baru (striktura). Untuk menekan risiko striktura,
saat ini ahli bedah plastik rekonstruksi mengembangkan teknik operasi 2 tahap.

Operasi tahap pertama mencakup pembuangan jaringan ikat (chordee release), pembuatan lubang
kencing di ujung kepala penis sesuai bentuk anatomi yang baik, dan membuat saluran kencing baru
(tunneling) di dalam kepala penis yang dindingnya dibentuk dari kulit tudung (preputium) kepala penis.
Operasi tahap pertama ini menentukan hasil akhir operasi hipospadia secara keseluruhan; operasi tahap
pertama yang baik akan menghasilkan bentuk estetik penis yang anatomis penis lurus dan lubang
kencing tepat di ujung kepala penisdan bebas dari risiko striktura.

Operasi tahap kedua dilakukan setelah proses penyembuhan operasi pertama tuntas, paling dini 6 bulan
setelah operasi pertama. Operasi tahap kedua membentuk saluran kencing baru (urethroplasty) di batang
penis yang menghubungkan lubang kencing abnormal, saluran kencing di dalam kepala penis, dan
lubang kencing baru di ujung penis. Dengan teknik operasi yang baik, risiko komplikasi kebocoran
saluran kencing dapat diperkecil.

Apapun teknik operasi hipospadia yang dikerjakan (1 tahap atau 2 tahap), semuanya membutuhkan
kelebihan kulit tudung kepala penis (preputium) untuk rekonsuksi saluran kencing baru. Oleh karena
itu,pada setiap bayi yang menderita hipospadia tidak boleh dilakukan khitan (sirkumsisi). Bentuk
penis setelah operasi hipospadia sudah serupa dengan bentuk penis setelah khitan.

Situs ini disusun dengan maksud memberi sekilas pandangan kepada khalayak awam mengenai
hal-hal yang terkait dengan prosedur operasi bedah plastik. Semoga informasi yang disampaikan
di sini dapat memberi pencerahan atau penjelasan untuk Anda yang ingin tahu dan tertarik
dengan prosedur-prosedur yang diuraikan. Namun bagaimana pun, untuk hal-hal yang lebihrinci,
ada baiknya Anda berkonsultasi langsung kepada Dokter.

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, keluarga mampu menyebutkan hal-hal yang perlu
dilakukan sebelum dan sesudah operasi kordektomi pada anak.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti proses penyuluhan keluarga diharapkan mamu menjelaskan kembali mengenai:
1. Prosedur preoperasi
2. Prosedur postoperasi
3. Cara perawatan post operasi

III. METODE
Ceramah dan tanya jawab
IV. MEDIA
Kertas lampiran materi
V. PROSES KEGIATAN
No
1.

2.
3.
4.

KEGIATAN
Pendahuluan:

RESPON
a. membalas salam

a. menyampaikan salam

b. mendengarkan dengan aktif

b. menjelaskan tujuan

c.

c. apersepsi
Penjelasan materi:

mendengarkan
memberikan respon

Mendengarkan
memperhatikan

WAKTU
5 menit

dan
dan 15 menit

a. memberikan penjelasan sesuai tujuan


Evaluasi
Menjawab pertanyaan
5 menit
Penutup:
a. menanyakan hal yang belum 5 menit
dipahami
a. tanya jawab
b. aktif bersama dalam
menyimpulkan
b. menyimpulkan hasil kegiatan
c. memberikan salam

VI. EVALUASI

c. membalas salam

1. prosedur : pada awal. Proses dan akhir kegiatan


2. jenis : lisan
3. bentuk : pertanyaan terbuka
PROSEDUR PERIOPERATIVE DAN PERAWATAN
PADA KLIEN HIPOSPADIA

PRE-OPERASI
1. operasi akan dilaksanakan pada hari jumat, 23 Januari 2004
2. pada hari kamis, 22 januari setelah makan malam klien akan berpuasa karena akan operasi
keesokan harinya
3. pada hari jumat pagi klien diharapkan untuk dapat BAB
4. setelah mandi, hari jumat pagi klien akan berganti dengan pakaian operasi
5. klien akan dipasang infus dan diberikan suntikan antibiotik (lewat selang infus) yang gunanya
untuk mencegah terjadinya infeksi.
6. Klien akan diantar oleh perawat ke ruang operasi dan menunggu giliran
7. Klien akan dibawa mauk ke ruang operasi dan dibius total
8. Klien akan berada di ruang recovery (ruang pemulihan) sampai sadar kemudian baru dibawa ke
bangsal kembali.
POST-OPERASI
1. karena klien akan memperoleh General Anastesi (bius total), maka setelah operasi klien akan
diposisikan tirah baring datar tanpa bantal dengan kepala kearah samping (untuk mencegah
muntah akibat efek samping pembiusan)
2. klien akan terus berpuasa sampai flatus (kentut) atau ada tanda-tanda aktifnya peristaltik (dengan
pemeriksaan stetoskop)
3. setelah ada tanda-tanda aktifnya peristaltik usus klien dapat makan dan minum kembali
4. bibir boleh dibasahi dengan air bila terasa kering
5. klien akan terpasang kateter pada penis yang bertujuan untuk mengalirkan urin sampai luka operasi
sembuh

6. kateter akan terpasang selama 6-10 hari


7. balutan pada kateter tidak akan diganti kecuali bila ada perembesan atau kotor
PERAWATAN POST-OPERASI
1. klien dan keluarga diharapkan untuk menjaga keadekuatan insersi kateter agar tidak terlepas
2. klien dan keluarga diharapkan untuk menjaga kebersihan area luka operasi untuk mencegah
terjadinya infeksi
3. klien diharapkan untuk tetap menjaga keadekuatan asupan nutrisi (makan dan minum) untuk
mempercepat penyembuhan post-operasi

Membedakan Penis Normal Atau Hipospadia

Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksterna berada
di bagian permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang
normal (ujung glanss penis). Kelainan kongenital ini menunjukkan kelainan letak
meatus uretra terletak di bagian bawah dekat pangkal penis. Untuk mengetahui
kelainan hipasdia diperlukan pemahaman untuk mengetahui keadaan anatomi
normal genitalia dan penis.
Genetalia dan Penis Normal

Genetalia

ekstrena pria

terdiri

dariglans dan korpus. Korpus

daripenis dan skrotum.

penis dibentuk

terutama

Penis
oleh

terdiri
jaringan

erektil. Glans penis adalah struktur yang terbentuk seperti kerucut pada ujung
penis dan mengandung jaringan sensori dan jaringan erektil. Korona adalah
area seperti mahkota dimana glans menonjol dari korpus penis. Kulit ini
dipotong pada saat sirkumsisi. Uretra terletak didalamkorpus penis, dengan
meatus uretra yang terletak ditengah ujung glans

Penis Anatomi normal penis terdiri dari sepasang korpora kavernosa yang dibungkus oleh
tunika albugenia yang tebal dan fibrous dengan septum dibagian tengahnya. Uretra
melintasi penis di dalam korpus spongiosum yang terletak dalam posisi ventral pada alur
diantara kedua korpora kavernosa. Uretra muncul pada ujung distal dari glan penis yang
berbentuk konus. Fascia spermatika atau tunika dartos adalah suatu lapisan longgar penis
yang terletak pada fascia tersebut. Dibawah tunika dartos terdapat fascia Bucks yang
mengelilingi korpora kavernosa dan kemudian memisah untuk menutupi korpus
spongiosum secara terpisah. Berkas neurovaskuler dorsal terletak dalam fascia Bucks
diantara kedua kavernosa.

Skrotum merupakan kantung yang longgar dan berkerut yang terletak di dasar penis.
Skrotum mempunyai dua kompartemen, setiap kompartemen berisi testis, epididimis, dan
bagian vas deferens merupakan organ-organ seks internal pria.

Testis berbentuk seperti telur dan seperti karet. Panjang testis pada bayi adalah1,5 cm.
panjang testis ini tetap tidak berubah secara nyata sampai masa pubertas. Kemudian testis
membesar secara bertahap panjang testis orang dewasa, yaitu 4-5 cm. testis kiri agak lebih
rendah dari pada testis kanan. Fungsi utama dari testis adalah menghasilkan sperma dan
hormone. Selama ejakulasi sperma mengalir ke dalam epididimis, dan kemudian ke dalam
vas deferens sebelum melewati uretra.

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-bulisampai
orifisium uretra eksterna glans penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi
uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi meatus
uretra pendulare uretra dan bulbus uretra.

Uretra bagian anterior Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran
ini dimulai dari meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini
berupa tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi
atau reparasi relatif mudah.

Uretra bagian posterior Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra
yang dkelilingi kelenjar prostate dinamakan prostatika. Bagian selanjutnya adalah
uretra membransea yang memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar
untuk dilatasi dan pada bagian ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini
bersifat volunter sehingga kita dapat menahan kemih dan berhenti pada waktu berkemih.
Uretra membransea terdapat dibawah dan dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada
simpisis pubis dapat mencederai uretra membransea

Hipospadia
Laporan medis awal menggambarkan hipospadia sudah dikenal sejak abad kedua Masehi dan
Galen adalah orang pertama menggunakan istilah itu. Selama milenium pertama, pengobatan
utama untuk hipospadia adalah amputasi penis distal ke meatus. Sejak saat itu, yang telah
berkontribusi dalam pengembangan perbaikan hipospadia modern. Lebih dari 300 jenis
perbaikan telah dijelaskan dalam literatur medis. Meskipun laporan sebagian besar telah dalam
60 tahun terakhir, teknik yang paling dasar digambarkan lebih dari satu abad yang lalu. Tehnik
anestesi modern, perkembangan peralatan bedah, kemajuan pengetahuan ilmu kedokteran
modern khususnya tehnik bedah, dan penemuan antibiotik telah meningkatkan hasil klinis dan
telah banyak kasus, diperbolehkan perawatan bedah dengan perbaikan satu tahap dalam tahun
pertama kehidupan secara rawat jalan.
Hipospadia terjadi pada sekitar 1 dari setiap 250 kelahiran laki-laki. Pada beberapa negara
insidensi hipospadia semakin meningkat. Laporan saat ini, terdapat peningkatan kejadian
hipospadia pada bayi laki-laki yang lahir prematur, kecil untuk usia kehamilan, dan bayi dengan
berat badan rendah. Hipospadia lebih sering terjadi pada kulit hitam daripada kulit putih, dan
pada keturunan Yahudi dan Italia. Di beberapa negara, kejadian hipospadia dapat naik. Di
Amerika Serikat, tingkat hipospadia dua kali lipat 1970-1993. Meskipun beberapa telah
menyarankan bahwa kejadian meningkat, dalam kenyataannya, peningkatan pelaporan nilai
kecil dari hipospadia, peningkatan hipospadia berat juga telah dicatat. Meningkatkan
sensitivitas sistem surveilans saja tidak dapat menjelaskan hal ini peningkatan dua kali lipat.
Namun, laporan terbaru mengaitkan tingkat peningkatan hipospadia pada anak laki lahir
prematur dan kecil untuk usia kehamilan dan anak laki-laki dengan berat lahir rendah.

Di beberapa negara, kejadian hipospadia dapat naik tetapi tampaknya agak konstan yaitu
sekitar 0,26 per 1000 kelahiran hidup di Meksiko dan Skandinavia dan 2,11 per 1000 kelahiran
hidup di Hongaria.
Perawatan untuk hipospadia adalah dengan koreksi bedah. Hipospadia umumnya diperbaiki
untuk alasan fungsional dan kosmetik. Posisi yang lebih proksimal ektopik dari meatus uretra,
semakin besar kemungkinan aliran kemih adalah untuk dibelokkan ke bawah, yang mungkin
memerlukan buang air kecil dalam posisi duduk. Setiap unsur chordee bisa memperburuk
kelainan ini. Kesuburan mungkin akan terpengaruh. Defleksi abnormal ejakulasi dapat
mencegah inseminasi efektif, dan chordee signifikan dapat mencegah penyisipan vagina penis
atau dapat dikaitkan dengan ereksi inheren menyakitkan. Meskipun bentuk yang paling kecil
dari hipospadia secara fisiologis tidak signifikan, mereka juga mungkin merit memperbaiki
berdasarkan potensi stres psikologis memiliki anomali kelamin.
Kejadian hipospadia lebih besar dalam putih daripada orang kulit hitam, dan lebih umum pada
mereka dari keturunan Yahudi dan Italia. Sebuah komponen genetik mungkin ada dalam
keluarga tertentu; tingkat keluarga dari hipospadia adalah sekitar 7%

Penyebab
Hipospadia terjadi karena gangguan perkembangan uretra anterior yang tidak sempurna
sehingga uretra terletak dimana saja sepanjang batang penis sampai perenium. Semakin
proksimal muara meatus maka semakin besar kemungkinan ventral penis memendek dan
melengkung karena adanya chordee. Ada banyak faktor penyebab hipospadia dan banyak teori
yang menyatakan tentang penyebab hipospadia antara lain :

Pembesaran tuberkulum kelamin dan perkembangan selanjutnya dari penis dan uretra
tergantung pada tingkat testosteron selama embriogenesis. Jika testis gagal untuk
menghasilkan jumlah yang cukup dari testosteron atau jika sel-sel struktur genital
kekurangan reseptor androgen yang memadai yaitu enzim konversi androgen-5 alphareductase dapat menyebabkan hipospadia. Genetik dan faktor nongenetik terlibat dalam
penyebab hipospadia dimana angka kejadian keluarga dari hipospadia ditemukan pada
sekitar 28% pasien.

Mekanisme genetik yang tepat mungkin rumit dan variabel. Penelitian lain adalah turunan
autosomal resesif dengan manifestasi tidak lengkap. Kelainan kromosom ditemukan secara
sporadis pada pasien dengan hipospadia. Faktor nongenetik utama yang terkait dengan

hipospadia adalah pemberian hormon seks. Peningkatan insiden hipospadia ditemukan di


antara bayi yang lahir dari ibu dengan terapi estrogen selama kehamilan. Prematuritas juga
lebih sering dikaitkan dengan hipospadia.

Embriologi Hipospadi Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan
yaitu eksoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu
mesoderm, sedangkan di bagian kaudalnya tetap bersatu membentuk membrane kloaka.
Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang
disebut genital tubercle. Dibawahnya pada garis tengah terbentuk lekukan dimana di bagian
lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold. Selama minggu ke-7, genital
tubercle akan memanjang dan membentuk glans. Ini adalah bentuk primordial dari penis
bila embrio adalah laki-laki, bila wanita akan menjadi klitoris. Bila terjadi agenesis
dari mesoderm, maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk.
Bagian anterior dari membrane kloaka, yaitu membrane urogenitalia akan rupture dan
membentuk sinus. Sementara itugenital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus
urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu diatas sinus urogenitalia. Adanya fusi digaris
tengah dari lipatan uretra tidak lengkap sehingga lewat meatus uretra terbuka pada sisi
ventral dari penis dan kelainan letak pada meatus ini menyebabkan sedikit pergeseran pada
glans diperinium, yang akhirnya prepisium tidak ada pada sisi ventral dan terjadi kurvatura
(lengkungan)

ventral

dari

penis. Keadaan

gangguan

perkembangan

embriologi

tersebut mengakibatkan terjadi hipospadia.

Faktor Genetika Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi
karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen
tersebut tidak terjadi. 12 % berpengaruh terhadap kejadian hipospadia bila punya riwayat
keluarga yang menderita hipospadia. 50 % berpengaruh terhadap kejadian hipospadia bila
bapaknya menderita hipospadia.

Faktor

hormon Faktor hormon androgen sangat berpengaruh terhadap kejadian

hipospadia karena berpengaruh terhadap proses maskulinisasi masa embrional. Androgen


dihasilkan oleh testis dan placenta karena terjadi defisiensi androgen akan menyebabkan
penurunan produksi dehidrotestosterone (DHT) yang dipengaruhi oleh 5 reduktase, ini
berperan dalam pembentukan penis sehingga bila terjadi defisiensi androgen akan
menyebabkan kegagalan pembentukan bumbung uretra yang disebut hipospadia. Hormon
yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin
(pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang
kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup
akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang

semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi
pun akan berdampak sama.

Faktor Lingkungan Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan
dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Pencemaran limbah
industri berperan sebagai Endocrin discrupting chemicals baik bersifat eksogenik maupun
anti androgenik seperti polychorobiphenyls, dioxin, furan, peptisida, organochlorin,
alkiphenol polyethoxsylates dan phtalites. Sudah diketahui bahwa setelah tingkat
indefenden maka perkembangan genital eksterna laki-laki selanjutnya dipengaruhi oleh
estrogen

yang

dihasilkan testis

kekurangan estrogen atau terdapat

primitif.

Suatu

hipotesis

mengemukakan

bahwa

anti androgen akan mempengaruhi pembentukan

genetalia eksterna laki-laki.

Patofisiologi Hypospadia Hipospadia terjadi dari pengembangan tidak lengkap uretra


dalam rahim. Penyebab pasti cacat di tidak tahu tetapi diperkirakan terkait dengan
pengaruh lingkungan dan hormonal genetik (sugar, 1995). Perpindahan dari meatus uretra
biasanya tidak mengganggu kontinensia kemih. Namun, stenosis pembukaan dapat terjadi,
yang akan menimbulkan obstruksi parsial outflowing urin. Hal ini dapat mengakibatkan ISK
atau hidronefrosis (kumor, 1992). Selanjutnya, penempatan ventral pembukaan urethral
bisa mengganggu kesuburan pada pria dewasa, jika dibiarkan tidak terkoreksi

Pemeriksaan Fisik

Penampilan Hipospadia proksimal. Perhatikan kekurangan kulup ventral , lubang uretra salah
posisi di tingkat glanular, dan uretra memanjang sampai meatus benar pada tingkat poros
proksimal. Perhatikan kap punggung khas kulup dan defisiensi kulit ventral penis. Perhatikan
chordee ventral terkait dan meatus uretra sejati terletak pada tingkat skrotum.

Diagnosis Banding

Ambiguous Genitalia and Intersexuality

Circumcision

Genital Anomalies

Klasifikasi
Barcat(1973) berdasarkan letak ostium uretra eksterna maka hipospadia dibagi 5 tipe, yaitu :
Anterior (60-70%)

Hipospadia tipe glans

Hipospadia tipe coronal

Midle (10-15%)

Hipospadia tipe penil

Posterior (20%)

Hipospadia tipe penoscrotal

Hipospadia tipe perineal

Semakin ke proksimal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dan semakin rendah
frekuensinya.Pada kasus ini, 90% terletak di distal, dimana meatus terletak di ujung batang
penis atau pada glans penis. Sisanya yang 10% terletak lebih proksimal yaitu ditengah batang
penis, skrotum, atau perineum. Kebanyakan komplikasinya kecil, fistula, skin tag, divertikulum,
stenosis meatal atau aliran kencang yang menyebar. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan
mudah melalui prosedur minor.
Penanganan Bedah

Kasus-kasus hipospadia ringan , di mana meatus terletak ke arah ujung glans, mungkin tidak
memerlukan operasi perbaikan dan hanya dapat ditangani dengan observasi. Tujuan mengobati
hipospadia adalah untuk membuat penis yang lurus dengan memperbaiki setiap lengkungan
(orthoplasty), untuk membuat uretra dengan meatus tersebut pada ujung penis (urethroplasty),
untuk membentuk kembali kelenjar ke dalam konfigurasi berbentuk kerucut lebih alami
(glansplasty ), untuk mencapai cakupan kulit kosmetik diterima penis, dan untuk menciptakan
skrotum terlihat normal. Penis yang dihasilkan harus sesuai untuk melakukan hubungan
seksual di masa depan, harus memungkinkan pasien untuk membatalkan sambil berdiri, dan
harus menyajikan penampilan kosmetik diterima.
Waktu operasi

Sebelum tahun 1980, perbaikan hipospadia dilakukan pada anak-anak lebih dari 3 tahun
karena ukuran yang lebih besar dari lingga dan prosedur yang secara teknis lebih mudah,
namun, operasi kelamin pada usia ini (kesadaran genital terjadi pada sekitar usia 18 bulan)
dapat berhubungan dengan morbiditas psikologis yang signifikan, termasuk perilaku
abnormal, rasa bersalah, dan kebingungan identitas gender.

Saat ini, kebanyakan dokter mencoba untuk memperbaiki hipospadia ketika anak berusia 418 bulan, tren ke arah intervensi sebelumnya. Ini telah dikaitkan dengan hasil yang
emosional dan psikologis yang bisa diintervensi.

Satu manfaat dalam penyembuhan luka dengan perbaikan sebelumnya juga telah dirasakan
dan mungkin memiliki dasar dalam produksi sitokin proinflamasi mencatat penurunan
pada usia lebih muda.

Akhir perbaikan hipospadia, pada periode pubertas dan pascapubertas, terkait dengan
komplikasi, terutama fistula urethrocutaneous, dalam hampir setengah dari pasien. Laporan
terbaru menunjukkan tingkat yang lebih tinggi komplikasi dalam 5 tahun dari pasien dalam
1 tahun pasien, menunjukkan bahwa perbaikan sebelumnya umumnya lebih baik

Jenis Tehnik Tindakan bedah


Teknik-teknik khusus untuk perbaikan hipospadia dapat dikelompokkan secara umum, dan
pendekatan untuk memperbaiki relatif standar.

Setelah sepenuhnya menilai anatomi penis, kulit batang penis degloved untuk
menghilangkan penarikan kulit, dan ereksi buatan dilakukan untuk menyingkirkan
kelengkungan apapun. Ringan sampai sedang chordee dapat diperbaiki oleh excising setiap
jaringan fibrosa penarikan ventral atau dengan plicating dengan tunik dorsal tubuh fisik,
kompensasi untuk setiap disproporsi ventral ke punggung. Lebih chordee parah mungkin

memerlukan grafting tubuh kopral ventral menggunakan jaringan sintetis, hewan (subunit
usus kecil), kadaver, atau autologous (tunika vaginalis atau cangkok kulit) untuk
menghindari pemendekan berlebihan panjang penis. Pada kesempatan langka, lempeng
uretra dapat ditambatkan dan transeksi piring mungkin diperlukan, menghalangi
penggunaan jaringan uretra asli untuk urethroplasty. Urethra dapat diperpanjang dengan
menggunakan berbagai teknik. Teknik ini umumnya dikategorikan sebagai tubularizations
primer, lokal flaps kulit pedicled, teknik grafting jaringan, atau prosedur kemajuan meatus.

Pelat tubularized menorehkan (TIP) perbaikan telah menjadi perbaikan yang paling umum
digunakan untuk hipospadia kedua distal dan midshaft. Teknik ini merupakan
tubularization utama dari pelat uretra, dengan sayatan pada dinding posterior dari pelat,
yang memungkinkan untuk bergantung ke depan . Hal ini menciptakan lumen diameter
lebih besar dari yang akan mungkin, menghindarkan penggunaan rutin flap atau graft untuk
menjembatani segmen sempit singkat piring uretra. Prosedur ini telah terbukti mudah
beradaptasi dengan berbagai pengaturan, dan survei saat ini menunjukkan bahwa ini adalah
prosedur pilihan untuk perbaikan oleh urolog.

Teknik Tubularized incised plate (TIP) . Pelat uretra diincisi di garis tengah punggung,
memperluas lebar piring dan memungkinkan untuk bergantung ke depan untuk
tubularization. onsep umum bahwa peningkatan lapisan jaringan antara uretra dan atasnya
hasil liputan di kulit kemungkinan lebih rendah dari perkembangan selanjutnya dari fistula
urethrocutaneous telah didukung oleh studi terbaru. [15] stent uretra Sementara adalah
tambahan umum untuk perbaikan hipospadia dan dirasakan mengurangi kemungkinan
pembentukan fistula. Berbagai tabung drainase yang berbeda telah digunakan untuk tujuan
ini.

Untuk perbaikan berulang setelah operasi berhasil untuk hipospadia ketika jaringan lokal
tidak tersedia, mukosa bukal telah digunakan untuk mencangkok uretra. Jaringan ini cocok
untuk tujuan ini karena ketersediaan, karakteristik yang mendukung keberhasilan cangkok,
dan ketahanan terhadap lingkungan yang lembab. Stent uretra biasanya digunakan untuk
drainase kandung kemih sementara penyembuhan terjadi pada semua tapi yang paling
distal hipospadia perbaikan.

Langkah perbaikan Glans

flaps umumnya dikerahkan untuk menutupi perbaikan uretra distal, sehingga komponen
ventral berbeda untuk garis tengah dan menciptakan konfigurasi yang lebih berbentuk
kerucut. Kulit punggung kelebihan dimobilisasi untuk aspek ventral kekurangan dari penis
untuk cakupan kulit akhir.

Perbaikan transposisi penoscrotal sering dilakukan sebagai prosedur dipentaskan karena


sayatan yang diperlukan dapat mengganggu gagang bunga vaskular untuk flaps kulit yang
digunakan dalam urethroplasty primer. Perbaikan transposisi penoscrotal biasanya ditunda
minimal 6 bulan untuk memungkinkan pembentukan memadai pasokan jaminan darah.

Perbaikan hipospadia umumnya direncanakan sebagai prosedur satu tahap, tetapi chordee
berlebihan (terutama jika transeksi dari pelat uretra diperlukan), ketersediaan kulit miskin,
dan ukuran phallic kecil mungkin lebih baik didekati dengan cara bertahap. Chordee
tersebut diperbaiki dan kulit digerakkan ke ventral batang penis selama tahap pertama, dan
urethroplasty dan glansplasty diperbaiki setelah tahap pertama telah sembuh sepenuhnya.

Terapi hormonal adjuvant: Meskipun ada terapi medis untuk koreksi hipospadia diketahui,
terapi hormonal telah digunakan sebagai pengobatan ajuvan untuk bayi dengan ukuran
phallic yang sangat kecil. Pengobatan dengan suntikan testosteron presurgical atau krim,
serta suntikan HCG, telah digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan penis, dan
beberapa telah melaporkan perbaikan dalam chordee dengan mengurangi tingkat keparahan
dari hipospadia. Fakta bahwa sebelum pubertas androgen terapi dapat membatasi
pertumbuhan kelamin normal pada pubertas adalah kekhawatiran tetapi belum
dikonfirmasi secara klinis.

Persiapan Operasi
Evaluasi preoperatif yang diperlukan termasuk ultrasonografi (untuk meyakinkan sistem
urinari atas normal) dan standar prosedur pemeriksaan darah dan urin lengkap. Sebelum
dilakukan operasi pasien diberikan antibiotik profilaksis. Sebelum dioperasi dilakukan
uretroskopi untuk memastikan tidak ada anomali urinary tract seperti veromontanum, valve
uretra atau striktur uretra. Jahitan traksi diletakkan di dorsal glans sehingga tekanan yang
konstan ditempatkan pada penis sehingga mengurangi perdarahan.
Penatalaksanaan
Cangkok kulit pertama pada uretroplasti ditemukan oleh Nove-Joserand. Teknik ini terdiri
dalam penggunaan split-thickness graft untuk mengisi saluran di penis untuk membangun
uretra. Teknik ini membutuhkan stenting selama berbulan-bulan karena kontraktur melekat
pada graft split-thickness. Multiple stenosis berganda dan striktur dapat terjadi dengan teknik
ini, dan sudah ditinggalkan. Teknik ini kemudian dipopulerkan oleh McIndoe, yang
merekomendasikan stent yang dibiarkan di tempat selama 6 sampai 12 bulan untuk mengatasi
kecenderungan untuk kontraktur. Teknik ini memiliki banyak komplikasi dan tidak digunakan
untuk kasus-kasus rutin.

Thiersche dan Duplay memberikan hasil yang memuaskan untuk perbaikan hipospadia pertama
yang berhasil yang diikuti oleh orang lain. Meskipun JP Mettauer dari Virginia melaporkan
perbaikan pertama yang berhasil hipospadia dan pembebasan dari jaringan menyebabkan
chordae.2 Ia tidak memiliki penggunaan kateter untuk diversi urin dan tekniknya tidak diikuti
oleh orang lain. Thiersche dan Duplay melakukan perbaikan dua tahap di mana mereka
pertama reseksi jaringan yang menyebabkan chordae dan meluruskan penis. kulit penis ditutup,
dan bulan kemudian urethra dibangun dengan membuat insisi longitudinal bawah permukaan
ventral

saluran

penis

ke

uretra,

merusak

kulit

flaps

lateral

dan

menutupi

salurannya.Kekurangan dari operasi ini adalah tidak adekuat memperpanjang uretra ke ujung
dari glans penis.
Suatu teknik untuk perbaikan hipospadia diperkenalkan oleh Cecil selama pertengahan tahun
1940, yang dianggap sebagai fakta bahwa kulit penis yang cukup sulit untuk didapatkan dalam
kasus-kasus.Oleh karena itu setelah cordae dirilis dan meluruskan penis, pada tahap kedua (6
bulan kemudian) uretra itu dibuat dari kulit saluran ventral penis dengan membuat sayatan
memanjang paralel. sayatan kemudian dibuat di skrotum, dan penis itu dijahit ke dasar
skrotum, penjahitan kulit skrotum untuk tutupi penis lateral. Penis ditinggalkan di posisi ini
selama 6 sampai 8 minggu selama uretra yang baru terbentuk dijahit.Pada tahap ketiga skrotum
dibebaskan dari penis, meninggalkan normal vaskularisasi dari kulit skrotum pada permukaan
ventral penis untuk menutup neurouretra.
Tujuan repair hipospadia yaitu untuk memperbaiki kelainan anatomi baik bentuk penis yang
bengkok karena pengaruh adanya chordae maupun letak osteum uretra eksterna. Sehingga dua
hal pokok dalam repair hipospadia yaitu :
1. Chordectomi, melepaskan chordae sehingga penis bisa lurus kedepan saat ereksi.
2. Urethroplasty, membuat osteum uretra eksterna diujung glans penis sehingga pancaran urin
dan semen bisa lurus ke depan
Apabila chordectomi dan urethroplasty dilakukan dalam satu waktu operasi yang sama disebut
satu tahap, bila dilakukan dalam waktu berbeda disebut dua tahap. Hal yang harus diperhatikan
dalam operasi hipospadia yaitu usia, tipe hipospadia, besarnya penis dan ada tidaknya
cordae.Pada semua teknik operasi tersebut tahap pertama adalah dilakukannya eksisi chordae.
Penutupan luka operasi dilakukan dengan menggunakan prepusium bagian dorsal dari kulit
penis.4 Tahap pertama ini dilakukan pada usia 1,5 tahun 2 tahun bila ukuran penis sesuai
untuk usianya. Setelah eksisi cordae maka penis akan menjadi lurus, tapi meatus masih pada
tempat yang abnormal. Pada tahap kedua dilakukan uretroplasti yang dikerjakan 6 bulan
setelah tahap pertama.

Teknik Hipospadia bagian Distal


Reparasi hipospadia jenis ini dilakukan jika v flap dari jadingan glans mencapai uretra normal
setelah koreksi cordae, dibuat uretra dari flip flop kulit. Flap ini akan membentuk sisi
ventral dan lateral uretra dan dijahit pada flap yang berbentuk v pada jaringan glans, yang mana
akan melengkapi bagian atas dan bagian sisi uretra yang baru.6Beberapa jahitan ditempatkan
dibalik v flap granular dipasangkan pada irisan permukaan dorsal uretra untuk membuka
meatus aslinya. Sayap lateral dari jaringan glans ini dibawah kearah ventral dan didekatkan
pada garis tengah. Permukaan ventral penis ditutup dengan suatu prepusium.Ujung dari flap ini
biasanya berlebih dan harus dipotong. Di sini sebaiknya mempergunakan satu flap untuk
membentuk permukaan dibagian belakang garis tengah
Desain granular flap berbentuk Z dapat dilakukan untuk memperoleh meatus yang baik secara
kosmetik dan fungsional pemotongan berbentuk 2 dilaksanakan pada ujung glans dalam posisi
tengah keatas.Rasio dimensi dari Z terhadap dimensi glanss adalah 1 : 3, dua flap ini
ditempatkan secara horisontal pada posisi yang berlawanan. Setelah melepaskan cordae, sebuah
flap dua sisi dipakai untuk membentuk uretra baru dan untuk menutup permukaan ventral
penis.Permukaan bagian dalam prepusium dipersiapkan untuk perpanjangan uretra. Untuk
mentransposisikan uretra baru, satu saluran dibentuk diatas tunika albuginea sampai pada
glans.Meatus uretra eksternus dibawa mwnuju glans melalui saluran ini. Bagian distal dari
uretra dipotong pada bagian anterior dan posterior dengan arah vertikal kedua flap Trianggular
dimasukkan ke dalam fisura dan dijahit dengan menggunakan benang 6 0 poli glatin. Setelah
kedua flap dimasukkan dan dijahit selanjutnya anastomosis uretra pada glans bisa diselesaikan.
Teknik Hipospadia bagian Proksimal
Bila flap granular tidak bisa mencapai uretra yang ada, maka suatu graft kulit dapat dipakai
untuk memperpanjang uretra. Selanjutnya uretra normal dikalibrasi untuk menentukan
ukurannya (biasanya 12 french anak umur 2 tahun).6 Segmen kulit yang sesuai diambil dari
ujung distal prepusium. Graft selanjutnya dijahit dengan permukaan kasar menghadap keluar,
diatas kateter pipa atau tube ini dibuat dimana pada ujung proksimalnya harus sesuai dengan
celah meatus uretra yang lama dan flap granular dengan jahitan tak terputus benang kromic gut
6 0. Sayap lateral dari jaringan granular selanjutnya dimobilisasi kearah distal untuk menutup
saluran uretra dan untuk membentuk glans kembali diatas uretra yang baru yang akan bertemu
pada ujung glans.6
Komplikasi

Komplikasi yang timbul paska repair hipospadia sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain faktor usia pasien, tipe hipospadia, tahapan operasi, ketelitian teknik operasi, serta
perawatan pasca repair hipospadia.Macam komplikasi yang terjadi, yaitu :

Perdarahan

Infeksi

Fistel urethrokutan

Striktur uretra, stenosis uretra

Divertikel uretra

Komplikasi paling sering dari reparasi hipospadia adalah fistula, divertikulum, penyempitan
uretral, dan stenosis meatus.Penyebab paling sering dari fistula adalah nekrosis dari flap yang
disebabkan oleh terkumpulnya darah dibawah flap. Fistula itu dapat dibiarkan sembuh spontan
dengan reparasi sekunder 6 bulan sesudahnya.6 Untuk itu kateter harus dipakai selama 2
minggu setelah fistulanya sembuh, dengan harapan tepi-tepinya akan menyatu kembali,
sedangkan kegunaannya untuk terus diversi lebih lama dari dua minggu.
Penyempitan uretra adalah suatu masalah. Bila penyempitan ini padat, maka dilatasi uretra
akan efektif. Pada penyempitan yang hebat, operasi sekunder diperlukan. Urethrotomy internal
akan memadai untuk penyempitan yang pendek. Sedang untuk penyempitan yang panjang
uretra harus dibuka disepanjang daerah penyempitan dan ketebalan penug dari graft kulit yang
dipakaiuntuk menyusun kembali ukuran uretra. Suatu kateter dapat dipakai untuk mendukung
skin graft.
Perawatan Pasca Operasi
Setelah operasi, pasien diberikan kompres dingin pada area operasi untuk dua hari pertama.
Metode ini digunakan untuk mengurangi edema dan nyeri dan menjaga bekas luka operasi tetap
bersih. Pada pasien dengan repair flip flop diversi urinari dilakukan dengan menggunakan
kateter paling kecil dan steril yang melewati uretra sampai ke kandung kemih. Pasien dengan
kateter suprapubic dilepas pada hari ke lima post operatif dan di evaluasi ada tidaknya fistula.
DAFTAR PUSTAKA

John

Gatti,

Marc

Cendron.

Hypospadias.http://emedicine.medscape.com/article/1015227-overview

Sweet RA, Schrott HG, Kurland R, Culp OS. Study of the incidence of hypospadias in
Rochester, Minnesota, 1940- 1970, and a case-control comparison of possible etiologic
factors. Mayo Clin Proc. Jan 1974;49(1):52-8.

Zaontz MR, Packer MG. Abnormalities of the external genitalia. Pediatr Clin North Am. Oct
1997;44(5):1267-97.

Baskin LS. Hypospadias and urethral development. J Urol. Mar 2000;163(3):951-6.

Kaefer M, Diamond D, Hendren WH, Vemulapalli S, et al. The incidence of intersexuality in


children with cryptorchidism and hypospadias: stratification based on gonadal palpability
and meatal position. J Urol. Sep 1999;162(3 Pt 2):1003-6; discussion 1006-7.

Barcat J. Current concepts in of treatment. In: Horton CE, ed. Plastic and Reconstructive
Surgery of the Genital Area. Boston, Mass: Little Brown; 1973:249-62.

Duckett JW. Hypospadias. In: Walsh PC, Retik AB, Vaughan ED, et al, eds. Campbells
Urology. 7th ed. Philadelphia, Pa: WB Saunders Co; 1998:2093-2119.

Kallen B, Bertollini R, Castilla E, et al. A joint international study on the epidemiology of


hypospadias. Acta Paediatr Scand Suppl. 1986;324:1-52.

Nemec SF, Kasprian G, Brugger PC, Bettelheim D, Nemec U, Krestan CR, et al.
Abnormalities of the penis in utero hypospadias on fetal MRI. J Perinat Med. Jul
2011;39(4):451-6.

Aaronson IA, Cakmak MA, Key LL. Defects of the testosterone biosynthetic pathway in boys
with hypospadias. J Urol. May 1997;157(5):1884-8.

Silver RI, Russell DW. 5alpha-reductase type 2 mutations are present in some boys with
isolated hypospadias. J Urol. Sep 1999;162(3 Pt 2):1142-5.

Hadziselimovic

F.

Placental estradiol: An ostensible etiologic factor of human

cryptorchidism. In: Kirsch AJ, ed. Dialogues in Pediatric Urology: The impact of the
environment and endocrine disruptors on pediatric urology. 2000:1-8.

Wang MH, Baskin LS. Endocrine disruptors, genital development, and hypospadias. J
Androl. Sep-Oct 2008;29(5):499-505.

Khuri FJ, Hardy BE, Churchill BM. Urologic anomalies associated with hypospadias.Urol
Clin North Am. Oct 1981;8(3):565-71.

Kim KH, Lee HY, Im YJ, Jung HJ, Hong CH, Han SW. Clinical course of vesicoureteral
reflux in patients with hypospadias. Int J Urol. Jul 2011;18(7):521-4.

Bermudez DM, Canning DA, Liechty KW. Age and pro-inflammatory cytokine production:
Wound-healing implications for scar-formation and the timing of genital surgery in boys. J
Pediatr Urol. Jun 2011;7(3):324-31.

Korvald C, Stubberud K. High odds for freedom from early complications after tubularized
incised-plate urethroplasty in 1-year-old versus 5-year-old boys. J Pediatr Urol. Dec
2008;4(6):452-6.

Bilici S, Sekmenli T, Gunes M, Gecit I, Bakan V, Isik D. Comparison of dartos flap and dartos
flap plus spongioplasty to prevent the formation of fistulae in the snodgrass technique. Int
Urol Nephrol. Mar 27 2011

Chang PC, Yeh ML, Chao CC, Chang CJ. Use of double pigtail stent in hypospadias
surgery. Asian J Surg. Jan 2011;34(1):28-31.

Kiss A, Sulya B, Szsz AM, Romics I, Kelemen Z, Tth J, et al. Long-term psychological and
sexual outcomes of severe penile hypospadias repair. J Sex Med. May 2011;8(5):1529-39.

Allera A, Herbst MA, Griffin JE, et al. Mutations of the androgen receptor coding sequence
are infrequent in patients with isolated hypospadias. J Clin Endocrinol Metab. Sep
1995;80(9):2697-9.

Bauer SB, Retik AB, Colodny AH. Genetic aspects of hypospadias. Urol Clin North Am. Oct
1981;8(3):559-64.

Brotons JA, Olea-Serrano MF, Villalobos M, et al. Xenoestrogens released from lacquer
coatings in food cans. Environ Health Perspect. Jun 1995;103(6):608-12.

Chen F, Yoo JJ, Atala A. Experimental and clinical experience using tissue regeneration for
urethral reconstruction. World J Urol. Feb 2000;18(1):67-70.

Snodgrass WT. The learning curve in hypospadias surgery. BJU Int. Jul 2007;100(1):217.

Snodgrass WT. Tubularized incised plate hypospadias repair: indications, technique, and
complications. Urology. Jul 1999;54(1):6-11.

Czeizel A. Increasing trends in congenital malformations of male external genitalia.Lancet.


Feb 23 1985;1(8426):462-3.

Dodson JL, Baird AD, Baker LA, Docimo SG, Mathews RI. Outcomes of delayed hypospadias
repair: implications for decision making. J Urol. Jul 2007;178(1):278-81.

Duckett JW. Successful hypospadias repair. Contemp Urol. 1992;4:42-55.

Cook A, Khoury AE, Neville C, et al. A multicenter evaluation of technical preferences for
primary hypospadias repair. J Urol. Dec 2005;174(6):2354-7, discussion 2357.

Cytryn L, Cytryn E, Rieger RE. Psychological implications of cryptorchism. J Am Acad Child


Psychiatry. Jan 1967;6(1):131-65.

Duckett JW, Caldamone AA, Snyder HM. Hypospadias fistula repair without diversion.
Abstract 11. AAP Annual Meeting. New York, NY. 1982.

Duckett JW, Coplen D, Ewalt D. Buccal mucosal urethral replacement. J Urol. May
1995;153(5):1660-3.

Gatti JM, Kirsch AJ, Troyer WA. Increased incidence of hypospadias in small-for-gestational
age infants in a neonatal intensive-care unit. BJU Int. Apr 2001;87(6):548-50.

Gearhart JP, Jeffs RD. The use of parenteral testosterone therapy in genital reconstructive
surgery. J Urol. Oct 1987;138(4 Pt 2):1077-8.

Husmann DA, Cain MP. Microphallus: eventual phallic size is dependent on the timing of
androgen administration. J Urol. Aug 1994;152(2 Pt 2):734-9.

Kalfa N, Philibert P, Baskin LS, Sultan C. Hypospadias: interactions between environment


and genetics. Mol Cell Endocrinol. Mar 30 2011;335(2):89-95.

Kirsch AJ, Cooper CS, Gatti J. Laser tissue soldering for hypospadias repair: results of

Duckett JW, Keating MA. Technical challenge of the megameatus intact prepuce
hypospadias variant: the pyramid procedure. J Urol. Jun 1989;141(6):1407-9. a controlled
prospective clinical trial. J Urol. Feb 2001;165(2):574-7.

Koff SA, Jayanthi VR. Preoperative treatment with human chorionic gonadotropin in infancy
decreases the severity of proximal hypospadias and chordee. J Urol. Oct 1999;162(4):1435-9.

Kropp BP, Ludlow JK, Spicer D, et al. Rabbit urethral regeneration using small intestinal
submucosa onlay grafts. Urology. Jul 1998;52(1):138-42.

Manley CB, Epstein ES. Early hypospadias repair. J Urol. May 1981;125(5):698-700.

Manzoni G, Marrocco G. Reoperative hypospadias. Curr Opin Urol. Jul 2007;17(4):268-71.

Paulozzi LJ, Erickson JD, Jackson RJ. Hypospadias trends in two US surveillance
systems. Pediatrics. Nov 1997;100(5):831-4.

Rich MA, Keating MA, Snyder HM, Duckett JW. Hinging the urethral plate in hypospadias
meatoplasty. J Urol. Dec 1989;142(6):1551-3.

Roberts CJ, Lloyd S. Observations on the epidemiology of simple hypospadias. Br Med J.


Mar 31 1973;1(856):768-70.

Robertson M, Walker D. Psychological factors in hypospadias repair. J Urol. May


1975;113(5):698-700.

Silver RI, Rodriguez R, Chang TS, Gearhart JP. In vitro fertilization is associated with an
increased risk of hypospadias. J Urol. Jun 1999;161(6):1954-7.

Smith ED. The history of hypospadias. Pediatr Surg Int. Feb 1997;12(2-3):81-5.

Anda mungkin juga menyukai