DISUSUN OLEH :
NIM : 1814301006
TAHUN AJARAN
2020/2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat ,
karunia, serta taufik dan hidayahnya dapat menyelesaikan makalah tentang “Konsep
Pemberdayaan Masyarakat“ dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan
juga berterimakasih kepada ibu Tumiur Sormin, SKM., M.Kes. dosen mata kuliah kesehatan
masyarakat yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai “Konsep Pemberdayaan Masyarakat”. Saya, juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
I. Latar Belakang 1
II. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Definisi Pemberdayaan Masyarakat 2
B. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat 3
C. Bentuk – Bentuk Pemberdayaan Masyarakat 4
D. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat 9
E. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat 10
F. Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan 14
KESIMPULAN 28
DAFTAR PUSTAKA 29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan
membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan
bertindak yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama
(Koentjaraningrat, 2009). Dalam beberapa kajian mengenai pembangunan komunitas,
pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk memberikan
kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada
perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Foy, 1994).
Pemberdayaan adalah proses transisi dari keadaan ketidakberdayaan ke keadaan
kontrol relatif atas kehidupan seseorang, takdir, dan lingkungan (sadan,1997).
II. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagaai berikut ;
1. Memahami Definisi Pemberdayaan Masyarakat.
2. Memahami Tujuan Pemberdayaan Masyarakat.
3. Memahami Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Masyarakat.
4. Memahami Prinsip Pemberdayaan Masyarakat.
5. Memahami Filosofi Pemberdayaan Masyarakat.
6. Memahami Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Kesehatan.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada berbagai
peluang yang dapat membuat masyarakat menjadi makin berdayaan.
3. Protecting, yaitu melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem
perlindungan bagi masyarakat yang menjadi subjek pengembangan. Dalam proses
pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Melindungi dalam hal ini dilihat
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta
eksploitasi yang kuat atas yang lemah.
4
C. Bentuk – Bentuk Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat di bidang pemerintahan desa mencakup semua sumber daya yang
ada di pemerintahan desa seperti kepala desa, perangkat desa dan BPD. Bentuk dari
pemberdayaan ini dapat berupa pelatihan, musyawarah dalam penyusunan program-program
desa, koordinasi dalam pelaksanaan program-program desa, dan peningkatan kualitas kinerja
di pemerintahan desa. Dengan adanya program pemberdayaan ini, diharapkan dapat
meningkatkan kinerja dipemerintahan desa dalam membangun serta memajukan desa.
Pemberdayaan UMKM
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah atau UMKM ini tergantung dari potensi
yang ada di daerah tersebut. Contohnya saja, di Kota Cirebon dikenal dengan produk-
produk batik, maka warga setempat bisa mengoptimalkan hal tersebut untuk
kesejahteraan bersama. Atau di kota Garut yang banyak warga menjual kerajinan
sehingga bisa dijadikan untuk UMKM. Peran pemerintah adalah memberikan subsidi
5
bunga kepada pelaku usaha ini. Kemudian ada satu hal lagi yang dimunculkan oleh
Kementerian Keuangan yaitu usaha mikro. Jadi ini diberikan kepada masyarakat
kelompok pelaku usaha yang lebih mikro, ultra mikro.
BUMDes
BUMDes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
desa melalui penyertaan modal langsung yang berasal dari kekayaan desa.Lembaga ini
digadang-gadang sebagai kekuatan yang akan bisa mendorong terciptanya peningkatan
kesejahteraan dengan cara menciptakan produktivitas ekonomi bagi desa dengan berdasar
pada ragam potensi yang dimiliki desa. Di Jawa Barat contohnya, BUMDes ini bisa
disinkronasikan dengan desa digital. Dimana potensi BUMDes bisa dilihat dari akun desa
digital juga tersebut kemudian. Yang nantinya produk-produk BUMDes tersebut dibagi
menjadi tiga zona, yakni Zona Merah bagi desa yang tidak memiliki perusahaan
(BUMDes), Zona Kuning untuk desa yang sedang memproses ataupun mengembangkan
BUMDes-nya, serta Zona Hijau bagi desa yang telah memiliki BUMDes dan sudah
beroperasi. Dari zona inilah pemerintah daerah maupun pusat pun bekerja, terutama
dalam hal pemberian modal pada masing-masing daerah tersebut.
Selain dua hal di atas terdapat pula pelatihan workshop, pemberian modal, bantuan
alat produksi, peningkatan saran dan prasarana, dan lain sebagainya. Goalnya adaldah
dengan adanya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi ini diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat.
6
5. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Pertanian
Seperti yang diketahui bersama, hampir di setiap desa yang ada di Indonesia memiliki
lahan pertanian yang cukup berlimpah.Pertanian ini menjadi mata pencaharian utama para
warga yang nantinya bisa didistribusikan ke setiap daerah yang ada di Indonesia.
Bidang pertanian yang sangat potensial tentunya menjadi perhatian pemerintah agar bisa
berkembang lebih baik lagi. Karena itu, pemerintah pun berkoordinasi dengan pemerintah
desa untuk membuat program pemberdayaan masyarakat desa yang revolusioner dan juga
inovatif. Adapun pemberdayaan tersebut mencakup ;
Para penduduk desa yang berporofesi sebagai petani, pasti sudah memiliki ilmu ‘’turun
menurun’’ sehingga secara kasat mata mereka tidak memerlukan pelatihan atau pembinaan.
Namuan seiring dengan berkembangnya teknologi dan zaman, perubahan itu pasti ada
sehingga mau tidak mau para petani tersebut diberikan pelatihan dan pembinaan agar bisa
bersaing dengan siapapun. Contohnya saja, dulu ketika membajak sawah pasti menggunakan
tenaga sapi atau kerbau . Namun, seiring dengan berkurangnya populasi hewan-hewan
tersebut dan juga berkembangnya teknologi munculnya alat bernama traktor yang lebih
memudahkan manusia untuk membajak sawah.Pengoperasian alat tersebut tentunya harus
dibantu oleh ahlinya agar para petani desa paham serta bisa menggunakannya dengan
optimal.
Banyak petani yang saat ini sulitnya untuk mengairi sawah dikarenakan banyaknya
infrastruktur dan juga pabrik-pabrik yang dibangun di desa. Tentunya, dengan hal ini harus
ada pemberdayaan pemberi pengetahuan tentang pengairan sawah dengan cara lain ataupun
mencari solusi dari hal tersebut.
Karena lahan pertanian tersebut merupakan mata pencaharian utama para petani, maka
hasil pertanian tersebut akan dijual yang biasanya lewat pasar tradisional ataupun koperasi
7
desa. Para petani masa kini harus diajari pula tentang menentukan harga penjualan dan modal
serta cara mengelola keuangan apabila ada pemasukan yang masuk.
Maka dari itu, jangan kaget bial di desa masih banyak petugas medis non resmi seperti dukun
beranak untuk menolong ibu yang melahrikan, dukun, mantri, dan sebutan lainnya. Namun,
hal tersebut tidak bisa dibiarkan karena bagaimanapun juga berkembangnya zaman saat ini
juga sebanding dengan munculnya berbagai penyakit yang ada dan harus ditangani oleh
petugas medis ahli. Maka dari itu, pemerintah melakukan program pemberdayaan tersebut
dengan bertahap. Pemberdayaan yang dilakukan meliputi;
Mulai dari renovasi atau dibangunnya puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat yang
memadai. Artinya disediakan pula tenaga medis yang professional, alat yang memadai, serta
fasilitas kesehatan yang lengkap. Selain tenaga medis yang berasal dari luar, bisa pula
memberdayakan masyarakat sekitar untuk membantu di bagian-bagian yang memang layak
untuk mereka isi sesuai minat dan bakatnya.
Kesadaran masyarakat di Desa masih sangat minim. Contoh nyata yang bisa kita temui
adalah seperti tentang kesadaran mencuci tangan sebelum makan atau sesudah BAB. Selain
itu mereka pun masih sering mengabaikan penyakit-penyakit lain yang bisa menular pada
8
anggota keluarga atau masyarakat di sekitarnya. Dan yang lebih parah tentang ibu yang
memiliki bayi kerap diberikan makanan padahal usianya masih di bawah 6 bulan.
Pentingnya penyuluhan agar life style masyarakat desa bisa berubah dan memiliki
pengetahuan yang mumpuni tentang hal tersebut. Pemerintah desa bia bekerja sama dengan
PKK yang ada di desa untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan tersebut.
Pendidikan adalah program terpenting yang harus bisa dirasakan oleh masyarakat desa
maupun kota. Pasalnya, Pendidikan ini adalah gerbang awal agar para masyarakat bisa
mengetahui berbagai macam hal yang ada di sekitarnya. Bila Pendidikan tidak dinikmati
langsung oleh para masyarakat di desa mereka akan menjadi masyarakat tertinggal dalam
segala hal. Hampir sama dengan kesehatan, Pendidikan di desa ini belum bisa dilakukan
secara optimal karena masih banyak desa yang belum tersentuh Pendidikan dengan baik.
Maka dari itu, pemerintah wajib memberlakukan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
Pendidikan dengan mencakup;
Merenovasi bangunan sekolah atau membangun sekolahan agar para masyarakat desa
tidak perlu jauh-jauh untuk menuntut ilmu. Kondisi yang berkembang di tengah masyarakat
adalah banyak siswa-siswa yang harus menempuh perjalanan ke sekolah dengan jarak yang
cukup jauh. Tidak hanya itu, ada pula yang harus menempuh sekolah melewati jembatan atau
jalan yang sudah tidak layak. Bila belum memungkinkan membangun sekolah, pemerintah
bisa menyediakan Lembaga Pendidikan yang setara dengan apa yang mereka butuhkan.
Selain sarana dan prasarana yang biasanya menjadi masalah adalah tenaga pengajar itu
sendiri. Masih sangat kurang tenaga kerja pengajar sehingga banyak desa yang diajar oleh
kepala sekolah sekaligus guru yang mengajar di kelas atau sekolah lain. Hal ini disebabkan
masih engganya tenaga pengajar di kota yang mengajar di desa. Ataupun tenaga pengajar
setempat belum memiliki pengetahuan yang memadai. Maka solusi dari hal tersebut adalah
memberikan pelatihan dan penyuluhan tenaga-tenaga pengajar setempat. Selain harus
9
diperhatikan dua hal di atas, perhatikan pula tentang pemberian beasiswa anak berprestasi
yang kerap luput perhatian dari pemerintah setempat maupun daerah. Serta adakan pula
program untuk membantu siswa-siswa yang tidak mampu agar bisa mengenyam Pendidikan
dengan mana semestinya.
a. Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah
adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang
melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.
Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme
10
berbagai pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing saling
mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.
b. Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah
program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh
masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses
pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap
pemberdayaan masyarakat.
d. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada awalnya
peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan
pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat
sudah mampu mengelola kegiatannya sendiri.
Secara kelembagaan, terbitnya Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan
Pertanahan Nasional (BPN) yang diikuti dengan munculnya Peraturan Kepala BPN Nomor 4
Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
dan Kantor Pertanahan, memunculkan babak baru dalam pengelolaan dan pelayanan
pertanahan. Berdasarkan perpres tersebut fungsi BPN RI semakin luas dan semakin kuat,
terutama berkaitan dengan upaya-upaya untuk mewujudkan sebesar-besar kemakmuran
12
rakyat melalui pendayagunaan sumberdaya agraria/pertanahan dan pemberdayaan masyarakat
(Sutaryono, 2008b).
Dalam konteks kekinian, Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional telah ditindaklanjuti dengan Permen ATR/Kepala BPN Nomor 38
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian ATR/BPN dan Permen
ATR/Kepala BPN Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
BPN dan Kantor Pertanahan. Dalam Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang baru
sebagaimana di atas, tugas pokok dan fungsi pemberdayaan masyarakat tetap dipertahankan,
hanya nomenklaturnya menjadi pemberdayaan hak tanah masyarakat. Pergeseran terminologi
ini menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan belum mendapatkan
tempat yang proporsional dan dipahami oleh masyarakat luas, utamanya Sumber Daya
Manusia pada Kementerian ATR/BPN.
Pemberdayaan masyarakat dengan pemberdayaan hak tanah masyarakat adalah hal yang
berbeda. Oleh karena itu, pemahaman terkait aspek filosofis dan konsep pemberdayaan
masyarakat menjadi hal yang urgent untuk dikedepankan. Pemberdayaan Masyarakat saat ini
telah menjadi pendekatan utama dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaan
pembangunan yang berada dan 4 melibatkan masyarakat. Secara filosofis, pendekatan
pemberdayaan masyarakat adalah pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai
13
fokus-nya. Masyarakat, mulai dari tingkat komunitas terbawah diberikan peluang dan
kewenangan dalam pengelolaan pembangunan, mulai dari proses pengambilan keputusan,
perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Termasuk dalam kegiatan di atas adalah
identifikasi masalah, identifikasi kebutuhan, perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan,
monitoring dan evaluasi serta menikmati hasil pembangunan (Soetomo, 2011).
Pendekatan pemberdayaan masyarakat ini muncul dan berkembang sebagai bentuk respon
atas kebijakan pembangunan di masa lalu yang hanya menempatkan masyarakat sebagai
obyek belaka. Pada hal disadari betul bahwa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
berikut kebutuhannya, masyarakatlah yang paling tahu. Oleh karena itu, apabila masyarakat
tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan atau diberikan kewenangan dalam
perencanaan program pembangunan, maka program pembangunan yang dilaksanakan bisa
jadi tidak tepat sasaran atau program pembangunan tersebut bukanlah program yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
(1) perubahan struktural yang meliputi redistribusi 5 modal produktif. Dalam hal ini,
bentuk pemberdayaannya dapat berupa redistribusi tanah melalui land reform;
(4) pendekatan paket pelayanan kebutuhan dasar bagi masyarakat, khususnya masyarakat
miskin dan berpenghasilan rendah (Soetomo, 2011).
14
Apabila proses-proses pemberdayaan dapat dijalankan dengan baik, maka pemenuhan
kebutuhan dasar bagi masyarakatpun aakan dapat dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa
filsosofi pemberdayaan benar-benar mampu memandirikan dan kebutuhan dasar masyarakat
untuk hidup dapat benar-benar direalisasikan.
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata
peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu
memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat
desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat
dan lain-lain (Nurbeti, M. 2009).
15
a) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi
yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumberdaya manusia atau masyarakat
tanpa daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan
atau kemampuan, dengan mendorong (encourage) dan membangkitkan kesadaran
(awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya mengembangkannya.
b) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empo-wering),
sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana.
c) Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan,
harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
16
Super-ego, yang terlalu kuat, cenderung membuat seseorang tidak mau menerima
pembaharuan, dan rasa tak percaya diri (self- Distrust)
Berasal dari Sistem Sosial; kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to Norms),
yang”mengikat” sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas tertentu, kesatuan
dan kepaduan sistem dan budaya (Systemic and Cultural Coherence), kelompok
kepentingan (vested Interest), hal yang bersifat sacral (The Sacrosanct), dan penolakan
terhadap ”Orang Luar” (Rejection of Outsiders)
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas dapat
digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana sehat telah berkembang di
Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin
17
meluas perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah
satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda
yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
18
dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab
itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses
belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan
informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah
pengetahuan kesehatan.
2) Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan
pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak
merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab itu, teori lain
kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan timbulnya suatu
tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga
tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan
sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung
berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3) Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik seara
individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan
mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
19
Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang
ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memanpukan masyarakat dari
oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan :
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih ditentukan
oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi sumber daya alam
yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber
daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya manusia yang memadai,
maka komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam
yang melimpah tersebut (Kartasasmita, 2011)
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa
adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan atau provider
dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui
pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
4) Menjalin kemitraan
20
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan
lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama
yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah
sangat penting peranannya.
5) Desentralisasi
21
2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan
kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program
tersebut
3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan
melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional (Nurbeti, M. 2009).
Input : Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan
pemberdayaan masyarakat.
Proses : Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang
dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna pertemuan-pertemuan yang
dilaksanakan.
Output : Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat,
jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari perilakunya tentang
kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan
keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat.
Outcome : Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan
status gizi kesehatan (Notoadmojdo, 2007).
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan
posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun 1982. Saat ini
telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima
22
program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti
mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah
satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan dengan
masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde
baru karena terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai
daerah. Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah
kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika
posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah
posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.
Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat
dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu serta
kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain melakukan pemeriksaan
(ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan imunisasi, penyuluhan
kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak, serta pelatihan dan pembinaan
kepada kader dan mayarakat.
Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu
kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial
budaya. Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu mengatasi kesenjangan geografis,
sementara kontak setiap saat dengan penduduk setempat diharapkan mampu mengurangi
kesenjangan informasi. Polindes dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan
23
dukun bayi, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif
pemeriksaan ibu, anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD
diharapkan mamou mengurangi kesenjangan ekonomi.
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam
pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat
(penyakit rakyat/penyakit endemik)
Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM
yang ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana bentuk pelayanan
menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan berbagai program kesehatan yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :
e. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa pondok pesantren.
4. Dana Sehat
a. Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan
telah mencakup 12.366 sekolah.
b. Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) dilaksanakan pada
96 kabupaten.
24
d. Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23 kabupaten,
terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
e. Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dilaksanakan pada
11 kabupaten/kota.
f. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota dan
lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun
sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105
organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi LSM yang
aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi profesi kesehatan,
organisasi swadaya internasional.
c. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada organisasi
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan kemampuan sendiri.
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah dalam
bidang kesehatan.
25
6. Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau ladang yang
dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta
masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidnag peningkatan
kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama
dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk
menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit
yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk
memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan
pemandangan.
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk
kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang
selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi berumur 6-11
bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari
keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, dan seluruh
ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah diberikan
PMT anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan tambahan terus
dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke puskesmas (dirujuk)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang secara
rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran program berupa
peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa telah dikembangkan Pos
KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat
kecamatan.
26
9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat Desa
namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar pesantren yang
seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun pedesaan.
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja
yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama
dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain memberikan pelayanan
kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.
27
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW
yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan aspirasi dan
kreasinya. Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang
mampu mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan
masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan
posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian sarang nyamuk dan
lain-lainnya potensi karang taruna ini snagat besar.
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.
Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat. Wujud insan
yang menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut:
28
c. Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya: kader posyandu,
kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB, dokter
kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain.
2. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau
kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang kesehatan.
a. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala bentuk kegiatan
kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, yaitu :
Pos pelayanan terpadu (posyandu)
Pos obat desa (POD)
Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)
Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD (P2M-PKMD)
Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan PKMD (PLp-PKMD)
sering disebut dengan desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)
Suka Bakti Husada (SBH)
Tanaman obat keluarga (TOGA)
Bina keluarga balita (BKB)
Pondok bersalin desa (Polindes)
Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Lansia)
Pemantau dan stimulasi perkembangan balita (PSPB
Keluarga mandiri
Upaya kesehatan masjid
b. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang kesehatan.
Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas mereka beragam
sesuai dengan peminatnya
c. Organisasi swadaya yang bergerak dibidang palayanan kesehatan seperti rumah sakit,
rumah bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, balai pengobatan, dokter praktik, klinik
24 jam, dan sebagainya (Notoadmojdo, 2007).
29
30
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32