Anda di halaman 1dari 27

SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)

HIPOSPADIA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen pengampu: Iis Aisyah, M.Kep., MM

Alyah Hodijah 2008255


Atifatul Maula 2008784
Bunga Nur Indah 2006676
Deayu Dwi Kania 2007643
Dwi Isneniah 2007767
Novianisya Maharani 2007936

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS DI SUMEDANG
2022
KASUS PEMICU
Seorang anak laki-laki berumur 1 tahun dibawa ibunya ke pelayanan kesehatan rumah
sakit dengan keluhan pancaran air kencing pada saat BAK kebawah, menyebar, mengalir
melalui batang penis, sehingga anak jongkok pada saat BAK. Hasil pemeriksaan bentuk
penis melengkung, letak lubang kencing kearah gland penis.
1. Apa definisi penyakit ini menurut kelompok?
Hipospadia menurut kelompok kami adalah suatu kegagalan dalam proses pembentukan
organ saat trimester pertama kehamilan dan ditandai dengan kelainan bawaan berbentuk
lubang kencing yang tidak terletak pada gland penis.

2. Jelaskan Bagian organ apa yang terkena? Lengkapi dengan gambar atau photo!
Bagian yang terkena adalah:
a. Letak Uretra

- Kelainan Hipospadia melibatkan uretra, korpus spongiosum, kospus


kavernosum, glans dan prepusium.

b. Bentuk Penis
Organ yang terkena adalah penis, dimana letak lubang uretra terletak di bagian
bawah penis, bukan ujungnya dan bentuk penis yang melengkung.

3. Termasuk penyakit kongenital atau terminalkah penyakit ini?


Hipospadia termasuk kedalam penyakit kongenital. Penyakit kongenital adalah penyakit
bawaan. Mengapa disebut penyakit kongenital karena pada dasarnya penyakit ini terjadi
atau terbentuk ketika dalam kandungan ibu pun walaupun dengan faktor penyebab yang
berbeda-beda.

4. Apakah penyebab/etiologi dari penyakit ini?


Penyebab hipospadia sangat bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor, namun belum
ditemukan penyebab pasti dari kelainan ini. Beberapa kemungkinan dikemukakan oleh
para peneliti mengenai etiologi hipospadia. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
hipospadia yaitu :
a. Faktor genetik dan embrional
Genetik merupakan faktor risiko yang diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya
hipospadia. Penelitian menyebutkan bahwa anak laki-laki yang memiliki saudara
yang mengalami hipospadia beresiko 13,4 kali lebih besar mengalami hipospadia,
sedangkan anak yang memiliki ayah dengan riwayat hipospadia beresiko 10,4 kali
mengalami hal yang sama (Van der Zaden et al., 2012). Selama masa embrional,
kegagalan dalam pembentukan genital folds dan penyatuanya diatas sinus urogenital
juga dapat menyebabkan terjadinya hipospadia. Biasanya semakin berat derajat
hipospadia, semakin besar terdapat kelainan yang mendasari. Kelainan kromosom
dan ambigu genitalia seperti hermafrodit maupun pseudohermafrodit merupakan
kelainan yang kerap kali ditemukan bersamaan dengan hipospadia (Krisna &
Maulana, 2017).
b. Faktor hormonal
Perkembangan genitalia pada laki laki merupakan proses yang kompleks dan
melibatkan berbagai gen serta interaksi hormon yang ada pada ibu hamil. Proses
pembentukan saluran uretra ini terjadi pada minggu ke-6 trimester pertama dan
bersifat androgen dependent, sehingga ketidaknormalan metabolisme androgen
seperti defisiensi reseptor androgen di penis, kegagalan konversi dari testosteron ke
dihidrotestoteron, serta penurunan ikatan antara dihidrostestoteron dengan reseptor
androgen mungkin dapat menyebabkan terjadinya hipospadia (Noegroho et al.,
2018).
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dicurigai sebagai salah satu faktor penyebab hipospadia seperti
terdapat paparan estrogen atau progestin pada ibu hamil di awal kehamilan, paparan
estrogen tersebut biasanya terdapat pada pestisida yang menempel pada buah,
sayuran, tanaman, dan obat obatan yang dikonsumsi oleh ibu hamil. Pada ibu hamil
yang mengkonsumsi obat-obatan anti epilepsi seperti asam valporat juga diduga
meningkatkan resiko hipospadia tetapi untuk pil kontrasepsi yang mengandung
hormon estrogen dan progestin diketahui tidak menyebabkan hipospadia (Krisna &
Maulana, 2017).
d. Lain-lain
Pada anak laki-laki yang lahir dengan program Intra-cystolasmic sperm Injection
(ICSI) atau In Vitro Fertilization (IVF) memiliki insiden yang tinggi pada
hipospadia (Krisna & Maulana, 2017). Selain itu faktor ibu yang hamil dengan usia
terlalu muda atau terlalu tua juga sangat berpengaruh, diketahui bayi yang lahir dari
ibu yang berusia >35 tahun beresiko mengalami hipospadia berat. Kelahiran
prematur serta berat bayi lahir rendah, bayi kembar juga sering dikaitkan dengan
kejadian hipospadia (Widjajana, 2017).

5. Gejala dan tanda apa lagi yang akan tampak pada anak yang menderita penyakit
ini?
a. Kulit penis tidak ditemukan di bawah penis dan menumpuk di sisi punggung penis.
b. Adanya chordee (kondisi penis melengkung) yang muncul dengan ciri-ciri
kelengkungan penis terutama pada saat ereksi.
c. Tidak adanya chordee (kondisi penis melengkung), jika meatus terletak di dasar
glans penis.
d. Pembukaan uretra eksternal tidak di ujung glans penis (McAninch dalam Tanagho
et al, 2008).
e. Adanya pancaran urin yang lemah ketika berkemih.
f. Nyeri ketika ereksi.
g. Gangguan dalam berhubungan seksual.
h. Kulup hanya menutupi bagian atas kepala penis.

6. Pemeriksaan penunjang apa lagi yang dibutuhkan untuk memastikan penyakit


klien?
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan untuk memastikan
diagnosis hipospadia. Namun ultrasonografi ginjal dianjurkan untuk mengetahui adanya
anomali lain pada saluran kemih pada pasien hipospadia. Kariotipe direkomendasikan
pada pasien dengan ambiguous genitalia atau cryptochirdism. Beberapa tes seperti
elektrolit, 17 hidroksiprogesteron, testosteron, hormon luteinizing, hormon perangsang
folikel, globulin pengikat hormon seks, dan beberapa tes genetik dipertimbangkan jika
memungkinkan.
Foto diatas merupakan contoh dari hasil Gen Androgen Reseptor
7. Bagaimana perjalanan penyakit/patofisiologi dari etiologi sampai terjadi gejala
dan dampaknya pada kebutuhan dasar manusia? Gambarkan dalam bagan path
way
Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra. Hipospadia di mana
lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skortum dapat berkaitan dengan
chordee kongiental. Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu
ektoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu
mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ektoderm dan endoderm,
sedangkan di bagian kaudalnya tetap bersatu membentuk membran kloaka Pada
permukaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail yang disebut
genital tubercle. Di bawahnya pada garis tengah terbentuk lekukan dimana di bagian
lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut genital fold/crodee. Selama minggu
ke-7, genital tubercle akan menunjang dan membentuk glans. Bila terjadi agenesis dari
mesoderm, maka genital tubercle tak terbentuk, sehingga penis juga tak terbentuk.
Bagian anterior dari membran, yaitu membrana urogenitalia akan ruptur dan
membentuk sinus. Sementara itu genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus
urogenitalia. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenitalia, maka akan terjadi
hipospadia (Andi Yudianto, 2014:10)
8. Jelaskan istilah-istilah yang tidak dipahami oleh kelompok!
1. Gland penis adalah bagian ujung penis dengan bentuk mengerucut yang terdapat
lubang saluran uretra untuk mendukung fungsi penis sebagai tempat keluar urine
dan air mani.
2. Uretroplasti adalah perbaikan bedah dari cedera atau cacat di dalam dinding uretra
3. Meatal Advancement-Glanuloplasty adalah peningkatan Daging-Glanuloplasti
operasi plastik yang dilakukan pada kelenjar.
4. Tubularization Incision of the Urethral Plate adalah Sayatan Tubularisasi dari
Lempeng Uretra.
5. Korpus spongiosum adalah massa jaringan spons yang mengelilingi uretra pria.
6. Korpus kavernosum penis atau batang penis adalah salah satu dari dua bagian
seperti spons pada jaringan ereksi yang berisi darah paling banyak saat ereksi.
7. Preputioplasty adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk memperbaiki
phimosis.
8. Umbrical cord adalah tali pusar.
9. Tumbrucal genital adalah Sebuah tuberkel genital atau tuberkel phallic adalah
tubuh jaringan hadir dalam pengembangan sistem reproduksi.
10. Genital fold adalah lipatan kelamin.
11. ICSI atau intracytoplasmic sperm injection adalah prosedur penyuntikan satu
sperma hidup langsung ke pusat sel telur (sitoplasma).
12. Ambiguous genitalia merupakan kelainan langka, pada kondisi ini jenis kelamin
anak tidak terlihat jelas.
13. Androgen depent adalah ketergantungan androgen.
14. Hermafrodit secara biologis adalah individu yang memiliki 2 alat/organ kelamin
yaitu jantan dan betina yang berfungsi penuh.
15. Kebanyakan anak dengan alat kelamin yang tidak jelas merupakan
pseudohermafrodit, yang berarti mereka memiliki organ genitalia bagian luar yang
tidak jelas, tetapi tetap memiliki ovarium atau testis (tidak keduanya).
16. Hipospadia menurut kelompok kami adalah suatu kegagalan dalam proses
pembentukan organ saat trimester pertama, ditandai dengan kelainan bawaan
berbentuk lubang kencing yang tidak terletak sesuai posisi pada umumnya.

9. Masalah apa saja yang akan muncul pada anak dengan penyakit ini?
Masalah yang Lazim Muncul (Nanda, 2015)
a. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi anatomis (aliran urin sulit diatur).
b. Ansietas b.d krisis situasional, tindakan operasi yang akan dilakukan.
c. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan informasi mengenai prosedur pengobatan
yang dilakukan.
d. Gangguan body image.
e. Resiko infeksi.
f. Nyeri akut b.d cedera fisik akibat pembedahan.
g. Disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi penis (infertilisasi).
10. Tindakan apa saja yang anda ketahui untuk mengatasi masalah yg terjadi pada
anak yg mengalami penyakit ini?
1. Kolaboratif Melakukan tindakan operasi
Usia ideal untuk operasi adalah 6-12 bulan. Semakin dini operasi dilakukan,
semakin mudah perawatan pasca operasi, termasuk dalam hal kebersihan,
penggunaan kateter, kebutuhan analgesik, dan perubahan emosional setelah operasi.
Beberapa teknik bedah telah ditemukan dan semakin berkembang. Teknik bedah
yang paling umum adalah urethroplasty seperti Meatal Advancement-Glanuloplasty
(MAGPI), Glans Approximation Procedure (GAP), dan Tubularization Incision of
the Urethral Plate (TIP). Pada hipospadia proksimal, teknik cangkok 2 tahap paling
sering digunakan. Jika pasien ingin disunat, kulup dapat digunakan sebagai bahan
flap, tetapi jika pasien tidak ingin disunat, dapat dilakukan prepucioplasty dan
bahan flap diambil dari mukosa mulut. Di Indonesia, teknik yang paling sering
digunakan adalah TIP seperti yang dilakukan Duarsa dkk (55,56%), Tirtayasa dkk
(50%), dan Mahadi dkk (95,8%). Hal ini dimungkinkan karena teknik TIP fleksibel,
tingkat komplikasinya rendah, dan menghasilkan 6 dari 9 bukaan uretra vertikal,
dan jenis hipospadia yang ditemukan adalah hipospadia distal.
Tujuan pengobatan
Tujuan pengobatan hipospadia adalah:
a. Membuat penis menjadi lurus kembali sehingga dapat digunakan untuk
hubungan seksual.
b. Memposisikan kembali lubang uretra ke ujung penis untuk memungkinkan
pasien buang air kecil sambil berdiri.
c. Membuat neouretra cukup dan lurus.
d. Merekonstruksi penis agar terlihat normal.
e. Mengurangi risiko komplikasi seminimal mungkin.

2. Independen
Beberapa gejala hipospadia disebutkan bahwa pasien mengalami nyeri ketika
melakukan elmininasi. Tindakan yang dapat perawat lakukan adalah mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam atau
teknik distraksi lainnya. Selanjutnya, pasien maupun keluarganya terkadang
memiliki keterbatasan informasi terhadap kondisi hipospadia ini. Dari hal tersebut
yang bisa dilakukan oleh perawat adalah menjadi promotor kesehatan yakni
memberikan pengetahuan-pengetahuan seputar hipospadia kepada klien maupun
keluarganya. Tidak terlepas hanya memberikan pengetahuan peran perawat
selanjutnya adalah mengarahkan bagaimana berkemih yang pas untuk kondisi
hipospadia ini. Pemberian pengetahuan baiknya menyesuaikan kebutuhan pasien.
Jika pasien masih kanak-kanak tentunya pengetahuan dan tata laksana eliminasi
yang benar harus di berikan kepada wali pasien.

11. Asuhan keperawatan seperti apa yang harus dilakukan oleh seorang perawat baik
secara mandiri ataupun kolaboratif? Tuangkan dalam metoda proses
keperawatan mulai dari pengkajian sd evaluasi!
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
I. Identitas
A. Identitas Pasien
1) Nama inisial : An. J
2) No RM : 0903402021
3) Usia : 1 tahun 7 hari
4) Agama : Islam
5) Suku : Sunda
6) Alamat rumah : Jl. Ahmad Yani No.288 A
7) Sumber biaya : Pribadi
8) Tanggal masuk RS : 7 September 2022
9) Diagnosa Medis : Hipospadia (Distal Peneana) / lubang kencing
berada dibawah ujung batang penis
B. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Ny. N
2) Umur : 28 Tahun
3) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4) Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA)
5) Alamat : Jl. Ahmad Yani No.288 A
6) Hubungan : Ibu Kandung

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama
Ibu pasien menyatakan ketika pasien buang air kecil, pancaran urin keluar melalui
bawah batang penis dan menyebar.
b. Riwayat kesehatan saat pengkajian/riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Pasien datang berobat ke RSUD Sumedang pada tanggal 7 September 2022
karena ketika buang air kecil, urin keluar dari bawah batang penis dan pancaran
menyebar
c. Riwayat kesehatan lalu
1) Riwayat Prenatal
Selama hamil, Ibu kontrol kandungan di Bidan dan Puskesmas dekat tempat
tinggalnya dan ANC dilakukan sebanyak 4-5 kali selama kehamilan. Terdapat
riwayat muntah, terdapat riwayat ketidakseimbangan hormone saat masa
kehamilan. Tidak memiliki riwayat hipertensi, maupun perdarahan selama
kehamilan.
2) Riwayat Natal
Pasien (anak) lahir di Bidan pada saat umur kehamilan 36 minggu dengan BBL
3400 gram, PB 52 cm. Anak lahir secara normal, langsung menangis, tidak ada
kejang ikterik.
3) Riwayat Postnatal
Ibu menyatakan bahwa anaknya rutin untuk imunisasi di bidan dan kontrol di
Bidan maupun di Puskesmas. Imunisasi yang pernah dilakukan : vaksin BCG,
Hepatitis B, DPT, Polio dan campak.
4) Riwayat Penyakit yang pernah diderita
Ibu pasien menyatakan pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang pernah
diderita sebelumnya.
5) Riwayat Hospitalisasi/tindakan operasi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak pernah dilakukan tindakan operasi.
6) Riwayat Injury/kecelakaan
Keluarga mengatakan pasien belum pernah jatuh dan mengalami kecelakaan
hingga terluka.
7) Riwayat Alergi
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi
8) Imunisasi
Ibu menyatakan rutin membawa anaknya untuk imunisasi di bidan
Imunisasi Sudah/belum Umur (bulan)

BCG ✓(1x) 0 bulan (scar 2x2


mm)

Hepatitis ✓(4x) 0,2,3,4

DPT ✓(3x) 2,3,4

Polio ✓(3x) 2,3,4

Campak ✓(1x) 9

9) Riwayat Pertumbuhan
Umur tengkurap : 4 bulan
Umur duduk : 8 bulan
Umur mengoceh : 8 bulan
Umur bicara : 12 bulan
Umur berjalan : - bulan

III. Riwayat kesehatan keluarga


Ibu pasien mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit tertentu
seperti hipertensi, diabetes.

Keterangan :
: Laki-laki : Keluarga menderita Hipospadia

: Perempuan : Pasien

IV. Riwayat sosial


Saat dilakukan pengkajian keluarga mengatakan hubungan dengan anggota keluarga
baik-baik saja, hubungan pasien dengan teman sebaya baik-baik juga.
1) Rumah
Kebersihan : Rumah pasien terletak di tengah perkotaan yang terkadang terdapat
polusi tetapi kondisi nya tidak parah dan rumah nya rutin dibersihkan setiap hari.
Polusi : Tidak ada polusi dengan kondisi yang parah

V. Pola kesehatan fungsional


1) Pemeliharaan kesehatan
Ibu pasien membawa pasien untuk melakukan operasi guna memperbaiki bentuk
dan letak keluarnya urin agar sesuai pada penis normal lainnya di RSUD
Sumedang.
2) Pola Oksigenasi
Ibu pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat sesak napas dan asma.
3) Pola nutrisi
Ibu pasien mengatakan pasien menyusui dan senang memakan makanan
pendamping asi yang diberikan.
4) Pola Eliminasi
Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi lunak dan
berwarna kuning. BAK sebanyak 6-7 kali berwarna kuning jernih, berbau khas
urin.
5) Pola Aktivitas-istirahat-tidur
Ibu pasien mengatakan pasien tidur nyenyak dan tidak sering terbangun. Pasien
tidur siang 4-5 jam.
6) Personal Hygiene
Pasien dibantu oleh ibunya melakukan makan dan minum, mandi, toileting,
berpakaian.

VI. Pengkajian Fisik


Kesadaran (GCS) : Kesadaran klien menunjukan pada kesadaran Composmentis,
kondisi sadar sepenuhnya, respon pasien terhadap diri sendiri & lingkungan sangat
baik.
TTV
HR : 93 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36 C
Antropometri
TB : 85 cm
BB : 11 Kg
Pemeriksaan Fisik Head to Toe :
1. Kepala
Bentuk kepala pasien normocephal, wajah pasien simetris.
2. Rambut
Rambut halus, berwarna hitam, tidak ada ketombe, distribusi rambut merata,
kulit kepala bersih, tidak ada alopesia.
3. Mata
Mata pasien tidak tampak sembab, conjungtiva tidak anemis, refleks
terhadap cahaya baik, tidak terdapat udem palpebral, tidak ada ikterik.
4. Telinga
Bentuk telinga normal, daun dan lubang telinga pasien bersih, tidak keluar
cairan, fungsi pendengaran pasien baik.
5. Hidung
Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan sekitar, ukuran hidung
sedang, mukosa lembab, tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada cairan dan
bau yang keluar ,tidak terdapat oedema, tidak ada pernapasan cuping hidung
dan tidak ada epistaksis, kedua hidung dapat menghembuskan nafas dengan
kuat.
6. Mulut
Mulut utuh, tidak ada bibir sumbing, palatum utuh, tidak ada sariawan,
membran mukosa bibir lembab.
7. Leher
Bentuk leher pasien simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
tambahan, JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
8. Dada ( Paru dan Jantung )
a. Inspeksi
Dada simetris, tidak ada retraksi, diameter anterosposterior: lateral 1:1.
Saat bernafas pergerakan sama dan tidak ada bagian yang tertinggal
pergerakannya. Tidak ada lesi, ikterik, keloid, warna kulit merata, iktus
kordis tidak terlihat.
b. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan. Iktus kordis teraba normal
c. Perkusi
Suara sonor pada paru kanan dan kiri, suara IC 4-5 sinistra redup
d. Auskultasi seluruh lapang dada terdengar suara vesikuler, tidak ada
murmur dan gallop
9. Abdomen
Bentuk simetris, warna kulit merata, umbilikus normal (masuk ke arah
dalam), tidak ada bekas luka, tidak ada bunyi friction rub, tidak ada nyeri
tekan.
10. Genital
Tidak ada pembengkakan, tidak ada sekret, frekuensi BAK 5-6x/hari,
frekuensi BAB 1-2x/hari, letak keluarnya urine berada dibawah batang
penis dan memancar, warna urine kuning pekat, bau urine amonia, tidak
terpasang kateter.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Atas: Tidak ada luka, tangan kiri dan kanan lengkap, kuku tampak bersih,
kekuatan otot normal
b. Bawah: tidak ada udema, kaki kiri dan kanan lengkap, kekuatan otot normal
c. CRT 2 detik
12. Kulit : Turgor kulit kering, warna sawo matang

Pemeriksaan dan Penatalaksanaan


I. Pemeriksaan penunjang
● Laboratorium : Darah lengkap, fungsi ginjal (USG) , fungsi hati, urin lengkap,
kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap antibiotika
● Radiologi : Rontgen thorax
● Karyotyping disarankan pada pasien dengan ambigu genetalia ataupun
cryptochirdism
● Genetik : Analisa kromosom (jika terdapat UDT)
● Persiapan Operasi : Gula darah, sistem pembekuan darah, elektrokardiografi
(EKG), foto thorax jika diperlukan
II. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis untuk pasien hipospadia perlu dilakukan prosedur
pembedahan. Pembedahan dapat dilakukan secara 2 tahap.
Tahap 1 : Chordectomy, untuk meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra
Tahap 2 : Uretroplasty, untuk membuat fassa naficularis baru pada gland penis yang
akan dihubungkan dengan canalisuretra yang telah terbentuk melalui tahap pertama
ANALISA DATA
No Symptom Etiologi Problem

1 Ds: Gangguan Gangguan eliminasi


ketidakseimbangan hormon urine
- Ibu pasien mengeluh
pancaran air kencing
pada saat BAK
Fakrtor genetic dan
kebawah, menyebar,
lingkungan
mengalir melalui batang
penis, sehingga anak
jongkok pada saat BAK. Gangguan perkembangan
embrio

Do:

- Hasil pemeriksaan terpapar zat/polutan yang

bentuk penis bersifat tertogenik

melengkung, letak
lubang kencing kearah
pembentukan penis yang
gland penis.
tidak sempurna

Aliran urine tidak lancar

Gangguan eliminasi urine


2. Ds: Hipospadia Defisit

- Ibu pasien mengatakan pengetahuan


kurang mengerti tentang
Kurang informasi
penyakit anaknya
(hispopadia)

Defisit pengetahuan

Do:

- Ibu klien tidak bisa


menjelaskan tentang
penyakit anaknya ketika
disuruh menjelaskan

- Meminta informasi,
menyatakan masalah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan elemininasi urine berhubungan dengan obstruksi anatomis (aliran urine
sulit diatur) ditandai dengan pancaran air kencing pada saat BAK kebawah,
menyebar, mengalir melalui batang penis.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai
prosedur pengobatan yang dilakukan ditandai dengan ibu klien mengenai penyakit
anaknya.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Inisial Klien/ruang : An. Yz/08 Nama Mahasiswa : Dwi Isneniah
No. RM/Dx. Medis : 12-112345 NIM : 2007767
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional

1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor/pantau eliminasi urin, 1. Untuk memantau kondisi klien
Eliminasi Urine tindakan perawatan meliputi frekuensi, konsistensi, secara menyeluruh.
5x24 jam diharapkan bau, volume dan warna.
2. Untuk memudahkan klien
kondisi klien dapat
2. Ajarkan klien tanda dan gejala meminta pertolongan medis.
membaik dengan
infeksi saluran kemih.
kriteria hasil: 3. Untuk menambah informasi
3. Catat waktu, kebiasaan eliminasi terkait kondisi klien.
- Anak tidak
urin bila diperlukan.
mengalami 4. Agar kondisi klien tidak

gangguan eliminasi. 4. Instruksikan pasien untuk mengalami penurunan.


memantau tanda dan gejala
- Anak dapat 5. Untuk mengatasi kelainan
infeksi saluran kemih.
berkemih dengan anatomis anak.

nyaman. 5. Kolaborasi dengan medis untuk


rencana operasi (uretroplasty,
cordectomy).
2 Defisit Setelah 1x24 jam 1. Kaji pengetahuan orang tua 1. Tingkat pengetahuan orang
Pengetahuan diharapkan orang tua tentang hipospadia. tua memudahkan perawat
klien dapat memahami untuk mengetahui sejauh
2. Berikan informasi tentang
proses perawatan dan mana kebutuhan informasi
hipospadia dengan bahasa yang
pengobatan klien. orang tua.
mudah dipahami orang tua.
Dengan kriteria hasil:
2. Pemberian informasi yang
3. Gambarkan tanda dan gejala
- Orang tua klien sesuai dengan bahasa yang
yang biasa muncul pada
mampu baik dan mudah di mengerti
penyakit, dengan cara yang
menyebutkan orang tua dapat memudahkan
tepat.
penyebab pemahaman orang tua.
hipospadia. 4. Identifikasi kemungkinan
3. Agar orang tua klien dapat
penyebab, dengan cara yang
- Orang tua klien ikut memantau kondisi klien.
tepat.
dapat menyebutkan
4. Untuk mempermudah proses
proses perawatan 5. Diskusikan perubahan gaya
perawatan klien.
yang harus hidup yang mungkin diperlukan

didapatkan oleh untuk mencegah komplikasi di 5. Agar kondisi klien tidak

klien. masa yang akan datang dan atau mengalami penurunan dan
proses pengontrolan penyakit. orang tua dapat memahami
- Orang tua klien
proses perawatan klien.
dapat menyebutkan
proses pengobatan
yang akan dijalani
klien.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial Klien/ruang Nama Mahasiswa : Dwi Isneniah
No. RM/Dx. medis NIM : 2007767
Dx. Hari/Tgl/Jam Implementasi Paraf
Keperawatan

Gangguan 1. Memonitor/pantau eliminasi urin, meliputi


eliminasi urin frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna.

2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi


saluran kemih.

3. Mencatat waktu, kebiasaan eliminasi urin bila


diperlukan.

4. Menginstruksikan pasien untuk memantau


tanda dan gejala infeksi saluran kemih.

5. Berkolaborasi dengan medis untuk rencana


operasi (uretroplasty, cordectomy).

Defisit 1. Mengkaji pengetahuan orang tua tentang


pengetahuan hipospadia.

2. Memberikan informasi tentang hipospadia


dengan bahasa yang mudah dipahami orang tua.

3. Menggambarkan tanda dan gejala yang biasa


muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat.

4. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab,


dengan cara yang tepat.

5. Mendiskusikan perubahan gaya hidup yang


mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit.
EVALUASI
Hari/ Tanggal Waktu Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan

Selasa, 13 09.30 Gangguan elemininasi urine S : Pasien mengatakan


September WIB berhubungan dengan obstruksi masih sulit melakukan
2022 anatomis (aliran urine sulit diatur) perkemihan secara
ditandai dengan pancaran air normal.
kencing pada saat BAK kebawah,
O : Hasil pemeriksaan
menyebar, mengalir melalui
bentuk penis
batang penis.
melengkung, letak
lubang kencing kearah
gland penis. Volume
urine yang keluar
sebanyak 300 cc dengan
warna kuning kecoklatan
dengan bau yang khas.

A: Masalah belum
teratasi

P : Lanjutkan intervensi
keperawatan

Rabu, 14 09.15 Defisit pengetahuan berhubungan S : Pasien mengatakan


September WIB dengan keterbatasan informasi masih memiliki
2022 mengenai prosedur pengobatan keterbatasan informasi
yang dilakukan ditandai dengan terkait prosedur
ibu klien mengenai penyakit pengobatan yang
anaknya. dilakukan terhadap
penyaki anaknya.
O : - Ibu klien tidak bisa
menjelaskan tentang
penyakit anaknya ketika
disuruh menjelaskan

-Meminta informasi,
menyatakan masalah.

A: Masalah belum
teratasi

P: Intervensi dilanjutkan.
REFERENSI
Mayo clinic (2018). Diseases & conditions. Hypospadias.
Nanda International. (2015). Diagnosa Keperawatan :definisi dan klasifikasi 2015-2017
(10th ed.). jakarta: EGC.
Tangkudung, F.Jerry, S. Yudha Patria, dan Eggi Arguni. (2016). "Faktor Risiko Hipospadia
pada Anak di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta". Sari Pediatri 17.5:396-400. [online].
https://urologi.ucsf.edu/research/children-studytreatment-hypospadias
Vikaningrum, M. (2020). STUDI DOKUMENTASI GANGGUAN ELIMINASI URIN
PADA PASIEN AN.“M” DENGAN HYPOSPADIA TYPE CORONAL POST
CHORDECTOMY DAN URETROPLASTY. Akademi Keperawatan YKY
Yogyakarta.
WIDJAJANA, D. P. (2017). Hubungan Tipe Hipospadia, Usia, Dan Teknik Operasi
Terhadap Komplikasi Fistula Uretrokutaneus Pada Kasus Hipospadia Anak.

Anda mungkin juga menyukai