Anda di halaman 1dari 5

BAHAN AJAR

ASKEP ANAK DENGAN MENINGOCELE

I. DIFINISI
Meningokel adalah bentuk kista spina bifida, terdiri dari kista menigens seperti

kantong yang berisi cairan spina, tetapi tidak melibatkan saraf atau defisit

neurologis (Wong, 2004).

II. ETIOLOGI
 Penyebab pasti belum diketahui
 Faktor genetik, nutrisi, infeksi, penyakit sistemik dan lingkungan-> pemicu
III. KLASIFIKASI
 Cranial Meningocele adalah penonjolan hernia meningen melalui kranium

bifida, berisinya membentuk kantong berisi air disebut juga

craniomeningocele.

 Spinal Meningocele adalah penonjolan hernia meningen melalui defek

pada columna vertebralis (Spina Bifida) biasanya postoerior, memebentuk

kantong berisi air.

IV. MANIFESTASI KLINIS


 Kelainan motorik, sensorik, reflek dan spingter dapat terjadi dengan

derajat keparahan yang bervariasi

 Paralisis flaksid pada tungkai, hilangnya sensasi dan refleks

 Hidrosefalus

 Skoliosis

 Fungsi kandung kemih dan usus bervariasi dari normal sampai tidak

efektif

V. PENATALAKSANAAN
1. Pada pasien dengan gejala ringan

1) Hindari membungkuk atau mengedan, biasakan postur yang tegak.

2) Berbaring di ranjang bila terdapat nyeri dan hindari aktivitas yang

memperberat nyeri.
3) Kompres panas pada daerah punggung bawah .

4) Berikan analgesik.

5) Latihan fisik untuk memperkuat otot-otot erektor trunsi dan abdominis.

6) Korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang berlebihan.

2. Pada pasien dengan nyeri berat

1) Tirah baring total pada alas ranjang yang keras .

2) Analgesik diberikan pada periode ini, disertai zat anti spasmodik seperti

diazepam, zat anti inflamasi (aspirin, anti inflamasi non steroid).

3) Jika gejala sembuh, aktivitas perlahan-lahan bertambah setelah

beberapa hari atau lebih, dan pasien diobati sebagai kasus ringan.

3. Operasi mungkin lebih berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya

gangguan neurologis.

Indikasi operasi adalah sebagai berikut :

1) Kegagalan memberikan respon terhadap terapi konservatif.

Keputusan operasi pada kasus ini harus ditentukan oleh pasien

berdasarkan petunjuk dokter.

2) Operasi jangan ditunda pada kondisi dimana diskus bagian tengah

menekan kauda ekuina, dengan paraparesis dan defisit sensorik pada

kedua tungkai disiertai hilangnya kontrol spingter.

3) Bila kompresi radiks saraf disertai defisit motorik.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1. CT-Scan, USG.

2. Kadar serum kalsium, fosfat, alkali, dan asam fosfatase serta kadar gula

harus diperiksa pada setiap pasien sebab penyakit tulang metabolik, tumor

metastatik dan mononeuritis diabetik, dapat menyerupai penyakit diskus

intravertebrata.

3. Fungsi lumbal.

4. Mielografi bila diagnosis sindrom diskus sudah pasti dan tidak ada

kemungkinan tumor kauda ekuina atau yang lain. Mielografi tidak perlu

dilakukan kecuali operasi dipertimbangkan.


5. Pemeriksaan neurofisiologis.

6. MRI terutama bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau

kauda ekuina.

7. Diskografi belum jelas manfaatnya untuk mengevaluasi penyakit diskus

karena hasilnya sulit ditafsirkan.

8. Tes priode antenatal : fetoprotein alfa serum antara kehamilan 16 dan 18

minggu, USG fetus.

9. Uji prabedah rutin.

VII. KOMPLIKASI
 Infertiliti
 Gangguan psikososial
VIII. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Identitas
Perlu diketahui pada usia berapa gejala timbul
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Keluhan Utama
Anak datang ke Rumah Sakit dengan keluhan kencing keluar dari
bagian bawah dekat pangkal penis
2) Riwayat penyakit saat ini
Sejak lahir bila BAK tidak seperti anak yang normal pada umumnya
karena kencing keluar dari bagian bawah penis
3. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan (disesuaikan dengan usia)
4. Pemeriksaan Fisik
1) Pernafasan
Tidak didapatkan kelainan pada saluran pernafasan, kecuali bila
dilakukan oprasi kemungkinan akan mempengaruhi pola nafas
ataupun jalan nafas tidak efektif akibat efek dari obat-obat anaestesi
2) Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan didapatkan dalam batas normal kecuali jika
perdarahan post oprasi bisa didapatkan adanya perubahan
3) Persyarafan
Kesadaran komposmentis dan dapat terjadi penurunan kesadaran
bila dilakukan tindakan pembedahan dan menggunakan anaestesi
umum
4) Genetourinaria
Bentuk alat kelamin dapat normal, atau melengkung ke bawah,
lubang uretra bermuara pada tempat frenum, sedang frenumnya
tidak terbentuk dan tempat normalnya metus urinarius ditandai pada
glans penis sebagai celah buntu, BAK keluar dari bagian bawah pada
pangkal penis. Bila dilakukan tindakan operasi bisa didapatkan
adanya pembengkakan penis, perdarahan ,dysuria atau pemasangan
kateter
5) Pencernaan
Pada umumnya tidak didapatkan adanya kelainan pada saluran
pencernaan pasien dan tidak didapatkan masalah nutrisi. Pada
pemeriksaan abdomen bisa didapatkan adanya pembesaran oleh
karena adanya distensi pada bleder
6) Musculoskeletal
Tidak mempengaruhi pergerakan daripada anak
2) Diagnosa Keperawatan dan intervensi
Pre operasi

1) Risiko tinggi cedera bd meningkatnya tekanan intrakranial

2) Gangguan eliminasi urine (inkontisensia) bd gangguan neuromuskuler

3) Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan paralisis,

inkontinensia uri/alfi

4) Kurang pengetahuan orang tua bd diagnosa, prosedur pembedahan


dan perawatan setelah oprasi
 Kaji tingkat pemahaman orang tua
 Berikan pengajaran dan penjelasan pada orang tua tentang
prosedur pembedahan, perawatan setelah oprasi
 Gunakan istilah yang dimengerti oleh orang tua, bila perlu
gunakan gambar-gambar untuk menjelaskan prosedur
 Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan ,efek samping,
dosis serta waktu pemberian obat
 Motivasi orang tua agar mau partisipasi dalam perawatan
anaknya
Post operasi

1) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif

2) Resiko tinggi trauma berhubungan dengan lesi spinal

3) Gangguan rasa nyaman (nyeri), berhubungan dengan diskontinuitas

jaringan, dampak dari operasi

4) Resti cedera bd prosedur bedah, anastesia


 Tanyakan apakah orang tua mempunyai pertanyaan
tentang prosedur untuk menentukan tingkat pemahaman
mereka dan untuk memberikan informasi tambahan
 Periksa format untuk tanda tangan persetujuan
tindakan/informed consent
 Hubungi dokter untuk menentukan /mengtahui
apakah orang tua telah mendapatkan informasi mengenai
prosedur
 Lakukan prosedur untuk persiapan oprasi pada klien (
obat-obatan, kebersihan pasien dan daerah yang akan dioprasi,
mengenakan pakaian khusus)
 Pertahanakan agar anak puasa sesuai instruksi
 Pastikan agar anak terhidrasi dengan baik sebelum
puasa/oprasi
 Gunakan restrain ketika memindahkan dengan
brankar
 Jangan meninggalkan anak tanpa pengawasan

Anda mungkin juga menyukai