Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

“ABORTUS INKOMPLIT”

SITI MARIATI
N202101138

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS INKOMPLIT
DI RUANG BEDAH (OK) RS KOTA KENDARI

Laporan ini telah disahkan pada


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

……………………… ……………………….
NIP NIP
LAPORAN PENDAHULUAN
“ABORTUS INKOMPLIT”
A. Definisi
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada
desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).
B. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut:
1. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat
bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan
hasil konsepsi dapat terjadi karena :
a) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom seks.
b) Faktor lingkungan endometrium
1) Endometrium  yang  belum  siap  untuk  menerima  implantasihasil konsepsi.
2) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
c) Pengaruh luar
1) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
2) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan
hasil konsepsi terganggu.
2. Kelainan Pada Plasenta
a) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
b) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes mellitus
c) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
3. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia
dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan
penyakit diabetesmilitus.
4. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya
janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus
septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas  operasi  pada serviks (konisasi,
amputasi serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).
C. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua
serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-
14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak  dikeluarkan dalam  waktu singkat, maka dia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak
dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut
ia menjadi tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena
terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).
D. Manifestasi klinis
1. Nyeri hebat
2. Perdarahan banyak
3. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih berada di
dalam uterus
4. Pemeriksaan dalam :
a) Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
b) Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
5. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
6. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat
dipertahankan.
E. Komplikasi
Komplikasi abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi akibat retensi sisa hasil konsepsi
yang lama didalam uterus. Sinekia intrauterin dan infertilitas juga merupakan komplikasi
dari abortus. Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi,
seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan sisa yang
tidak lengkap dan infeksi. Komplikasi ini meningkat pada umur kehamilan setelah
trimester pertama. Panas bukan merupakan kontra indikasi untuk kuretase apabila
pengobatan dengan antibiolik yang memadai segera dimulai. Komplikasi yang dapat
terjadi akibat tindakan kuretase antara lain :
1. Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah - muntah, bradikardi dan
cardiacarrest.
2. Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator. Bila perforasi oleh
kanula,segera diputuskan hubungan kanula dengan aspirator. Selanjutnya kavum
uteri dibersihkansedapatnya. Pasien diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya
pendarahan akan berhentisegera. Bila ada keraguan, pasien dirawat.
3. Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila pendarahan sedikit
dan berhenti, tidak perlu dijahit.
4. Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi. Pengobatannya adalah
pembersihan sisa jaringan konsepsi.
5. Infeksi dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi. Pengobatannya berupa
pemberian antibiotika yang sensitif terhadap kuman aerobik maupun anaerobik. Bila
ditemukan sisa jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan kavum uteri setelah
pemberian antibiotika profilaksis minimal satu hari
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM
III 11 gr % dan TM II 10,5 gr %).
Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
2. Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan
kehamilan dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
3. USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih
ada.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- riwayat kehamilan :
Primi/Mutipara, usia kehamilan, seksio, sesaria sebelumnya, pendarahan
- pemeriksaan fisik :
Tinggi fundus, uterus lunak atau lainnya
- Tes laboratorium
BH (-) indikasi isomunisasi, HG, Hematokit, Leukosit, MCHC.
- Indikasi Psikiatrik :
Cemas, Ketakutan, Gelisah
- Riwayat Penyakit yang dicerita tidak ada
- Indikasi psikologi : Diam
- Pengkajian tentang pemahaman tentang aborsi dan penyembuhan yang
diharapakan untuk dilakukan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan kurang pengendaliian
situasional/lingkungan
3. Intervensi keperawatan

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign
berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam 2. Pemantauan nyeri
dengan agen diharapkan pasien menunjukkan 3. Edukasi tekhnik
pencedera fisik penurunan tingkat nyeri dengan napas
kriteria hasil : 4. Kolaborasi
- Tanda-tanda vital dalam batas pemberian terapi 
normal
- Keluhan nyeri menurun
Keluhan meningkat Menurun

Nyeri 1 4
2 Ansietas Setelah dilakukan asuhan a. Reduksi ansietas
berhubungan keperawatan selama 1 x15 menit 1) Monitor tanda-
dengan diharapkan tingkat ansietas tanda ansietas
kurangnya menurun. 2) Pahami situasi
informasi kriteria hasil : yang membuat
tentang KH Mening Menu- ansietas
prosedur -kat run 3) Jelaskan hal
pembedahan, Perilaku 5 1 yang membuat
penyembuhan, gelisah ansietas
dan perawatan (diagnosis,
post operasi pengobatan,
prognosis)
4) Kolaborasi
pemberian
obat
antiansietas
jika perlu.
b. Konseling 
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan a. Monitor tanda-
nyaman keperwatan selama 1x 15 jam tanda vital sebelum
berhubungan diharapkan keluhan tidak nyaman dan sesudah
dengan kurang menurun. latihan
pengendalian Kriteria hasil : b. Identifikasi tekhnik
situasional/ling KH Mening Menu- relaksasi yang
kungan -kat run efektif
Keluhan 1 5 c. Gunakan relaksasi
tidak sebagai strategi
nyaman
pengalihan rasa
bosan
d. Jelaskan tujuan,
manfaat, dan cara
melakukan tekhnik
relaksasi
e. Anjurkan sering
mengulangi
tekhnik tersebut.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012). Menurut Setiadi
(2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi
adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien
(Dinarti & Muryanti, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC. Jakarta.


2009.
Manuaba. 2008. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka.
Jakarta.
Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai