Anda di halaman 1dari 14

ASKEP PADA ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA

(SPEECH DELAYED)

Perkembangan bicara dan berbahasa merupakan petunjuk dini yang


lazim untuk mengetahui ada atau tidak adanya disfungsi serebral atau
gangguan neurologik ringan, yang kelak dapat mengakibatkan kesulitan-
kesulitan tingkah laku dan kemampuan belajar. Bahasa dapat di rumuskan
sebagai pengetahuan tentang sistim lambang yang dipergunakan dalam
komunikaasi yang dilakukan secaara lisan (Nelson, 1994). Ucapan atau bicara
adalah memperlihatkan pengetahuan tersebut dalam suatu tingkah laku yang
dapat didengar (Nellson, 1994).
Bahasa dapat dipandang secara dasar diatas mana kemudian di
bangun kemampuan bicara tersebut, yang mana keduanya akan berkembang
dalam progresi yang beraturan. Bahasa berhubungan erat dengan
kemampuan kognitif. Kemempuan bahasa dapat diperlihatkan dengan
berbagai cara :
Dengan cara bagaimana anak terrsebut memberikan respon atas
petunjuk-petunjuk lisan yang diberikan kepadanya, dengan gerakan-gerakan
yang diperlihatkan oleh anak yang bersangkutan untuk mengkomunikasikan
kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan serta pengetahuan tentang
lingkungan yang berada di sekelilingnya serta memulai permainan kreatif
dan imajinatif yang di perlihatkan oleh anak itu (Nelson, 1994).
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak, emosi dan linkungannya.
Menurut NCHS berdasar atas laporan orang tua atas diperkirakan gangguan
cicara dan bahasa pada anak sekitar 4-5% (diluar gangguan pendengaran
serta celah pelatum). Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat
segera dicari, sehingga pencegahan serta pengobatannya dapat dilakukan
seawal mungkin.
I. Fase perkembangan bicara pada anak.
1. Umur 1 tahun dapat berbicara dua atau tiga kata yang sudah
bermakna. Contoh menirukan suara binatang, menyebutkan nama
“papa” ,“mama”. Dalam berbicara 25% kata-katanya tidak jelas dan
kedengarannya tidak biasa ( unfimiliar ).
2. Umur 2 tahun dapat menggunakan 2 sampai 3 phrase serta
memiliki perbendaharaan bahasa kurang lebih 300 kata, serta
mampu menggunakan kata” saya,” “milikku. 50% kata-katanya
konteksnya belum jelas.
3. Umur 3 tahun berbicara 4 hingga 5 kalimat serta memiliki sekitar
900 kata. Dapat menggunakan kata siapa, apa, dan dimana dalam
menanyakan suatu pertanyaan. 75% kata-kata dan kalimat jelas.
4. Umur 4-5 tahun memiliki 1500-2100 kosa kata. Dapat menggunakan
grammar dengan benar terutama yang berhubungan dengan waktu.
Dapat menggunakan kalimat dengan lengkap baik, kata-kata, kata
kerja, kata depan, kata sifat maupun kata sambung. 100% kata-
kata sudah jelas dan beberapa ucapan masih belum sempurna.
5. Umur 5-6 tahun memiliki 3000 kata, dapat menggabungkan kata
jika, sebab, dan mengapa.

II. Kegagalan yang sering ditemukan pada komunikasi selama


perkembangan anak.
1. Kesalahan dalam bahasa
 Kesalahan dalam mengartikan suatu kata
 Kesalahan dalam mengorganisir kata dalam kalimat
 Kesalahan bentuk kata
2. Kegagalan bicara
 Gagap
 Kekurangan dalam artikulasi
 Kerusakan alat artikulasi

III. Macam-macam kegagalan bicara yang ditemukan pada anak-


anak.
1. Umur 2 tahun kesalahan dalam mengartikan kata-kata, kesulitan
dalam mengikuti ucapan, gagal dalam berespon terhadap suara.
2. Umur 3 tahun bicara yang tidak jelas, kegagalan menggunakan 2
atau 3 kata, lebih banyak menggunakan vokal dibanding konsonan.
3. Umur 5 tahun struktur kata tidak benar.
Bagan Kemampuan Bicara.

Otak bagian hemisfer


kiri untuk berbahasa

Informasi
Bagian anterior Bagian posterior dari korteks
(area broca dan kontek motorik) (Area Werniek)
pendengaran
primer dan
Jawaban motorik Ingatan yang skunder
dikoordinasi sudah disimpan

Fasca Jawaban di

culusarcuata fomilasikan dan di


salurkan
POHON MASALAH

Riwayat :
Prenatal, Perinatal
Post Natal
Emosi : Masalah pendengaran :
- Ibu tertekan. Cedera / ganggaun - kongenital.
- Ganggaun serius pada otak hemisfer - Didapat.
pada ortu / anak

Kerusakan bagian Perkembangan


anterior dan pasterior terlambat

Ganggauan bahasa :
- ekspresif
- reseptik

Ganggaun
Bicara

Keluarga Hubungan sosial Perkembangan

Intelegensia
Dx Kep : Dx Kep :
- Cemas. - Gangguan
Produktifitas
- Kurang pengetahuan. komunikasi verbal.
- Koping keluarga tak - Gangguan bermain.
efektif - Isolasi sosial. Resiko ketergantungan
IV. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Fokus pengkajian pada anak 2 – 3 tahun yang mengalami gangguan
bicara
A. Data Subyektif :
1. Pada anak yang mengalami gangguan bahasa :
a. Umur berapa anak saudara mulai mengucapkan satu kata ?
b. Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata
dalam suatu kalimat ?
c. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari
kata baru ?
d. Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam
kalimat yang diucapkan dalam kalimat yang diucapkan ?
e. Siapa yang mengasuh di rumah ?
f. Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah ?
g. Apakah pernah diajak mengucapkan kata-kata.
h. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam menyusun
kata-kata ?

2. Pada anak yang mengalami gangguan bicara :


a. Apakah anak anda sering gugup dalam mengulang suatu
kata ?
b. Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika
ingin mengungkapkan suatu ide ?
c. Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan
mata, menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase
jika diberikan kata-kata baru yang sulit diucapkan ?
d. Apa yang anda lakukan jika hal di atas ditemukan ?
e. Apakah anak anda pernah/sering menghilangkan bunyi dari
suatu kata ?
f. Apakah anak anda sering menggunakan kata-kata yang
salah tetapi mempunyai bunyi yang hampir sama dngan
suatu kata ?
g. Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anak
anda?
h. Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-
kata anak anda ?
i. Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan
gangguan fungsi SSP seperti infeksi antenatal (Rubbela
syndrome), perinatal (trauma persalinan), post natal (infeksi
otak, trauma kepala, tumor intra kranial, konduksi elektrik
otak).

B. Data Obyektif :
1. Kemampuan menggunakan kata-kata.
2. Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan,
gagap, hambatan bahasa, malas bicara).
3. Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa.
4. Umur anak.
5. Kemampuan membuat kalimat.
6. Kemampuan mempertahankan kontak mata.
7. Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).
8. Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi.
9. Gangguan fungsi neurologis.

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan pada otak hemisfer kiri
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kurangnya
stimulasi bahasa.
3. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kerusakan fungsi alat-alat
artikulasi.
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan
pendengaran.
5. Gangguan komunikasi berhubungan dengan hambatan bahasa.
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan anak
berkomunikasi.
7. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kecemasan.
8. Gangguan komunikasi berhubungan dengan kurangnya kemampuan
memori dan kerusakan sistem saraf pusat.
9.
VI. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan pada otak hemisfer kiri
Tujuan :
Dalam waktu 1 bulan tidak terdapat gangguan komunikasi lebih lanjut
seiring dengan perkembangan anak
Kriteria :
Anak dapat mengungkapkan kata-kata yang bermanfaat dan memiliki
arti
Intervensi
 Kaji tingkat pertumbuhan dan perkembangan dengan perangkat
DDST
 Ukur TB,BB dan lingkar lengan kiri
 Ukur lingkar kepala dan lingkar dada anak
 Ajarkan dan dukung penggunaan ketrampilan berkomunikasi
secara asertif, berikan dorongan untuk memulai suatu
percakapan
 Kolaborasi untuk pemeriksaan CT scan, EEG, EMG
 Lakukan latihan komunikasikan (satu dua suku kata yang
sederhana) secara bertahap.
 Anjurkan ibu / keluarga untuk selalu mengajak anak
berkomunikasi di rumah.
 Lakukan komunikasi -secara menyeluruh baik verbal maupun
non verbal sesuai tingkat perkembangan anak .
 Identifikasi faktor resiko dari lingkungan anak yang mungkin
dapat menyebabkan terjadinya cedera
2. Gangguan komunikasi verbal b.d kurangnya stimulasi bahasa
Tujuan :
Anak akan mampu mengkmunikasikan kebutuhan dan pikirannya.
Kriteria :
Anak akan memperlihatkan kemampuannya mengeksperesikan diri.
Intervensi
 Lakukan latihan komunikasi dengan memperhatikan
perkembangan mental anak
 Berbicara sambil bermain dengan alat untuk mempercepat
persepsi anak tentang suatu hal.
 Berikan lebih banyak kata meskipun anak belum mampu
mengucapkan dengan benar.
 Lakukan sekrening lanjutan dengan mengggunakan Denver
Speech Test.
 Lakukan latihan komunikasikan (satu dua suku kata yang
sederhana) secara bertahap.
 Lakukan komunikasi -secara menyeluruh baik verbal maupun
non verbal sesuai tingkat perkembangan anak .
D. Rencana Intervensi Keperawatan
Diagnose Keperawatan Intervensi Rasional
Gangguan komunikasi verbal  Lakukan latihan komunikasi dengan - Latihan bicara yang sesuai dengan
berhubungan dengan kurangnya memperhatikan perkembangan mental anak perkembangan anak akan menghindari
stimulasi bahasa ekploatasi yang berakibat penekanan fungsi
 Lakukan komunikasi secara komprehensif baik mental anak.
verbal maupun non verbal. - Komunikasi yang komprehensif akan
memperbanyak jumlah stimulasi yang diterima
anak sehingga akan memperkuat memori anak
 Berbicara sambil bermain dengan alat untuk terhadap suatu kata.
mempercepat persepsi anak tentang suatu hal. - Bermain akan menigkatkan daya tarik anak
sehingga frekwensi dan durasi latihan bisa
 Berikan lebih banyak kata meskipun anak lebih lama.
belum mampu mengucapkan dengan benar. - Anak lebih suka mendengarkan kata-akat dari
pada mengucapkan karena biasanya kesulitan
 Lakukan sekrening lanjutan dengan dalam mengucapkan.
mengggunakan Denver Speech Test. - Untuk mengetahui jenis dan beratnya
gangguan serta keterlambatan dalam
berbicara pada anak.
Gangguan komunikasi  Stimulasi bahasa dan latihn bicara tetap - Untuk mengindari keter-lambatan
berhubungan dengan kerusakan dilakukan sesuai dengan perkembangan perkembangan mental, bahasa maupun bicara
fungsi alat-alat artikulasi mentak anak. ketika alat artikulasi sudah bisa diperbaiki.
- Perbaikan alat-alat artikulasi hanya bisa
- Kolaborasi: dengan ahli bedah untuk perbaikan dilakukan secara optimal dengan pembedahan.
alat-alat artikulasi.

Gangguan komunikasi verbal - Lakukan latihan komunikasi, dan stimulasi dini - Agar stimulasi tetap diterima anak sesuai
berhubungan dengan gangguan dengan benda-benda atau dengan dengan perlembangan mental anak yang
pendengaran menggunakan bahasa isyarat serta biasakan didasarkan atas kemampuan penerimaan anak
anak melihat artikulasi orang tua dalam terhadap informasi yang diberikan
berbicara. - Ganguan pendengaran sering disebabkan oleh
 Perhatikan kebersihan telinga anak adanya hambatan pendengaran akibat adanya
kotoran ditelinga.
- Alat bantu dengar diharapkan mampu
 Kolaborasi dengan rehabilitasi untuk mengatasi hambatan pendengaran pada
Gangguan komunikasi penggunaan alat bantu dengar. telinga anak.
berhubungan dengan hambatan  Gunakan bahasa yang sederhana dan umum - Untuk memudahkan pemahaman menghindari
bahasa digunakan dalam komunikasi sehar-hari. stress dan kebingungan anak yang akibat
bahasa yang berubah-ubah.
 Gunakan verifikasi bahasa sesuai dengan - Difersifikasi bahasa dapat diberikan jika
tingkat kematangan dan pengetahuan anak. kemampuan mental anak sudah matang
seperti setelah umur 9 tahun, karena
perkembangan selsel otak anak sudah mulai
maksimal.

Kecemasan orang tua  Gali kebiasaan komunikasi dan stimulasi orang - Untuk dapat menggali efektivitas dan
berhubungan dengan tua terhadap anak. kemampuan serta usaha yang telah dilakukan
ketidakmampuan anak berbicara oleh orang tua, untuk mengindari overlaping
tindakan yang berakibat orang tua menjadi
 Berikan penjelasan tentang kondisi anaknya bosan.
secara jelas, serta kemungkinan penanganan - Pengikutsertaan keluarga terhadap perawatan
lanjutan, prognose serta lamanya tindakan atau anak secara langsung akan mampu
pengobatan. mengurangi tingat kecemasan orang tua
terhadap keadaan anaknya.

Gangguan komunikasi  Hindari bicara pada saat kondisi bising. - Komunikasi tidak efektif sehingga anak
berhubungan dengan kecemasan menjadi irritabel.
 Lakukan komunikasi dengan posisi lawan bicara - Untuk meningkatkan pandangan mata dan
setinggi badan anak. efektivitas komunikasi sehingga anak merasa
lebih nyaman.
 Lakukan latihan bicara sambil bermain dengan - Agar anak lebih tertarik dan tidak lekas bosan.
mainan kesukaan anak.

Gangguan komunikasi  Lakukan observasi dan pemeriksaan fisik - Untuk mengetahui kemungkinan posisi
berhubungan dengan kurangnya neurologi secara mendetail. kelainan dalam otak.
kemampuan memori dan  Kolaborasi pemeriksaan EEG - Untuk mengetahui kemungkinan kelainan pada
kerusakan sistem saraf pusat. SSP anak.

Anda mungkin juga menyukai