Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
kebutuhan komunikasi Komunikas adalah proses penyampaian pesan
seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku secara langsung maupun tidak langsung. menurut definisi Prof. Drs.
H.A.W. Widjaya yang mengatakan bahwa pengertian komunikasi adalah
hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.

B Fisiologi

sistem komunikasi Untuk berbicara, manusia menerima rangsang baik


melalui oragan reseptor umum maupun oragan reseptor khusus, impulsnya
dihantarkan melalui saraf otak atau saraf spinal atau SSO dan dilanjutkan ke SSP
area sensorik. Pengaruh sensorik disampaikan ke area motorik unutk kembali turun
ke SST dan akhirnya sampai ke efektor yang menghasilkan aktivitas bicara.

1. Reseptor Sensorik Organ reseptor umum (eksteroreseptif, interoreseptif,


propioreseptif) dan organ reseptor khusus (penglihatan, pendengaran,
keseimbangan, penghidu, pengecap) menerima rangsang.

2. Saraf Aferen Saraf otak I-XII dan saraf spinal menghantarkan impuls saraf ke
pusat pemrosesan di SSP

3. SSP area Broca (area motorik bicara), area Wernicke (area auditif), pusat
ideamotor (pusat refleks dalam memilih kata dan kalimat) merupakan pusat-pusat
yang terlibat dalam proses bicara.

4.Saraf Eferen Saraf eferen dari SSP ke SST menyampaikan sinyal saraf kepada
efektor untuk melakukan aktivitas bicara. Terdapat dua aspek untuk dapat
berkomunikasi, yaitu: aspek sensorik (input bahasa), melibatkan telinga dan mata,
dan kedua, aspek motorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan
pengaturannya.

Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem komunikasi macam


Macam Gangguan Komunikasi.

1) Gangguan bahasa / fungsi bahasa. Ketidakmampuan dan atau


keterbatasan kemampuan dalam menggunakan simbol-simbol bahasa
dalam komunikatif aktif / pasif. Beberapa bentuk gangguan bahasa
adalah sebagai berikut :

a. Gangguan bahasa perkembangan (Autisme,Mutisme,Lambatbelajar)

b. Gangguan bahasa dewasa (Afasia, Disfasia)


2) Gangguan bicara / Artikulasi Perkembangan bahasa tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan bicara. Perkembangan bahasa
seseorang akan mempengaruhi perkembangan bicara. Ditinjau dari segi
klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab
kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

a. Disaudia: kelainan bicara yang disebabkan oleh gangguan


pendengaran.
b. Dislogia:kelainan bicara yang disebabkan oleh kemampuan
kapasitas berfikir atau kecerdasan dibawah normal.
c. Disartria : kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan,
kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap
atau organ bicara karena adanya kerusakan sistem syaraf pusat.
d. Disglosia: kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan
bentuk struktur dari organ bicara.
e. Dislalia : kelainan bicara karena ketidakmampuan dalam
memperhatikan bunyi-bunyi bicara ya ng diterima, sehingga tidak
mampu membentuk konsep bahasa.

3). Kelainan Suara (voice disorders) Ialah hal-hal yang mempengaruhi


nada, kenyaringan dan kualitas bicara.

4). Kelaianan Irama/kelancaran Ialah apabila kelancaran wicara diganggu


oleh adanya perpanjangan atau pengulangan abnormal dalam bentuk
bunyi atau suku kata, kelainan tersebut di atas seringkali terjadi kae
mencoba menghindari kesulitan suatu bunyi.
C. Rencana asuhan kperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
b. Pemeriksaan Fisik: data fokus Fokus pengkajian pada anak 2 – 3 tahun
yang mengalami gangguan bicara

A. Data Subyektif :
1) Pada anak yang mengalami gangguan bahasa
a. Umur berapa anak saudara mulai mengucapkan satu kata
b. Umur berapa anak saudara mulai bisa menggunakan kata dalam suatu
kalimat
c. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru
d. Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat
yang diucapkan dalam kalimat yang diucapka
e. Siapa yang mengasuh di rumah
f. Bahasa apa yang digunakan bila berkomunikasi di rumah
g. Apakah pernah diajak mengucapkan kata-kata.
h. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam menyusun kata-kata.

2). Pada anak yang mengalami gangguan bicara :

a. Apakah anak anda sering gugup dalam mengulang suatu kata ?


b. Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung jika ingin
mengungkapkan suatu ide ?
c. Apakah anda pernah perhatikan anak anda memejamkan mata,
menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase jika diberikan kata-
kata baru yang sulit diucapkan ?
d. Apa yang anda lakukan jika hal di atas ditemukan ?
e. . Apakah anak anda pernah/sering menghilangkan bunyi dari suatu kata
?
f. Apakah anak anda sering menggunakan kata-kata yang salah tetapi
mempunyai bunyi yang hampir sama dngan suatu kata ?
g. Apakah anda kesulitan dalam mengerti kata-kata anak anda ?
h. Apakah orang lain merasa kesulitan dalam mengerti kata-kata anak
anda ?
i. Perhatikan riwayat penyakit yang berhubungan dengan gangguan
fungsi SSP seperti infeksi antenatal (Rubbela syndrome), perinatal
(trauma persalinan), post natal (infeksi otak, trauma kepala, tumor intra
kranial, konduksi elektrik otak).
B. Data Obyektif :

a. Kemampuan menggunakan kata-kata.


b. Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan,gagap,hambatan bahasa,
malas bicara).
c. Kemampuan dalam mengaplikasikan bahasa.
d. Umur anak.
e. Kemampuan membuat kalimat.
f. Kemampuan mempertahankan kontak mata.
g. Kehilangan pendengaran (Kerusakan indra pendengaran).
h. Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi.
i. Gangguan fungsi neurologis.

D. Pemeriksaan Penunjang
BERA(Brainstem Evoked Response Audiometry)merupakan cara
pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat-
pusat neural dan traktus di dalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus
auditorik.

Pemeriksaan audiometrik Pemeriksaan audiometrik diindikasikan untuk


anak-anak yang sangat kecil dan untuk anak-anak yang ketajaman
pendengarannya tampak terganggu. Ada 4 kategori pengukuran dengan
audiometrik:

a) Audiometrik tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan dengan
melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi. Respon yang diberikan dapat berupa
menoleh ke arah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di
ruangan yang tenang atu kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi tinggi.
Penilaian dilakukan terhadap respon yang diperlihatkan anak.

b) Audiometrik bermain, merupakna pemeriksaan pada anak yang dilakukan sambil bermain,
misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada tempat tertentu bila dia
mendengar bunyi. Dapat dimulai pada usia 3-4 tahun bila anak cukup kooperatif.

c) Audiometrik bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun dalam silabus pada
daftar yang disebut: phonetically balance word LBT (PB List). Anak diminta untuk
mengulangi kata-kata yang didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah
anak dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai
kemampuan anak dalam berbicara sehari-hari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar
(hearing aid).

d) Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.

 CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga didapatkan


gambaran area otak yanga abnormal.
 Timpanometri digunakan untuk mengukur kelenturan membrane timpani dan system
osikuler.
 Selain tes audiometrik, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling dikenal yaitu skala
Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ verbal, IQ performance, IQ
gabungan: Skala intelegensi Wechsler untuk anak III: penyelesaian susunan gambar.
Tes ini terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang umum, seperti gambar
pemandangan. Salah satu bagian yang penting dihilangkan dan anak diminta untuk
mengidentifikasinya. Respon dinilai sebagai salah atau benar.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul Diagnosa

1 : Kesiapan meningkatkan komunikasi

2.2.1 Definisi Pola pertukaran informasi dan ide dengan orang lain yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan hidup seseorang serta dapat ditingkatkan.

2.2.2 Batasan karakteristik Subjektif - mengungkapkan kepuasan dengan kemampuan untuk


berbagi informasi dan ide dengan orang lain. Objektif - Mampu untuk berbicara atau menulis
dalam suatu bahasa - Mengungkapkan pikiran dan perasaan - Mengungkapkan keinginan
untuk meningkatkan komunikasi - Membentuk kata, fase, dan kalimat - Menggunakan dan
menerjemahkan isyarat non verbal dengan sesuai.

2.2.3 Faktor yang berhubungan Tidak ada Diagnosa

2 : Hambatan komunikasi verbal

2.2.4 Definisi Penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima,
memproses, menghantarkan dan menggunakan sistem simbol.

2.2.5 Batasan Karakteristik - Tidak ada kontak mata - Tidak ada bicara - Kesulitan
mengekspresikan pikiran secara verbal - Kesulitan menyusun kalimat - Kesulitan menyusun
kata-kata - Kesulitan memahami pola komunikasi yang biasa - Kesulitan menggunakan
ekspresi tubuh - Kesulitan menggunakan ekspresi wajah - Disorientasi orang - Disorientasi
ruang - Disorientasi waktu - Tidak bicara – Dispnea

2.2.6 Faktor yang Berhubungan - Ketiadaan orang terdekat - Perubahan konsep diri -
Perubahan sistem saraf pusat - Tumor otak - Perubahan harga diri - Gangguan emosi -
Kendala lingkungan - Kurang informasi

2.3 Perencanaan Diagnosa

1 : Kesiapan meningkatkan komunikasi

2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Berdasarkan NOC Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat memperlihatkan komunikasi, yang dibuktikan
oleh indikator berikut: - Menggunakan bahasa tertulis,lisan, atau nonverbal - Menggunakan
bahasa isyarat - Menggunakan foto dan gambar - Merespon pesan yang telah diterima -
Bertukar pesan secara akurat dengan orang lain Kriteria hasil : - Komunikasi : Penerimaan,
interprestasi, dan ekspresi pesan verbal, tertulis, dan nonverbal. - Komunikasi ekspresif :
Ekspresi pesan verbal dan non verbal yang bermakna - Komunikasi reseptif : Penerimaan dan
interprestasi pesan verbal dan nonverbal

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC - Penurunan ansietas - Latihan
asertif - Peningkatan komunikasi - Pembinaan hubungan yang kompleks - Peningkatan
sosialisasi Diagnosa

2 : Hambatan komunikasi verbal

2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria) : Berdasarkan NOC Setelah dilakukan
tindakan keperawatan diharapkan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
dapat memperlihatkan komunikasi, yang dibuktikan oleh indikator berikut: - Menggunakan
bahasa tertulis,lisan, atau nonverbal

- Menggunakan bahasa isyarat - Menggunakan foto dan gambar - Merespon pesan yang telah
diterima - Bertukar pesan secara akurat dengan orang lain Kriteria hasil : - Komunikasi :
Penerimaan, interprestasi, dan ekspresi pesan verbal, tertulis, dan nonverbal. - Komunikasi
ekspresif : Ekspresi pesan verbal dan non verbal yang bermakna - Komunikasi reseptif :
Penerimaan dan interprestasi pesan verbal dan nonverbal - Pengolahan informasi :
Kemampuan untuk memperoleh, mengatur, dan menggunakan informasi

2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC - Gunakan penerjemah, bila
diperlukan - Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara - Dorong pasien untuk
berkomunikasi secar perlahan dan untuk mengulangi permintaan - Dengarkan dengan penuh
perhatian - Berdiri didepan pasien ketika berbicara - Gunakan kartu baca, kertas,
pensil,bahasa tubuh,gambar kosakata bahasa asing, dan lain-lain untuk memfasilitasi
komunikasi dua arah yang optimal - Barikan pujian positive.

III. Daftar Pustaka Hidayat, Azis A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 9. Jakarta : EGC Nurarif, Amin H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda. Edisi Revisi. Yogyakarta : Mediaction Publishing
https://infotumbuhkembang.com/2016/02/24/diagnosis-gangguan-bicarapada-anak/
Banjarmasin,.........................2016 Preseptor Akademik Preseptor Klinik
(.................................................) (.....................................................)

Anda mungkin juga menyukai