OLEH :
DAHLUL
A. 19. 11. 053
DOSEN PEMBIMBING
TENRIWATI,S.Kep.Ns,M.Kep
KASUS II
Maria berumur 19 tahun, gadis meksiko-amerika, bersama keluarganya
datang ke unit emergencydengan keluhan sesak nafas, RR 28 kali / menit,
nadi 88 kali / menit. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik klien menderita
asma bronkhial dan harus menjalani rawat inap. Sesaat kemudian
pamannya datang membawa sesajen berupa bunga dan perlengkapan
yang mengeluarkan asap dan meletakannya di bawah tempat tidur pasien.
Pamannya percaya pada voodo,harapan pamamnya sesajen tersebut dapat
mempercepat kesembuhan pasien.
KASUS III
Bapak Gatot berusia 51 tahun dirawat dengan post operasi hari keempat
fraktur tibia sepertiga distal, pagi itu pasien mengeluh nyeri sekali pada
daerah luka post operasi , ketika perawat melakukan pemeriksaan
terdapat tanda-tanda radang pada luka bapak gatot, menurut penjelasan
pasien tadi malam jam 24.00 luka diberikan taburan serbuk oleh keluarga
dan seorang penyembuh tradisional.
PENYELESAIAN TUGAS II
Asma Brongkhial
Adalah kondisi medis yang menyebabkan saluran napas paru-paru
membengkak dan menyempit. Pembengkakan membuat jalur udara
menghasilkan lendir berlebihan sehingga sulit untuk bernapas, yang
menyebabkan batuk, napas pendek.
Rawat Inap
adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga
kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan
di suatu ruangan di rumah sakit. Ruang rawat inap adalah ruang tempat
pasien dirawat.
Sesak nafas
Gangguan
istirahat tidur
5. Diagnosa keperawatan yang di angkat ( minimal 2 )
o Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit.
o Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit.
6. Intervensinya :
o Intervensi Utama
Latihan batuk efektif
Observasi
Periksa kembali penyebab gangguan berkemih ( mis,
kognitif, kehilangan, extremitas/fungsi extremitas,
kehilangan penglihatan.
Monitor pola dan kemampuan berkemih.
Terapeutik
Hindari penggunaan kateter indwelling.
Siapkan area toilet yang aman
Sediakan peralatan yang dibutuhkan dekat dan mudah di
jangkau ( mis, kursi komode, pispot, urinal )
Edukasi
Jelaskan arah-arah menuju kamar mandi/toilet pada pasien
dengan gangguan penglihatan.
Anjurkan intake cairan adekuat untuk mendukung output
urine.
Anjurkan eliminasi normal dengan beraktivitas dan olah raga
sesuai kemampuan.
o Intervensi Pendukung
Edukasi fisioterapi dada
Observasi
Identivikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima
informasi.
Terapeutik
Persiapkan materi dan media edukasi.
Berikan kesempatan pasien dan keluarganya untuk bertanya.
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada.
Jelaskan segmen paru-paru yang mengandung sekresi
berlebih.
Ajarkan mengeluarkan sekresi melalui pernafasan dalam.
Ajarkan batuk selama dan setelah prosedur.
o Intervensi Utama
Dukungan tidur
Observasi
Identivikasi pola aktivitas dan tidur.
Identifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik dan/atau
psikologis ).
Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi.
Terapeutik
Batasi waktu tidur siang, jika perlu.
Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur.
Tetapkan jadwal tidur rutin.
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.
Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.
Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menggangu
tidur.
o Intervesi Pendukung
Foto terapi gangguan mood /tidur
Observasi
Periksa program medis untuk foto terapi ( frekwensi, jarak,
intensitas, dan durasi fototerapi. )
Monitor efek samping ( mis, sakit kepala, kelelahan mata,
mual, insomnia, hiperaktif.)
Terapeutik
Sediakan sumber cahaya yang sesuai untuk terapi.
Hentikan terapi jika jika mengalami efek samping.
Modifikasi terapi untuk menurunkan efek samping, sesuai
indikasi.
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur foto terapi.
Absorsi calcium
Devisit volume
cairan
Defrasi saraf nyeri Tindakan bedah
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
SEKIAN