Anda di halaman 1dari 8

ABSES OTAK

Definisi :
Abses otak adalah infeksi lokal intrakranial yang dimulai dengan fase cerebritis dan berkembang menjadi
kumpulan nanah yang dikelilingi oleh kapsul. Abses otak dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, fungi, dan parasit.

Etiologi :
Banyak agen infeksius yang telah dilaporkan menjadi penyebab abses otak. Infeksi patogen bergantung
pada sumber infeksi utama, patogenesis dan faktor presdiposisi penderita. Walaupun demikian, pada 25%
kasus abses otak, hasil kultur tidak menunjukan adanya mikroorgnisme. Antara lain yaitu ; bakteri, fungi,
parasit.

Patofisiologi ;
Organisme penyebab abses otak dapat memasuki sistem saraf pusat melalui sumber infeksi yang dekat
dari otak pada 25% - 50% kasus. Sumber infeksi tersebut dapat berasal dari telinga tengah, sel mastoid,
dan sinus paranasal. Abses otak yang disebabkan oleh otitis media biasanya akan berlokasi di lobus
temporal atau serebelum.

Manifestasi Klinis :
Gejala klinis yang ditemukan pada abses otak tidak spesifik. Gejala klinis sesuai dengan ukuran dan
lokasi lesi di otak serta virulensi organisme penyebab infeksi. Simptom dan gejala awal penderita dengan
abses otak ialah sakit kepala (49%-97%), demam (32%-72%), defisit neurologis (20%-66%), status
mental alert (28%-91%), kejang (13%-35%), mual dan muntah (27%-95%), kaku kuduk (5%-52%), dan
papilledema (9-51%).

Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah
2. Pungsi Lumbal
3. Pencitraan
4. Kultur
Komplikasi :
Karena penanganan yang tepat akan menghindari kamu dari sejumlah komplikasi, seperti:

 Sinusitis, yaitu peradangan yang terjadi pada dinding sinus. Sinus sendiri merupakan rongga kecil
dalam hidung yang saling terhubung melalui saluran udara dalam tulang tengkorak.
 Meningitis, yaitu peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan pelindung yang
menyelimuti otak dan saraf tulang belakang.
 Mengalami kerusakan parah pada otak.
 Epilepsi, yaitu suatu kondisi yang dapat menjadikan seseorang mengalami kejang secara
berulang. 
 Otitis media, yaitu infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah, yang berfungsi untuk
menangkap getaran dan meneruskannya ke telinga bagian dalam.
 Mastoiditis, yaitu infeksi yang terjadi pada tulang mastoid tengkorak. Tulang ini terletak tepat di
belakang telinga. Mastoiditis sendiri dapat terjadi karena adanya otitis media akut.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


‘‘BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF’’
SDKI : BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF (D.0001)
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten.

Fisiologis :

 Spasme jalan napas


 Hipersekresi jalan napas
 Disfungsi neuromuskuler
 Benda asing dalam jalan napas
 Adanya jalan napas buatan
 Sekresi yang tertahan
 Hiperplasia dinding jalan napas
 Proses infeksi
 Respon alergi
 Efek agen farmakologia (mis. anastesi)

SLKI : Bersihan Jalan Napas Meningkat (L.01001)

SIKI :
1. Latihan Batuk Efektif (I.01006)

1. Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
2. Terapeutik
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu

2. Manajemen Jalan Nafas (I. 01011)


1. Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

3. Pemantauan Respirasi (I.01014)

1. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


‘‘ NYERI KRONIS ’’

SDKI : NYERI KRONIS (D.0078)

SLKI : TINGKAT NYERI MENURUN (L.08066)

SIKI :  MENEJEMEN NYERI (I. 08238)


1. Observasi
 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. PERAWATAN KENYAMANAN (I.08245)

1. Observasi
 Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
 Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
 Identifikasi masalah emosional dan spiritual
2. Terapeutik
 Berikan posiis yang nyaman
 Berikan kompres dingin atau hangat
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Berikan pemijatan
 Berikan terapi akupresur
 Berikan terapi hipnotis
 Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi
 Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi
3. Edukasi
 Jelaskna mnegenai kondisi dan pilihan terapi/ pengobatan
 Ajarkan terapi relaksasi
 Ajarkan latihan pernafasan
 Ajarkan tehnik distraksi dan imajinasi terbimbing
4. Kolaborasi
 Kolaborsi pemberian analgesic, antipruritis, anthihistamin, jika perlu
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
‘‘ANSIETAS’’

SDKI : ANSIETAS (D.0080)

SLKI : Tingkat Ansietas menurun

SIKI : REDUKSI ANXIETAS (I.09314)


1.  Observasi
 Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
2. Terapeutik
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu

B. TERAPI RELAKSASI

1. Observasi
 Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang
menganggu kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
 Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2. Terapeutik
 Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman,
jika memungkinkan
 Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
 Gunakan pakaian longgar
 Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
 Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai
3. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia (mis. music, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
 Anjurkan mengambil psosisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
 Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, pereganganm atau imajinasi
terbimbing )

Anda mungkin juga menyukai