DIABETES MELITUS
Combustio atau yang biasa disebut dengan luka bakar merupakan salah satu
kerusakan dan kehilangan jaringan yang biasa disebabkan oleh suhu yang sangat tinggi
seperti tersiram air panas (scald), tersentuh benda panas, serangan listrik, kobaran api (flame),
terkena bahan-bahan kimia, sengatan sinar matahari (sunburn) serta suhu yang sangat rendah
(Kurniawan & Susianti, 2017). Berdasarkan pedoman (Kemenkes, 2019) luka bakar
pada kualitas hidup yang cukup tinggi di masyarakat. Menurut penelitian (Mobayen et al.,
2022) luka bakar dapat disertai dengan perubahan fisik dan psikologis seperti ansietas, nyeri,
stres pasca trauma, depresi dan, insomnia. Oleh karena itu, nyeri merupakan salah satu efek
yang selalu timbul kepada pasien yang mengalami luka bakar. Berdasarkan penelitian
(Bozorgnejad et al., 2019) nyeri akan semangkin meningkat ketika dilakukan tindakan medis
seperti perawatan luka. Untuk itu penelitian dari (Sadeghi et al., 2020) melaporkan bahwa
aromaterapi menjadi salah satu terapi modalitas yang dapat membantu menurunkan nyeri.
Pedoman dari (WHO, 2018) melaporkan sekitar 180.000 kasus kematian terjadi akibat
luka bakar. Sebagian besar kejadian luka bakar terjadi pada wilayah dengan penghasilan
rendah seperti Asia Tenggara dan Afrika. Di Asia Tenggara sendiri tercatat 11,6% terjadi
kecacatan bahkan kematian yang disebabkan oleh luka bakar. Luka bakar yang terjadi di asia
tenggara memiliki angka kejadian tertinggi secara umum yaitu 27% orang dengan luka bakar
meninggal dunia. Hal ini dipengaruhi oleh luas luka bakar, kedalaman dari luka, usia
penderita, dan penanganan pertama yang kurang memadai. Menurut data dari (Kemenkes,
2019) Insiden rata-rata usia luka bakar yaitu 25,7 tahun (15- 54 tahun), hal ini disebabkan
oleh produktivitas dan terpapar oleh lingkungan di tempat kerja maupun dirumah. Menurut
(Kemenkes, 2019) data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sekitar 60% luka
bakar terjadi disebabkan karena kecelakaan rumah tangga, 20% kecelakaan kerja. Etiologi
luka bakar pada orang dewasa perempuan yang paling sering terjadi yaitu 2 karena air panas
sebesar 53,1%, hal ini dikarenakan orang sering memasak air dan membuat teh tanpa berhati-
hati. Insidensi luka bakar yang paling banyak terjadi yaitu luka bakar derajat II (deep partial-
thickness) sebesar 73% (Sarabahi, 2010). Luka bakar derajat II meliputi kerusakan pada
epidermis dan sebagian dermis dengan reaksi inflamasi disertai eksudasi, pada derajat ini ada
bula dan rasa nyeri akibat iritasi (Anggowarsito, 2014). Daerah tubuh yang paling sering
terkena luka bakar adalah ekstremitas sebesar 47,8%, di badan 31,9%, pada kepala 18,4% dan
Kerusakan epidermis pada luka bakar biasanya menimbulkan rasa nyeri akibat tidak
ada lapisan epidermis sehingga ujung-ujung saraf lebih sensitif oleh rangsangan. Rasa nyeri
semangkin hebat ketika mengganti balutan luka ataupun saat prosedur operasi
(Anggowarsito, 2014). Respon psikologis yang dialami oleh pasien luka bakar biasanya
dikarenakan dari kontrol nyeri yang tidak efektif, rawat inap dan ketakutan terhadap
sekitarnya. Sehingga hal ini mempersulit pasien untuk mengatasi penyakitnya dan
mempersulit pengobatan. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh (Sadeghi et al., 2020)
golongan obat anti inflamasi non steroid lazim diberikan untuk mengatasi nyeri, namun
penggunaan medikasi yang lama dapat menimbulkan efek samping seperti rasa mual, muntah
atau pusing gangguan pernapasan dan hemodinamik, sehingga farmakoterapi tidak cukup
untuk mengurangi rasa nyeri. Oleh karena itu, kebutuhan untuk memberikan pendekatan non
farmakologi dirasakan memiliki peranan bagi pasien yang tidak merespon terapi obat,
menderita efek samping obat, atau pasien yang tidak mau menggunakan obat. Terapi
nonfarmakologi bagi penderita luka bakar sangat bervariasi dan juga efektif, salah satunya
aromaterapi.
Menurut penelitian (Choi et al., 2018) aromaterapi merupakan terapi modalitas yang
berbahan dasar wangi-wangian, aroma ini biasanya dihasilkan dari ekstrak tumbuh-
tumbuhan, bunga, dan tanaman lain untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, emosional, dan
spiritual. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan yaitu menghirup aromaterapi, hal ini
dapat merangsang sistem saraf parasimpatis melalui hipotalamus sehingga mengurangi detak
jantung pasien, tekanan darah, membuat tubuh pasien rileks, mengurangi rasa sakit serta 3
mengurangi stres dan kecemasan. Mawar sendiri dapat menjadi sedative, antidepresan yang
mampu membuat seseorang yang menghirupnya menjadi lebih tenang dan mengurangi rasa
nyeri. Minyak atsiri mawar yang telah diekstrak dapat berfungsi menenangkan, mengurangi
depresi, stres, menurunkan intensitas nyeri, ketegangan, mengendurkan saraf dan membantu
mengatasi masalah insomnia. Minyak atsiri bunga mawar memiliki aroma yang harum dan
disukai banyak orang. Sehingga aromaterapi dengan mawar dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri terhadap pasien dengan luka bakar (Sadeghi et al., 2020).
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001) Pola Napas Tidak Efektif (D.0005 )
DEFINISI : Kelebihan atau kekurangan Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
pada membran alveolar – kapiler onset mendadak atau lamat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang 3 bulan
Terapi Oksigen
Definisi : intervensi yang dilakukan oleh Manajemen Nyeri (I. 08238)
perawat untuk memberikan tambahan
oksigen dalam rangka mencegah dan Definisi : intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
mengatasi kekurangan oksigen jaringan. mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
Observasi: fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen Observasi :
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor integritas mukosa hidung Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
akibat pemasangan oksigen intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Terapeutik: Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan
Bersihkan sekret pada mulut, hidung memperingan nyeri
dan trakea, jika perlu Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Pertahankan kepatenan jalan napas Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Berikan oksigen jika perlu Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Edukasi diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Ajarkan keluarga cara menggunakan
O2 di rumah Terapeutik
Edukasi