Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN (WOC)

DIABETES MELITUS

Margaretha Dwi Novijayanti Widjo


NIM.PO.62.20.1.19.415

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
1. Latar Belakang

Combustio atau yang biasa disebut dengan luka bakar merupakan salah satu

kerusakan dan kehilangan jaringan yang biasa disebabkan oleh suhu yang sangat tinggi

seperti tersiram air panas (scald), tersentuh benda panas, serangan listrik, kobaran api (flame),

terkena bahan-bahan kimia, sengatan sinar matahari (sunburn) serta suhu yang sangat rendah

(Kurniawan & Susianti, 2017). Berdasarkan pedoman (Kemenkes, 2019) luka bakar

menyebabkan tingginya angka morbiditas, mortalitas, gangguan psikologis, dan gangguan

pada kualitas hidup yang cukup tinggi di masyarakat. Menurut penelitian (Mobayen et al.,

2022) luka bakar dapat disertai dengan perubahan fisik dan psikologis seperti ansietas, nyeri,

stres pasca trauma, depresi dan, insomnia. Oleh karena itu, nyeri merupakan salah satu efek

yang selalu timbul kepada pasien yang mengalami luka bakar. Berdasarkan penelitian

(Bozorgnejad et al., 2019) nyeri akan semangkin meningkat ketika dilakukan tindakan medis

seperti perawatan luka. Untuk itu penelitian dari (Sadeghi et al., 2020) melaporkan bahwa

aromaterapi menjadi salah satu terapi modalitas yang dapat membantu menurunkan nyeri.

Pedoman dari (WHO, 2018) melaporkan sekitar 180.000 kasus kematian terjadi akibat

luka bakar. Sebagian besar kejadian luka bakar terjadi pada wilayah dengan penghasilan

rendah seperti Asia Tenggara dan Afrika. Di Asia Tenggara sendiri tercatat 11,6% terjadi

kecacatan bahkan kematian yang disebabkan oleh luka bakar. Luka bakar yang terjadi di asia

tenggara memiliki angka kejadian tertinggi secara umum yaitu 27% orang dengan luka bakar

meninggal dunia. Hal ini dipengaruhi oleh luas luka bakar, kedalaman dari luka, usia

penderita, dan penanganan pertama yang kurang memadai. Menurut data dari (Kemenkes,

2019) Insiden rata-rata usia luka bakar yaitu 25,7 tahun (15- 54 tahun), hal ini disebabkan

oleh produktivitas dan terpapar oleh lingkungan di tempat kerja maupun dirumah. Menurut

(Kemenkes, 2019) data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sekitar 60% luka

bakar terjadi disebabkan karena kecelakaan rumah tangga, 20% kecelakaan kerja. Etiologi
luka bakar pada orang dewasa perempuan yang paling sering terjadi yaitu 2 karena air panas

sebesar 53,1%, hal ini dikarenakan orang sering memasak air dan membuat teh tanpa berhati-

hati. Insidensi luka bakar yang paling banyak terjadi yaitu luka bakar derajat II (deep partial-

thickness) sebesar 73% (Sarabahi, 2010). Luka bakar derajat II meliputi kerusakan pada

epidermis dan sebagian dermis dengan reaksi inflamasi disertai eksudasi, pada derajat ini ada

bula dan rasa nyeri akibat iritasi (Anggowarsito, 2014). Daerah tubuh yang paling sering

terkena luka bakar adalah ekstremitas sebesar 47,8%, di badan 31,9%, pada kepala 18,4% dan

1,6% alat kelamin (Febrianto et al., 2016).

Kerusakan epidermis pada luka bakar biasanya menimbulkan rasa nyeri akibat tidak

ada lapisan epidermis sehingga ujung-ujung saraf lebih sensitif oleh rangsangan. Rasa nyeri

semangkin hebat ketika mengganti balutan luka ataupun saat prosedur operasi

(Anggowarsito, 2014). Respon psikologis yang dialami oleh pasien luka bakar biasanya

dikarenakan dari kontrol nyeri yang tidak efektif, rawat inap dan ketakutan terhadap

sekitarnya. Sehingga hal ini mempersulit pasien untuk mengatasi penyakitnya dan

mempersulit pengobatan. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh (Sadeghi et al., 2020)

golongan obat anti inflamasi non steroid lazim diberikan untuk mengatasi nyeri, namun

penggunaan medikasi yang lama dapat menimbulkan efek samping seperti rasa mual, muntah

atau pusing gangguan pernapasan dan hemodinamik, sehingga farmakoterapi tidak cukup

untuk mengurangi rasa nyeri. Oleh karena itu, kebutuhan untuk memberikan pendekatan non

farmakologi dirasakan memiliki peranan bagi pasien yang tidak merespon terapi obat,

menderita efek samping obat, atau pasien yang tidak mau menggunakan obat. Terapi

nonfarmakologi bagi penderita luka bakar sangat bervariasi dan juga efektif, salah satunya

aromaterapi.

Menurut penelitian (Choi et al., 2018) aromaterapi merupakan terapi modalitas yang

berbahan dasar wangi-wangian, aroma ini biasanya dihasilkan dari ekstrak tumbuh-
tumbuhan, bunga, dan tanaman lain untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, emosional, dan

spiritual. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan yaitu menghirup aromaterapi, hal ini

dapat merangsang sistem saraf parasimpatis melalui hipotalamus sehingga mengurangi detak

jantung pasien, tekanan darah, membuat tubuh pasien rileks, mengurangi rasa sakit serta 3

mengurangi stres dan kecemasan. Mawar sendiri dapat menjadi sedative, antidepresan yang

mampu membuat seseorang yang menghirupnya menjadi lebih tenang dan mengurangi rasa

nyeri. Minyak atsiri mawar yang telah diekstrak dapat berfungsi menenangkan, mengurangi

depresi, stres, menurunkan intensitas nyeri, ketegangan, mengendurkan saraf dan membantu

mengatasi masalah insomnia. Minyak atsiri bunga mawar memiliki aroma yang harum dan

disukai banyak orang. Sehingga aromaterapi dengan mawar dipercaya dapat menurunkan

intensitas nyeri terhadap pasien dengan luka bakar (Sadeghi et al., 2020).
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001) Pola Napas Tidak Efektif (D.0005 )

Definisi : ketidakmampuan membersihkan DEFINISI : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang


sekret atau obstruksi jalan nafas untuk tidak memberikan ventilasi adekuat
mempertahankan jalan nafas tetap paten.

Manajemen Jalan Napas Pemantauan Respirasi

Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola Definisi : intervensi yang dilakukan oleh


kepatenan jalan napas perawat untuk mengumpulkan dan
menganalisis data untuk memastikan
Observasi: 
kepatenan jalan napas dan keefektifan
pertukaran gas.
 Monitor pola napas 
 Monitor bunyi napas tambahan
Observasi: 
 Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
 Monitor pola nafas, monitor saturasi
Terapeutik
oksigen
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman
 Pertahankan kepatenan jalan napas
dan upaya napas
 Posisikan semi fowler atau fowler
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari
Terapeutik
15 detik
 Berikan oksigen, jika perlu
 Atur Interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Kolaborasi
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Gangguan Pertukaran Gas (D.0003 ) Nyeri Akut (D.0077)

DEFINISI : Kelebihan atau kekurangan Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
pada membran alveolar – kapiler onset mendadak atau lamat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang 3 bulan
Terapi Oksigen
Definisi :  intervensi yang dilakukan oleh Manajemen Nyeri (I. 08238)
perawat untuk memberikan tambahan
oksigen dalam rangka mencegah dan Definisi :  intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk
mengatasi kekurangan oksigen jaringan. mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
Observasi:  fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen Observasi :
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor integritas mukosa hidung  Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
akibat pemasangan oksigen intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
Terapeutik:   Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan
 Bersihkan sekret pada mulut, hidung memperingan nyeri
dan trakea, jika perlu  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Pertahankan kepatenan jalan napas  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Berikan oksigen jika perlu  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
Edukasi diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Ajarkan keluarga cara menggunakan
O2 di rumah Terapeutik

Kolaborasi  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi


rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai