Anda di halaman 1dari 18

Askep Pada

Asma Kelompok 1 :

1. Afni Handayani (2001002)


2. Alfina Diah K. (2001003)
3. Alviah Damayanti (2001004)
4. Alwi Fakhrul R. (2001005)
5. Anisa Nurhayati (2001006)
6. Anisa Septiani (2001007)
7. Audy Kesuma H. (2001008)
Tinjauan Teori
Pengertian
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif
mukosa bronkus terhadap alergen yang bersifat reversibel. Reaksi hipersensitif
pada bronkus dapat mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus
(Sukarmin, 2019).

Etiologi
Faktor pemicu timbulnya reaksi hipersensistifitas saluran pernapasan dapat berupa :
1. Hirup debu yang didapatkan dijalan raya maupun debu rumah tangga.
2. Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pembakaran.
3. Hirup aerosol (asap pabrik yang bercampur gas buangan seperti nitrogen).
4. Pajanan hawa dingin.
5. Bulu binatang.
6. Stress yang berlebihan ronkus
Manifestasi Klinis Dan
Patofisiologi

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada pasien asmatikus adalah batuk, dyspnea (sesak
nafas), dan wheezing (terengah-engah). Pada sebagian penderita disertai dengan
rasa nyeri dada, pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisa, duduk dengan tangan menyangga ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras (Sukarmin, 2019).

Patofisiologi
Faktor pencetus dari asma seperti faktor genetik, alergi, dan stress akan
menyebabkan timbulnya asma. Kondisi asma yang berat dan tidak kunjung
membaik saat sudah dilakukam intervensi akan menjadi status asmatikus. Status
asmatikus menyebabkan abnormalitas pada paru paru dimana pada fase ini fungsi
paru akan menurun yang menyebabkan terjadinya penyempitan pada jalan nafas
dan ekspansi paru. Ekspansi paru bisa menyebabkan seseorang mengalami
hiperventilasi sehingga retensi terhadap oksigen lalu terjadilah asidosis
respiratorik.
Komplikasi

Komplikasi yang ditimbulkan oleh status asmatikus adalah :


1. Atelaktasis
2. Hipoksemia
3. Pneumothoraks Ventil
4. Emfisema
5. Gagal napas
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan Sputum Gambaran radiologi pada asma pada umumnya
2. Pemeriksaan Darah normal. Pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
P e m e r i k s a a n Te s K u l i t radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan
berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi Scanning Paru
yang positif pada asma.
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat
Spirometri dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas
reversible, cara yang paling cepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan
Elektrokardiografi
dengan bronkodilator.
Penatalaksanaan
Ada 5 (lima) komponen yang dapat diterapkan
dalam penatalaksanaan asma, yaitu :

1 2 3 4 5

KIE dan Identifikasi Penilaian, Penatalaksan Keadaan


hubungan dan pengobatan aan asma khusus
dokter menurunkan dan monitor eksaserbasi seperti ibu
pasien pajanan asma akut hamil,
terhadap hipertensi,
faktor risiko diabetes
melitus, dll
Lanjutan
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)
Serangan akut adalah episodik perburukan
pada asma yang harus diketahui oleh pasien.
Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh
pasien di rumah dan apabila tidak ada perbaikan
segera ke fasilitas pelayanan kesehatan.

2. Penatalaksanaan Asma Jangka Panjang


Penatalaksanaan jangka panjang meliputi :
 Edukasi
 Obat Asma
Asuhan
A.
Keperawatan
Konsep asuhan keperawatan
Pengkajian
a) P e n g k a j i a n p r i m e r :
 Airway
Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan suara nafas
tambahan wheezing akibat dari penyempitan pada jalan nafas.
 Breathing
Adanya penyempitan pada jalan napas pasien menyebabkan
bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang
diperlukan oleh tubuh.

 Circulation
Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat
untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat
untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit.
 Disability
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien
dengan status asmatius mengalami penurunan kesadaran.
1. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum :
 Kesadaran penderita :
apatis, sopor, koma,
gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan
klien.
 Ta n d a - t a n d a v i t a l :
tekanan darah, nadi, dan
pernafsan meningkat.

B. Pengkajian Sekunder
Lanjutan

b ) H e a d To T o e :

 Kepala. Tidak ada gangguan yaitu normo cephalic


simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala,
PCH +
 L e h e r. Ti d a k a d a g a n g g u a n y a i t u s i m e t r i s , t i d a k a d a
penonjolan, reflek menelan ada.
 Thoraks.
Inspeksi : Pernafasan meningkat, penggunaan otot bantu
nafas.
Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fremitus raba sama
Perkusi : Suara ketok sonor
Auskultasi : Suara nafas tambahan wheezing
 Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung
Palpasi : Nadi meningkat
Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal tak ada mur-mur
• Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada kemerahan
dan lesi
Auskultasi : Kaji bising usus
Perkusi : Suara thympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
• Genetalis-Anus
Normal, labia mayora kering/lembab,
tidak ada hemoroid, tidak ada inflamasi
• Sistem musculoskeletal
Tidak ada edema, CRT>3 detik, akral
dingin

Lanjutan
Diagnosa Keperawatan

1. Pola Nafas Tidak Efektif

2. Gangguan Pertukaran Gas

3. Perfusi Perifer Tidak Efektif

4. Intoleransi Aktivitas
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Nafas


Efektif Selama 10 menit diharapkan pola Tindakan
nafas membaik dengan kriteria Observasi :
 Monitor pola nafas
hasil:
 Monitor bunyi nafas tambahan
 Dispnea menurun Terapeutik :
 Penggunaan otot bantu napas  Pertahankan kepatenan jalan nafas
menurun  Posisikan fowler atau semifowler
 Pemanjangan fase ekspirasi  Berikan oksigenasi, bila perlu
menurun Kolaborasi :
 Frekuensi napas membaik  Kolaborasi pemberian ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Lanjutan

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Respirasi
Gas keperawatan selama 10 menit Tindakan
diharapkan pertukaran gas Observasi :
meningkat dengan kriteria hasil : Monitor frekuensi, irama dan kedalaman nafas
 Dyspnea menurun Monitor pola nafas
 Bunyi nafas tambahan menurun Monitor adanya sumbatan nafas baru
 Takikardi membaik Auskultasi bunyi nafas
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
Informasikan hasil pemantauan, bila perlu
Lanjutan

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

Perfusi Perifer Setelah dilakukan intervensi Perawatan Sirkulasi


Tidak Efektif diharapkan perfusi perifer Tindakan
meningkat dengan kriteria hasil: Observasi :
 Denyut nadi perifer meningkat  Periksa sirkulasi perifer
 Kulit pucat menurun Terapeurik:
 Akral membaik  Hindari pemasangan infus atau pengambilan
 Turgor kulit membaik darah pada di area keterbatasan perfusi
 Pengisian kapiler membaik  Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan
Lanjutan

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Intoleransi Aktifitas Setelah dilakukan intervensi Manajemen Energi
keperawatan selama 10 menit Tindakan
Observasi :
diharapkan toleransi aktivitas  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
meningkat dengan kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan
 Saturasi oksigen meningkat  Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Kemudahan melakukan aktivitas Terapeurik :
sehari hari meningkat  Lakukan latihan gerak pasif dan aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Kecepatan berjalan meningkat  Fasilitas duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat
 Kekuatan tubuh meningkat berpindah atau berjalan
 Keluhan lelah menurun Edukasi
 Perasaan lemah menurun  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
tidak berkurang
Implementasi Dan Evaluasi

Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses


keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang dibuat
berdasarkan diagnosis yang tepat, diharapkan dapat
mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien.

Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan kontak
dengan klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subyektif dan
obyektif dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain. Selain itu,
evaluasi juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari
kondisi, terapi, sumber daya pemulihan, dan hasil yang diharapkan.
Thank

Anda mungkin juga menyukai