KEPERAWATAN ANAK
Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya
2 kelainan jantung.
Etiologi Asma
Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor autonom,
imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada berbagai
individu.
Faktor imunologis
Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik,
eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti
debu rumah, tepung sari, dan ketombe.
Faktor endokrin
Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan
menstruasi, terutama premenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita
menopause.
Faktor psikologis
Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan dewasa
yang berpenyakit asma
Klasifikasi Asma
Asma Ringan
Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan
terapi pelega saja
Asma Sedang
Adalah asma terkontrol dengan terapi obat
pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long
acting beta agonist (LABA).
Asma Berat
Adalah asma yang membutuhkan terapi dengan obat
pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long
acting beta agonist (LABA)
Manifestasi Klinis Asma
Dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol :
• Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
• Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
• Wheezing belum ada
• Belum ada kelainana bentuk thorak
• Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE
• Blood gas analysis (BGA) belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan :
• Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
• Wheezing c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
• Penurunan tekanan parial O2
Lanjutan...
2. Stadium lanjut/kronik
• Batuk, ronchi
• Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan
• Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
• Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
• Thorak seperti barel chest
• Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
• Sianosis
• Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %
• Rongga paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
• Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik
Patofisiologi
Penyakit asma dianggap merupakan penyakit yang disebabkan
karena adanya penyempitan bronkus saja, sehingga terapi utama pada
saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti betaegonis dan golongan
metil ksantin saja. Namun, para ahli mengemukakan konsep baru yang
kemudian digunakan hingga kini, yaitu bahwa asma merupakan
penyakit inflamasi pada saluran pernafasan, yang ditandai dengan
bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon yang berlebihan terhadap
rangsangan (hyperresponsiveness). Selain itu juga terdapat
penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan kecepatan aliran
udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi hiperinflasi distal,
perubahan mekanis paru- paru, dan meningkatnya kesulitan bernafasan.
Selain itu juga dapat terjadipeningkatan sekresi mukus yang berlebihan
(Zullies, 2016)
PATHWAY
Penatalaksanaan Asma
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah mencapai asma terkontrol sehingga penderita asma dapat hidup n
ormal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka
akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks,
yaitu toraks membungkuk ke depan dan memanjang. Bila sekret banyak
dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat terjadi
atelektasis pada lobus segmen yang sesuai.
Pemeriksaan Diagnostik Asma
Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea
(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi (pada
beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
Lanjutan...
Riwayat Kesehatan Dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim).
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien
mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama
perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan
perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua
tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.
Lanjutan...
No Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien NIC :
jalan napas b.d respon mampu : 1. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas
alergi. 1. Respiratory status : Ventilation dalam
2. Respiratory status : Airway patency
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
3. Aspiration Control
ventilasi dengan semi fowler
Kriteria Hasil :
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
4. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
alat jalan nafas buatan
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
lips) 5. Berikan bronkodilator bila perlu
5. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa 6. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang keseimbangan nafas
normal, tidak ada suara nafas abnormal) 7. Monitor respirasi dan status O2
6. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
Lanjutan...
No Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien NIC :
gas b.d perubahan mampu : 1. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
1. Respiratory Status : Gas exchange kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
membran alveolar –
2. Respiratory Status : ventilation
kapiler biot
3. Vital Sign Status
2. Tentukan kebutuhan suction dengan
Dengan kriteria hasil :
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
4. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi
jalan napas utama
yang adekuat
5. Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
distress pernafasan 4. Berikan bronkodilator bila perlu
6. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang 5. Monitor kelelahan otot diafragma
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak
ada pursed lips)
7. Tanda tanda vital dalam rentang normal
Lanjutan...
No Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
3. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien NIC :
napas b.d hambatan mampu : 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
1. Respiratory status : Ventilation lift atau jaw thrust bila perlu
upaya nafas
2. Respiratory status : Airway patency
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
3. Vital sign Status
ventilasi semi fowler
Dengan Kriteria Hasil :
3. Berikan bronkodilator bila perlu
4. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
4. Monitor respirasi dan status O2
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak
5. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
ada pursed lips) 6. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
5. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa sign
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
6. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)
Lanjutan...
No Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
4. Ansiestas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, NIC :
kebutuhan tidak pasien mampu : 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Implementasi atau pelaksanaan yaitu sesuai dengan ITP dengan intervensi yang sudah
ditetapkan (sesuai dengan literature). Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari
fasilitas yang dimiliki.
Lanjutan...
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d respon alergi
• Menganjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam
• Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dengan semi fowler
• Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
• Melakukan fisioterapi dada jika perlu
• Memberikan bronkodilator bila perlu
• Mengatur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan nafas
• Memonitor respirasi dan status O2
Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar – kapiler
• Memonitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
• Menentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
• Melakukan fisioterapi dada jika perlu
• Memberikan bronkodilator bila perlu
• Memonitor kelelahan otot diafragma
Lanjutan...
Ketidakefektifan pola napas b.d hambatan upaya nafas
• Membuka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
• Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi semi fowler
• Memberikan bronkodilator bila perlu
• Memonitor respirasi dan status O2
• Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Mengidentifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Ansiestas b.d kebutuhan tidak terpenuhi
• Menggunakan pendekatan yang menenangkan
• Menemani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
• Mendorong keluarga untuk menemani anak
• Membantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
• Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
• Menginstruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
• Memberikan obat untuk mengurangi kecemasan
Lanjutan...
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor psikologis
• Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
• Meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
• Memberikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
• Mengajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
• Memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
• Memonitor adanya penurunan berat badan
• Mencatat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan tubuh
• Berkolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat.
• Membantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
• Mengajarkan klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
• Menyediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
• Memonitor respon fisik, emosi, social dan spiritual
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk melengkapi proses keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai, melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Penilaian sesuai dengan criteria standart yang telah ditetapkan dengan perencanaan. Meskipun tahap
evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan , tetapi evaluasi merupakan bagian integral pada setiap
tahap proses keperawatan. Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukan apakah realistik dapat
dicapai dan efektif.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan asma adalah:
1. Bersihan jalan nafas efektif
2. Ventilasi dan pertukaran gas efektif
3. Pola napas efektif
4. Kecemasan orang tua berkurang/hilang, pengetahuan orang tua bertambah, keluarga memahami
kondisi pasien.
5. Pemenuhan nutrisi adekuat
6. Aktivitas dapat di tingkatkan
THANK YOU