Anda di halaman 1dari 8

Nama: Fivi Lestari

NIM : 2012101010010

VENTILASI MEKANIK

A. Definisi
- Ventilasi Mekanis (MV) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
pemberian bantuan hidup kepada pasien menggunakan saluran udara invasive dan
mesin yang memberikan oksigen bertekanan (Terry & Weaver, 2011)
- Ventilasi mekanik dengan alatnya yang disebut ventilator adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatan. Ventilasi mekanik
merupakan peralatan “wajib” pada unit perawatan intensif atau ICU. (Corwin,
Elizabeth J, 2001).
- Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan
bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paruparu
melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian
atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi (Brunner dan
Suddarth, 2002).
B. Tujuan Pemasangan Ventilasi Mekanik
- Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pertukaran gas dan mengurangi kerja
pernapasan dengan memberikan konsentrasi oksigen yang telah ditentukan pada
volume tidal yang memadai.
- Tujuan utama klien yang menerima ventilasi mekanis meliputi perbaikan pertukaran
gas, pemeliharaan jalan napas yang paten, pencegahan trauma, peningkatan
komunikasi yang optimal, meminimalkan kecemasan, dan tidak adanya komplikasi
jantung dan paru.
- Tujuan lainnya antara lain:
 Mengurangi kerja pernapasan
 Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien
 Pemberian MV yang akurat
 Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi 5
 Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat
C. Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik
1. Pasien dengan gagal nafas.
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun hipoksemia
yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi ventilasi mekanik.
Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan ventilasi mekanik sebelum
terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres pernafasan disebabkan ketidakadekuatan
ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya dapat berupa kerusakan paru (seperti pada
pneumonia) maupun karena kelemahan otot pernafasan dada (kegagalan memompa
udara karena distrofi otot).
2. Insufisiensi jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan primer.
Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan aliran darah
pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan konsumsi
oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi mekanik untuk
mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja jantung juga
berkurang.
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi untuk
menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien
dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama operasi
akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan ventilasi
mekanik.
D. Perawatan Pasien dengan Ventilasi Mekanik
- Kaji pasien yang terpasang ventilator
- Pemberian obat penenang
- Berikan sedasi (agen pelemas otot)
- Periksa ventilator
E. Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
 Tanda-tanda vital
 Bukti adanya hipoksia 
 Frekuensi dan pola pernafasan
 Bunyi nafas
 Status neurologis
 Volume tidal, ventilasi 1 menit, kapasitas vital kuat
 Kebutuhan pengisapan
 Upaya ventilasi spontan pasien
 Status nutrisi
 Status psikologis
- Diagnosa Keperawatan
a. Sebelum Dipasang Ventilasi Mekanik
1. Gangguan Ventilasi Spontan bd kelelahan otot pernapasan
Tanda & Gejala :
 Dispnea
 Penggunaan otot bantu    napas meningkat
 volume tidal menurun
 PCO2 meningkat
 PO2 menurun
 SaO2 menurun
 Gelisah
 Takikardia
2. Ansietas bd Kurang Informasi
Tanda & Gejala :
 Merasa binggung 
 Merasa khawatir dengan akibat kondisi yang dihadapi 
 Tampak gelisah
 Tampak binggung 
 Frekuensi nadi meningkat
 Frekuensi nafas meningkat 
b. Saat dipasangkan Ventilasi Mekanik
1.Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif bd adanya jalan napas buatan, sekresi yang
tertahan
Tanda & gejala:
 Batuk tidak efektif
 Sputum berlebih
 Mengi, wheazing dan/atau ronchi kering
 Dispnea
 Ortopnea
 Sianosis
 Frekuensi napas berubah
 Pola napas berubah
2.Resiko Infeksi bd efek prosedur invasif
c. Setelah Dipasangkan Ventilasi Mekanik
Gangguan Penyapihan Ventilator bd hambatan upaya napas
Tanda Gejala:
 frekuensi nafas meningkat 
 penggunaan otot bantu nafas 
 Nafas mengap mengap (Gasping)
 Nafas dangkal 
 Upaya nafas dan bantuan Ventilator tidak sikron 
No Diagnosa Tujuan dan Kriterai hasil Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan  Perhatikan warna, bau, jumlah,
Ventilasi keperawatan 3X24 jam dan konsistensi dahak.
Spontan diharapkan mampu  Lakukan auskultasi paru-paru
mempertahankan pernapasan untuk mendengar adanya bunyi
yang adekuat dengan napas normal atau suara
kriteria hasil: tambahan.
 Dispnea menurun  Pantau saturasi oksigen sebelum
 SpO2 meningkat dan setelah suction
 Volume tidal membaik menggunakan oksimetri nadi.
 PCO2 normal Intervensi sebelum intubasi
 PO2 normal  Pertahankan jalan nafasklien. 
 Gunakan OPA atau NPA sesuai
kebutuhan.
 Pertahankan klien dalam posisi
duduk Semi-Fowler sesuai
toleransi.
 Dorong Latihan pernafasan
dalam dan batuk.
 Gunakan hisap nasotrakeal
sesuai kebutuhan jika batuk dan
pernapasan dalam tidak berguna.
 Preparation for endotracheal
intubatior 
 Beri tahu terapi pernapasan
menggunkan ventilator mekanis
Bantu Intubasi
 Letakkan klien dalam posisi
terlentang, leher terentang
hiperekstensi kecuali ada
kontraindikasi dan sejajarkan
orofaring klien, orofaring
posterior, dan trakea 
 Berikan tekanan pada krikoid
seperti sesuai arahan dokter 
 Berikan oksigenasi dan ventilasi
menggunakan kantong dan
masker.
 Ambu sesuai kebutuhan sebelum
dan setelah setiap upaya intubasi
 Jika intubasi sulit dilakukan,
dokter akan menghentikannya
secara berkala agar oksigenasi
tetap terjaga dengan ventilasi
buatan oleh kantong dan masker
Ambu.
Intervensi setelah intubasi
 Membantu dengan verifikasi
penempatan tabung ET yang
benar. 
 Gunakan detektor karbondioksida
sesuai petunjuk
 Periksa volume manset dengan
memeriksa :
A. apakah klien dapat berbicara
atau mengeluarkan suara di
sekitar tabung
B. Apakah volume yang
dihembuskan secara signifikan
lebih kecil daripada volume
yang dikirimkan
 Untuk memperbaiki, kocok
kembali manset secara
perlahan dengan udara
sampai tidak ada kebocoran
yang terdeteksi.
 Beritahu terapis pernapasan
untuk memeriksa tekana
manset
 Monitor alarm, perhatikan
bahwa alarm tekanan untuk
mengetahu kebutuhan klien
untuk penyedotan
 Alarm tekanan rendah
mungkin berupa pemutusan
ventilator
 Jika sumber alarm tidak
dapat ditemukan, berikan
ventilasi kepada klien
dengan tas ambu sampai
bantuan tiba
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
keperawatan selama 2x24 jam,  Monitor tanda tanda ansietas 
diharapkan nyeri berkurang  Ciptakan suasana teraputik untuk
dengan kriteria hasil: menumbuhkan kepercayaan 
 Verbalisasi khawatir  Temani pasien untuk mengurangi
akibat kondisi yang kecemasan 
dihadapi menurun  Gunakan pendekatan yang tenang
 Tekanan darah normal dan meyakinkan 
(120/80 mmHg)  Latih Teknik relaksasi non-
 RR normal farmakologis (mis. Napas dalam)
(16-19x/menit)

3 Bersihan Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan napas


Jalan nafas keperawatan diharapkan  Monitor pola napas
tidak efektif manajemen jalan napas paten  Monitor bunyi napas
dengan kriteria hasil:  Monitor sputum
 Dispnea menurun  Pertahankan kepatenan jalan napas
 Tidak menggunakan otot  Posisikan semi-fowler atau fowler
bantu napas  Berikan minum hangat
 Gelisah berkurang  Lakukan suctin kurang dari 15
 Suara mengi hilang detik
 Produksi sputum  Ajarkan teknik batuk efektif
Pemantauan Respirasi
 Monitor irama, frekuensi,
kedalaman dan upaya napas
 Monitor adanya sumbatan jalan
napas
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi Oksigen
4 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Penyapihan Ventilasi Mekanik
penyapihan keperawatan diharapkan  Periksa kemampuan untuk
ventilator pasien mampu beradaptasi disapih (meliputi hemodinamik
dengan pengurangan bantuan stabil, kondisi optimal, bebas
ventilator mekanik dengan infeksi)
kriteria hasil:   Monitor prediktor kemampuan
 Penggunaan otot bantu untuk mentolerir penyapihan
napas berkurang (mis. tingkat kemampuan
 Napas mengap-mengap bernapas, kekuatan inspirasi)
dan dangkal berkurang  Monitor tanda-tanda kelelahan
 Dispnea menurun otot pernapasan (mis. kenaikan
 Gelisah berkurang  PaCO2 mendadak, napas cepat
dan dangkal, gerakan dining
abdomen paradoks), hipoksemia,
dan hipoksia jaringan saat
penyapihan
 Monitor status cairan dan
elektorlit
 Posisikan pasien semi Fowler
(30 - 45 derajat)
 Lakukan uji coba penyapihan
(30 - 120 menit dengan napas
spontan yang dibantu ventilator)
 Berikan dukungan psikologis
 Ajarkan cara pengontrolan napas
saat penyapihan
5 Resiko Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
Infeksi keperawatan diharapkan  Monitor tanda dan gejala infeksi
pasien mampu mengurangi lokal dan sistemik
resiko terjadinya infeksi  Cuci tangan sebelum dan
dengan kriteria hasil:  sesudah kontak dengan pasien
 Demam menurun dan lingkungan pasien
 Nyeri menurun  Batasi jumlah pengunjung
 Kebersihan badan  Pertahankan teknik aseptik pada
meningkat pasien berisiko tinggi
 Drainase purulen  Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Kadar sel darah putih  Ajarkan etika batuk 
normal  Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan
meningkatkan asupan nutrisi dan
cairan.

Daftar Pustaka
 Terry, C. L. & Weaver, A. (2011). Critical Care Nursing DeMYSTiFieD.
Yoogyakarta: Rapha.
 Smeltzer, S.C., Bare, B. G., Hincle, J. I. & Cheever, K. H. (2008). Textbook of
medica surgical nursing; brunner & suddarth’s (Ed 11). Philadelphia: Lippincott
william & Wilkins.
 Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi 
dan Indikator Diagnosis,Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai