Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

SQUAMOUS CELL CARCINOMA

DISUSUN OLEH:

ANISA DEVIANDA FIDIANDARI

201720401011163

SMF BEDAH RS BHAYANGKARA KEDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

SQUAMOUS CELL CARCINOMA

Disusun Oleh:

ANISA DEVIANDA FIDIANDARI (201720401011163)

Hari, Tanggal: Sabtu, 5 Januari 2019

Mengetahui dan menyetujui untuk dilakukan presentasi

Pembimbing

dr. Yuswar Nurullah, Sp.B


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat

dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus stase

bedah tentang Squamous Cell Carcinoma untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik (Coass) Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Malang di RS Bhayangkara Kediri pada Departemen

Ilmu Bedah.

Dengan terselesaikannya laporan kasus ini, penulis mengucapkam terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Yuswar Nurullah, Sp. B selaku

pembimbing penulis, yang telah membimbing dalam pembuatan laporan kasus ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini tidak luput dari

berbagai kekurangan. Sehingga peneliti sangat mengharapkan masukan dari

berbagai pihak. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

dan pembaca, menjadi sumbangan yang berguna bagi perkembangan ilmu

pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Kediri, Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
2.1 Definisi .............................................................................................. 5
2.2 Anatomi ............................................................................................. 5
2.3 Epidemiologi .................................................................................... 12
2.4 Klasifikasi ........................................................................................ 13
2.5 Patofisiologi ..................................................................................... 14
2.6 Manifestasi Klinis ............................................................................ 15
2.7 Tatalaksana....................................................................................... 16
2.8 Komplikasi ....................................................................................... 18
2.9 Diagnosa Banding ............................................................................ 19
BAB 3. LAPORAN KASUS ................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 34
BAB 1
PENDAHULUAN

Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada manusia
yang dapat diikuti perkembangannya secara dini karena dapat dilihat dan diraba
sejak permulaan. Pengawasan dan penemuan tumor kulit dapat dilakukan dengan
lebih teliti dan dini, apabila masyarakat juga ikut ditingkatkan pengetahuannya.
Pengetahuan ini meliputi penjelasan khusus tentang tumor melalui media masa
(radio,TV, surat kabar dan lain-lain) serta meningkatkan daya pikir masyarakat
pada umumnya. Dengan meningkatnya pengetahuan, maka daya tangkap mengenai
penjelasan melalui media masa menjadi lebih mantap, dan diharapkan masyarakat
akan datang secara sadar untuk berkonsultasi dengan dokter atau pusat-pusat
kesehatan terdekat.
Tumor kulit dapat dibagi menjadi tumor jinak, tumor prakanker dan tumor
ganas. Tumor ganas dilihat dari segi histopatologi mempunyai strukur yang tidak
teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus dan
sitoplasma umumnya pertumbuhannya cepat (kecuali basalioma) dengan gambaran
mitosis yang abnormal (Djuanda et al,1987). Jenis tumor ganas kulit yang banyak
ditemukan diseluruh dunia meliputi karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa
dan melanoma maligna.
Karsinoma sel skuamosa atau disebut sebagai Squamous Cell Carcinoma
adalah neoplasma maligna yang berasal dari keratinizing cell/keratinocytes dari
epidermis dengan karakteristik terjadinya anaplasia, tumbuh cepat, menginfiltrasi
jaringan sekitar dan mempunyai potensi untuk metastasis. Manifestasi klinis KSS
lebih sering dijumpai pada area leher dan kepala pada kulit putih dan pada daerah
yang tidak terekspos matahari pada kulit hitam, dan orang asia.
Potensi metastase dari KSS tergantung dari kedalaman infiltrasinya. Semakin
dalam infiltrasinya, semakin tinggi potensi untuk metastasis. Rekurensi tumor juga
mempunyai risiko metastasis lebih tinggi. Adanya infiltrasi/invasi perineural
mempunyai potensi untuk metastasis sebesar 35%. KSS pada bibir, daun telinga,
dan pada daerah dengan jaringan parut dan inflamasimempunyai potensi untuk
metastasi lebih besar.
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesis

1. Identitas Pasien:

Nama : Tn. Katijan

Usia : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Dusun Panceran, Ngancar, Kediri

Status : Sudah Menikah

Pekerjaan : Petani

MRS : 15/11/2018

Ruangan : Bugenvil

2. Keluhan Utama: Benjolan di pangkal paha kanan

3. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh terdapat benjolan di pangkal

paha kanan, kurang lebih 2 bulan ini. Awalnya seperti udun. Berwarna merah

lama-lama semakin membesar dan keluar nanah. Nyeri (+) terasa panas (+)

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi disangkal, diabetes mellitus disangkal, jantung disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada yang seperti ini, Hipertensi disangkal, diabetes mellitus

disangkal, keluarga riwayat kanker disangkal.

6. Riwayat Sosial:

Aktivitas sehari-hari sebagai petani, yang aktif pergi ke sawah untuk

bekerja.

2.2 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

- Kesadaran: compos mentis. GCS 456

2. Tanda vital:

- Tekanan Darah : 140/90mmHg

- RR : 20 kali/menit

- Suhu : 36 oC

- Nadi : 80 kali/menit

3. Kepala dan leher : Konjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-), Dyspneu (-),

Sianosis (-)

4. Thorax:

- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, pola nafas: reguler,

eupneu

- Palpasi : Tidak ada pelebaran ics.

- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru.

- Auskultasi : vesikuler diseluruh lapangan paru, wheezing (-), Ronkhi

(-), S1/S2 tunggal reguler, gallop(-), murmur (-)


5. Abdomen

- Inspeksi : bentuk normal, flat

- Palpasi : supel, hepar dan lien sulit dievaluasi, nyeri tekan regio

hipokondrium dekstra, epigastrium, lumbal dextra (-), murphy sign (-)

- Perkusi : timpani seluruh permukaan abdomen

- Auskultasi : bising usus (+) normal

6. Ekstremitas:

Oedem (-), akral: hangat, kering, merah, CRT <2 detik.

2.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium (10/11/2018)

Darah lengkap: Urin lengkap:

SG: 1.020
HB: 12,2
pH: 8
LED: 20
Leu: neg
WBC: 9700
Nit: neg
RBC: 4,26
Pro: neg
HCT: 37,1
Glu: normal
MCV: 87
KET: 15 mg/dl ++
MCH 28,7
UBG: normal
MCHC 33,0
BIL: neg
PLT : 389.000
ERY: neg
NEU 65,3
Sedimen
LYM: 29,0
- Eritrosit: neg
MON: 3,4 - Lekosit: neg
- Kristal: ca phosphate 0-1/lpk
EOS: 1,7 - Ephitel: Blast 0-1/lpk
BAS: 0,6 - Silinder: neg

BILIRUBIN D/I: 1,22/0,98 PPT: T:8,3 C:10,0

BILIRUBIN TOTAL: 2,20 -INR: 0,74

APTT: T:32,6 C:26,7

HbsAg: Non Reaktif

2. Patologi Klinik

Kesimpulan:

2.4 Diagnosis

Squamous Cell Carcinoma

2.5 Penatalaksanaan

Puasa 8 jam

Infus RL 20 tpm

Pro open kolesistektomi

2.6 Prognosis

Dubia ad bonam

2.7 Follow up

Tanggal S O A P

14/11/18 nyeri perut ulu hati KU baik Kolelitiasis R/ operasi


+, hilang timbul kolesistektomi
(Hari-5) TD = 120/80 mmHg
besok
Mual (-)
Muntah(-). Pusing N = 90 kali/menit
(-)
RR = 20 kali/menit

Suhu = 36,4oC

Akral : hangat

USG: kolelitiasis

15/11/18 nyeri setelah op. KU baik Post-op Inf RL 20 tpm


(terasa cenut- Kolesistekt
(hari-6) TD = 120/80 mmHg D5 1500 +pethidib
cenut). Mual(-), omi
½ amp 20 tpm
muntah(-), panas(- N = 88 kali/menit
), pusing(-), ma/mi Dexketoprofen 3x1
RR = 20 kali/menit
(-)). BAB (-), BAK
Anbacim 2x1 gr
(+), flatus (+). Suhu = 36,6oC

Akral : hangat

Luka tertutup kassa.

16/11/18 nyeri ↓. Nyeri pada KU : baik Post-op Tx lanjut.


epigastrium saat di Kolesistekt
(hari-7) TD = 110/70 mmHg Ondansetron 2x1
beri makan, omi
amp
Mual(-), batuk tapi N = 83 kali/menit
dahak tidak bisa
RR = 18 kali/menit
keluar, muntah(-),
panas(-), pusing(- Suhu = 36,5oC
), ma/mi +. BAB (-
Akral Hangat
), BAK (+), flatus
(+). Luka tertutup kassa

1711/18 Keluhan (-), nyeri KU baik Post-op R/ KRS siang


↓↓ , epigastium Kolesistekt
(hari-8) TD = 120/80 mmHg Inf RL 20 tpm
tidak nyeri waktu omi
makan N = 82 kali/menit Anbacim 2x1 gr
RR = 18 kali/menit -As.mef 3x1

Suhu = 36,2oC

Akral hangat

Luka tertutup kassa,

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI
Karsinoma sel skuamosa atau disebut sebagai Squamous Cell Carcinoma
adalah neoplasma maligna yang berasal dari keratinizing cell/keratinocytes dari
epidermis dengan karakteristik terjadinya anaplasia, tumbuh cepat, menginfiltrasi
jaringan sekitar dan mempunyai potensi untuk metastasis (Manuaba, 2010).

3.2 ANATOMI
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16
% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm - 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong (McLafferty E et al, 2012).

Kulit melindungi tubuh dan merupakan benteng pertahanan terhadap


bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan
seluruh kulit,maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan elektrolit-
elektrolit yang penting akan menghilang dari tubuh, akan menguap dan elektrolit-
elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah
penderita luka bakar. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri
dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang bertautan.

Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ektoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat. Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan
pokok terdiri dari : a. lapisan epidermis, b. lapisan dermis, c. subkutis, sedangkan
alat-alat tambahan juga terdapat pada kulit antara lain kuku, rambut, kelenjar
sebacea, kelenjar apokrin, kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang terdapat
pada kulit dinamakan appendices atau adneksa kulit.
Gambar 2.1 Anatomi Kulit

A. EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di
tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi
Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :

1. Stratum Korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar dan
terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin atau zat tanduk.
2. Stratum Lusidum adalah lapisan kulit yang terdapat langsung dibawah stratum
korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Biasanya terdapat pada kulit tebal
telapak kaki dan telapak tangan tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2-3 lapis sel-sel
gepeng dengan sitoplasma yang terisi oleh granula basofilik kasar (granula
keratohialin) yang mengandung protein kaya akan histidin. Mukosa biasanya
tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga tampak jelas pada
telapak tangan dan kaki.
4. Stratum Spinosum (stratum malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk polygonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak
ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng
bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar
sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Diantara sel spinosum terdapat pula sel langerhans.
5. Stratum Basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubis (kolumnar) yang tersusun
vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).
Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini
mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis
sel yaitu sel yang berbentuk kolumnar dan sel pembentuk melanin.

B. DERMIS

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap


sebagai “True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung
dan paling tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan epidermis ini tidaklah
sebagai bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis yang
menonjol ke dalam epidermis dinamakan papilla, sedangkan bagian epidermis yang
menonjol ke dermis disebut rete ridge. Fungsi Dermis : struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.

Dermis ini tersusun dari beberapa unsur atau organ yang meliputi: unsur
seluler, unsur fibrous, substansi dasar, pembuluh darah dan limfe, sistem saraf.
Kelima unsur atau organ yang menyusun dermis akan kita bahas satu demi satu.

1. Unsur seluler lebih banyak didapatkan pada stratum papillaris yang terdiri dari:

 Fibroblast: merupakan sel pembentuk unsur untuk fibrous dan substansi


dasarnya
 Sel mast : merupakan sel pembentuk dan penyimpanan histamin dan
histamine like substance yang berperan dalam anafilaksis.
 Makrofag : merupakan sel fagosit yang berfungsi memfagosit bahan-bahan
asing fan mikroorganisme.
 Leukosit : Banyak dijumpai pada proses-proses peradangan yang dapat
berupa mononuklear ataupun granulosit.
2. Unsur fibrous lebih padat pada stratum retikularis dibandingkan pada stratum
papilaris. Unsur fibrous terdiri dari :

 Kolagen : merupakan 70% dari berat kering seluruh jaringan ikat, serabut
ini terbentuk oleh fibroblast, tersusun atas fibrin dari rantai polypeptide.
Serabut ini bertanggung jawab pada ketegangan kulit merupakan unsure
pembentuk garis langer (cleavage line)
 Elastin : Hanya 2 % dari berat kering jaringan ikat. Serabut elastin, ini juga
dibentuk oleh fibroblast tetapi susunannya lebih halus disbandingkan
dengan kolagen. Serabut elastin ini bertanggung jawab atas elastisitas kulit.
 Retikulin : Merupakan serabut kolagen yang masih muda dan hanyalah
dapat dilihat dengan pewarna khusus.
 Substansi dasar, tersusun dari bahan mukopolisakaris (asam hialuronat dan
dermatan sulfat), yang juga dibentuk oleh fibroblast. Substansi dasar hanya
merupakan 0,1% dari berat kering jaringan ikat, tetapi substansi dasar ini
mampu menahan sejumlah air, sehingga akan menempati ruang terbesar
dari dermis.
 Pembuluh darah dan limfe :
Pada kulit yang masih normal, darah yang sampai pada kulit merupakan
10% dari seluruh peredaran darah dalam tubuh. Pembuluh darah di dalam
kulit terdiri dari 2 plexus yaitu :

1. Plexus superficialis : terdapat pada bagian atas dermis dan tersusun


sejajar dengan epidermis. Plexus superficialis ini terdiri dari atas
kepiler-kapiler, endarteriole dan venulae yang member makan ke
papilla.
2. Plexus profunda : Terdapat pada bagian bawah dermis atau dekat
subcutis dan terutama terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yang lebih
besar dari pada plexus superficialis.

Pada jari-jari di antara arteriol dan venule terdapat kelompokan otot polos yang
mempunyai fungsi khusus yaitu mengatur shunt arterio-venosa dan sering
dinamakan glomus. Sedangkan pembuluh limfe biasanya mengikuti pembuluh
darah.

1. Sistem saraf

Kulit diinervasi oleh kira-kira 1.000.000 serabut saraf aferen. Sebagian


besar terdapat pada wajah dan ekstremitas, sedangkan pada punggung relative
sedikit. Serabut saraf ini mempunyai akson dengan badan sel yang berada
pada dorsal root ganglia . Serabut saraf ini masuk kulit melalui lapisan lemak
subkutan, kemudian masing-masing terbagi dua yaitu serabut saraf bermyelin
dan serabut saraf tidak bermyelin. Serabut saraf bermyelin berjalan horizontal
membentuk anyaman dengan serabut yang sama, kemudian naik ascenden
bersama pembuluh darah dan menginervasi dermis bagian superficial. Dalam
perjalanan selanjutnya serabut ini dibungkus oleh sel Schwann dan sebagian
tidak bermyelin. Sebagian berakhir di dermis, beberapa melakukan penetrasi
membrane basalis tetapi tidak jauh melanjut ke epidermis.

Ada 3 macam serabut saraf yang terdapat pada kulit, yaitu :

1. Serabut adrenergik : berfungsi untuk menginervasi pembuluh darah (untuk


vasokonstriksi pembuluh darah, m erector papilare (untuk kontraksi otot
tersebut), dan kelenjar apokrin (untuk pengatur sekresi kelenjar apokrin.
2. Serabut kolinergik : berfungsi menginervasi kelenjar ekrin.
3. Serabut sensorik : berfungsi untuk menerima rangsangan dari luar tubuh.
Ada beberapa akhiran serabut saraf sensorik, yaitu : Korpuskulum
Meisnerri, Korpuskulum Paccini, Akhiran serabut saraf bebas.

Ketiga akhiran serabut sensorik tersebut lebih jauh adalah sebagai berikut :

1. Korpuskulum Meisnerri berfungsi menerima rangsangan sentuhan dan


tekanan ringan. Terdapat pada papilla dermis dan paling banyak dapat
dijumpai pada telapak tangan dan kaki.
2. Korpuskulum Paccini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan dalam
dan terdapat pada dermis bagian dalam terutama pada bagian-bagian badan
yang sering menahan beban berat.
3. Akhiran saraf rambut bebas berfungsi untuk menerima rangsangan panas,
dingin, nyeri, gatal. Akhiran saraf bebas ini terdapat terutama pada papilla
dermis dan sekitar folikel rambut.

Batas antara epidermis dan dermis dibentuk oleh zone membrane basalis.
Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane ini dapat dilihat terdiri
dari 4 komponen yaitu, membran sel dari sel basal dengan hemidesmosom,
celah intermembranous, lamina basalis, komponen fibrous dermis yang dapat
dilihat dengan mikroskop biasa dengan pewarna khusus menggunakan PAS.
Zone membrane basalis ini merupakan filter semipermeable yang
memungkinkan pertukaran sel dn cairan antara dermis dan epidermis(2).

C. SUBKUTIS

Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari


atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel-sel lemak merupakan sel
bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh
trabekula dan fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose,
berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf
tepi, pembulu darah dan getah bening.

Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di


abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, didaerah kelopak mata dan penis
sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan. Fungsi Subkutis /
hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol
bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus yaitu pleksus yang terletak


dibagian atas dermis (pleksus superfisialis) dan yang terletak disubkutis
(pleksus profunda). Pleksus yang didermis mengadakan anastomose di papil
dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan
anastomose, dibagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar.
Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening.

3.3 EPIDEMIOLOGI
Karsinoma sel skuamosa merupakan salah satu dari 10 jenis kanker
yang paling sering terjadi diseluruh dunia, dengan insidensi pada pria 5% dan
wanita 2%. Di Amerika Serikat karsinoma sel skuamosa kulit merupakan
tumor ganas kulit non melanoma ke-2 terbanyak setelah karsinoma sel basal
dan merupakan 20 % dari keganasan kulit. Pada data American Cancer Society
didapatkan perbandingan antara karsinoma sel skuamosa kulit dengan
karsinoma sel basal 1:3 (Stratigos et al,2015).
Karsinoma sel skuamosa kulit lebih sering dijumpai pada orang kulit
putih daripada kulit berwarna dan lebih banyak dijumpai pada laki-laki
dibandingkan dengan wanita, terutama pada usia 40–50 tahun (Davis and
Bordeaux,2013). Insiden karsinoma sel skuamosa kulit meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Kekambuhan karsinoma sel skuamosa kulit kulit
masih tinggi yaitu 2 % dan 8,9 % paska eksisi luas dengan batas eksisi pada
jarak 2 cm dari tepi tumor, paska radioterapi 7 % - 50 % dan 20 % paska
kuretase dan elektrodeseksi.

3.4 KLASIFIKASI
Klasifikasi dari karsinoma sel skuamosa kulit mempergunakan sistem TNM
dari UICC, yaitu :
T untuk besar tumor primer, dibagi atas :
o Tx keadaan awal, tumor sulit dijumpai
o Tis karsinoma insitu, sel-sel tumor belum menginfiltrasi lapisan
papilaris dermis
o T0 tumor primer tidak ditemukan
o T1 diameter tumor terbesar < 2 cm, terletak superfisial atau di
lapisan epidermis atau tumbuh exofitik
o T2 diameter tumor terbesar 2 – 5 cm atau sudah ada infiltrasi
minimal ke dermis
o T3 diameter tumor terbesar > 5 cm atau sudah ada infiltrasi ke dalam
dermis
o T4 tumor yang sudah mengenai unsur lain : fascia, otot, tulang
rawan, Tulang

Diameter dari tumor juga berpengaruh terhadap timbulnya


metastase dan terjadinya kekambuhan karena pada lesi yang luas umumnya
gambaran differensiasinya moderat dan buruk kemungkinannya terjadinya
kekambuhan
menjadi lebih besar.

o N untuk limfonodi yang terkena dibagi atas :


o Nx keadaan awal dari penyebaran ke limfonodi regional sulit
diketahui
o N0 tidak dijumpai kelenjar limfe regional yang membesar
o N1 ada pembesaran kelenjar limfe regional

o M untuk metastase jauh yang terjadi:


o Mx keadaan awal untuk mengetahui metastase sulit
o M0 tidak ada metastase jauh
o M1 ada metastase jauh pada organ lain (paru, tulang, hepar, otak,
pleura)

Metastase karsinoma sel skuamosa kulit yang sebelumnya normal


yaitu 3 %, mukokutan metastase 11 %, skar luka bakar atau adanya lesi
sebelumnya metastase 10 – 30 %. Sedangkan proses terjadinya metastase
dari sakit selang 1 bulan 2,5 %, 6 bulan 40 %, 1 tahun 70 %.

Stadium klinis berdasarkan TNM yaitu :


 Stadium I = T1N0M0
 Stadium II = T2 – T3 N0M0
 Stadium III = T4N0M0 atau any TN1M0
 Stadium IV = Any T Any N dan M1

Stadium klinis ini berpengaruh terhadap kekambuhan karsinoma sel


skuamosa kulit karena pada stadium yang lebih tinggi sudah terjadi
metastase pada kelenjar limfe regional ataupun T dari tumor yang lebih
besar atau sudah infiltrasi lebih dalam. Pertumbuhan sel kanker juga
dikarenakan zeta chain TCR (T cell receptor) yang hilang. Makin banyak
zeta chain yang hilang maka makin agresif atau makin tinggi stadiumnya.

3.5 PATOFISIOLOGI
Patogenesis molekuler KSS mencerminkan akumulasi perubahan
genetik yang terjadi selama periode bertahun-tahun. Perubahan ini terjadi
pada gen-gen yang mengkodekan protein yang mengendalikan siklus sel,
keselamatan sel, motilitas sel dan angiogenesis. Setiap mutasi genetik
memberikan keuntungan pertumbuhan yang selektif, membiarkan perluasan
klonal sel-sel mutan dengan peningkatan potensi malignansi.
Karsinogenesis merupakan suatu proses genetik yang menuju pada
perubahan morfologi dan tingkah laku seluler. Gen-gen utama yang terlibat
pada KSS meliputi proto-onkogen dan gen supresor tumor (tumor suppresor
genes/TSGs). Faktor lain yang memainkan peranan pada perkembangan
penyakit meliputi kehilangan alel pada rasio lain kromosom, mutasi pada
proto-onkogen dan TSG, atau perubahan epigenetik seperti metilasi atau
histonin diasetilasi DNA. Faktor pertumbuhan sitokin, angiogenesis, molekul
adesi sel, fungsi imun dan regulasi homeostatik pada sel-sel normal yang
mengelilingi juga memainkan peranan.

3.6 MANIFESTASI KLINIS


Karsinoma sel skuamosa kulit pada umumnya sering terjadi pada usia
40 – 50 tahun dengan lokasi yang tersering adalah pada daerah yang banyak
terpapar sinar matahari seperti wajah, telinga, bibir bawah, punggung, tangan
dan tungkai bawah.
Secara klinis ada 2 bentuk karsinoma sel skuamosa kulit :
1. Karsinoma sel skuamosa kulit insitu
Terbatas pada epidermis dan terjadi pada berbagai lesi kulit yang telah
ada sebelumnya seperti solar keratosis, kronis radiasi keratosis, hidrokarbon
keratosis, arsenikal keratosis, kornu kutanea, penyakit Bowen dan eritroplasia
Queyrat. Karsinoma sel skuamosa kulit insitu ini dapat menetap di epidermis
dalam jangka waktu lama dan tak dapat diprediksi, dapat menembus lapisan
basal sampai ke dermis dan selanjutnya bermetastase melalui saluran getah
bening regional.

2. Karsinoma sel skuamosa kulit invasif


Karsinoma sel skuamosa kulit invasif dapat berkembang dari
karsinoma sel skuamosa kulit insitu dan dapat juga dari kulit normal,
walaupun jarang. Karsinoma sel skuamosa kulit yang dini baik yang muncul
pada karsinoma insitu, lesi pramaligna atau kulit yang normal, biasanya
adalah berupa nodul kecil dengan batas yang tidak jelas, berwarna sama
dengan warna kulit atau agak sedikit eritema. Permukaannya mula-mula
lembut kemudian berkembang menjadi verukosa atau papilamatosa. Ulserasi
biasanya timbul di dekat pusat dari tumor, dapat terjadi cepat atau lambat,
sering sebelum tumor berdiameter 1 – 2 cm. Permukaan tumor mungkin
granular dan mudah berdarah, sedangkan pinggir ulkus biasanya meninggi
dan mengeras, dapat dijumpai adanya krusta

3.7 TATALAKSANA
Prinsip penanganan karsinoma sel skuamosa kulit adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan tindakan pilihan utama dan bisa
dipergunakan baik terhadap lesi yang kecil maupun yang besar. Pembedahan
harus dilakukan dengan pembiusan total karena pembiusan lokal dapat
terjadi penyeberangan dari sel-sel tumor mengikuti ujung jarum suntik yang
dipergunakan. Pembedahan yang dilakukan sebagai terapi dari karsinoma sel
skuamosa kulit adalah eksisi luas dengan batas irisan dari tepi tumor sebesar
2 cm atau lebih dalam 2 cm.
Ada beberapa ahli yang mengatakan bila diameter terpanjang tumor
tersebut < 2 cm maka irisan cukup 1 cm dari tepi tumor, sedangkan bila
diameter terpanjang dari tumor tersebut > 2 cm maka dianjurkan untuk
melakukan irisan 2 cm atau lebih. Penanganan terhadap luka pasca eksisi
dapat dilakukan penutupan primer, hanya dianjurkan jangan melakukan
pembebasan jaringan subkutis bila luka lebar tapi disarankan untuk
melakukan tandur kulit. Hal ini untuk mengurangi terjadinya skar ataupun
sikatrik yang dapat merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
kekambuhan.

Keuntungan tindakan pembedahan antara lain :


- Dapat dilakukan pada tumor yang kecil maupun besar
- Dapat dilakukan pada kasus yang residif
- Jaringan bawah kulit yang terkena dapat sekaligus dieksisi

Kerugian dari pembedahan adalah :


- Tidak dapat dilakukan pada penderita dengan kontraindikasi operasi
(gangguan fungsi ginjal, hepar dan jantung).
- Lokasi tumor yang bila dilakukan eksisi dapat menimbulkan problem baru
(seperti palpebra) dan jarak eksisi dari tepi tumor yang tidak dapat optimal.

2. Radioterapi
Radioterapi pada penderita karsinoma sel skuamosa kulit dianjurkan
diberikan pada penderita yang lesi tumornya terletak pada daerah yang sulit
(sekitar mata, bibir dan hidung) bila dilakukan pembedahan ataupun pada
penderita yang sudah dilakukan eksisi dan tidak dapat melakukan irisan pada
jarak 2 cm dari tumor dan penderita sudah tua. Dosis total yang dianjurkan
adalah 4000 – 4500 rad, yang diberikan 300 rad/hari berturut – turut sampai
5 hari atau minggu dan lama pemberian adalah 2 – 3 minggu. Kesembuhan
karsinoma sel skuamosa kulit setelah radioterapi jika ukuran tumor < 1 cm,1
–5 cm 76 %, dan jika > 5 cm 56 %.

3. Sitostatika
Modalitas terapi ini dianjurkan sebagai suatu terapi tambahan dan
terutama untuk kasus dengan adanya metastase jauh, juga pada penderita
dengan lesi pada tempat sulit untuk melakukan eksisi 2 cm dari tepi tumor.
Adapun yang dipergunakan untuk terapi ini adalah Bleomysin dengan dosis
15 mg/m2 luas permukaan badan (lpb), dapat dikombinasi dengan Metotrexat
30 mg/m2 atau dikombinasi dengan Cisplatinum 60 mg/m2 dan Metotrexat
30 mg/m2 hari kedua, serta diulang tiap 3 minggu. Berreta menganjurkan
pemberian Adriamycine dengan dosis 50 mg/m2 lpb dan Cisplatinum dengan
dosis 75 mg/m2 lpb (CP) dengan pemberian setiap 3 minggu sekali atau
siklofosfamid 500 mg/m2 hari kedua, Vinkristin 1,5 mg/m2 lpb hari ke-1, 8,
dan 15, Adriamicin 50 mg/m2 hari kedua, dan Dakarbasin 250 mg/m2 hari
ke-1 sampai ke-5 (CYDAVIC) serta diulang tiap 3 minggu. Pada stadium
lanjut dan tak bisa dioperasi maka modalitas terapi yang lebih baik adalah
kombinasi antara sitostatika Karboplatin (turunan Cisplatin) 50 mg/m2 pada
hari ke-1 –4, minggu ke 1,2,5, dan 6 (hari ke 1 dan 2) diikuti radioterapi mulai
minggu ke 3,6 7,2 Gy dengan 2,1 Gy perhari.

3.8 KOMPLIKASI
Karsinoma sel skuamosa yang tidak diobati pada kulit dapat
merusak jaringan sehat disekitarnya, menyebar ke kelenjar getah bening atau
organ lainnya, dan mungkin berakibat fatal meskipun hal ini jarang terjadi.

Resiko karsinoma sel skuamosa yang agresif pada kulit dapat meningkat pada
kasus dimana kanker:
 Sangat besar atau dalam
 Melibatkan selaput lendir, seperti bibir
 Terjadi pada seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,
seperti seseorang yang menggunakan obat anti-rejection setelah
transplantasi organ atau seseorang yang memiliki leukemia kronis.

3.9 DIAGNOSA BANDING


1. Keratosis aktinik
2. Karsinoma sel basal

1. Keratosis Aktinik
Keratosis aktinik (AK) atau keratosis solar adalah lesi displastik yang
umum terjadi pada keratinosit. Terjadi paling sering pada kulit, soliter atau
multipel, kecil, sedikit menonjol, bersisik atau mirip kutil dan berwarna merah
hingga kuning kecoklatan atau hitam.
Tanda dan gejala keratosis aktinik berkembang sebagai berikut:
 Lesi awalnya sebagai bintik kecil dan kasar yang lebih mudah dirasakan
daripada yang terlihat dan memiliki gambaran sepertii tekstur amplas.
 Seiring waktu lesi membesar, biasanya menjadi merah dan bersisik
 Sebagian besar lesi hanya berukuran 3-10 mm, namun ukurannya bisa
mencapai beberapa sentimeter

Gambar 2.2 Keratosis Aktinik


2. Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal (BCC) adalah kanker kulit non melanocytic (yaitu
tumor epitel) yang timbul dari sel basal (yaitu sel kecil bulat yang ditemukan di
lapisan bawah epidermis). Prognosis untuk pasien dengan BCC sangat baik,
namun jika penyakit ini diijinkan untuk berkembang, dapat menyebabkan
morbiditas yang signifikan. Tanda dan gejala
Sekitar 85% BCC terjadi pada wajah, kepala (kulit kepala termasuk), dan
leher; yang lain muncul di bagasi atau ekstremitas; jarang, mereka mungkin
terjadi di tangan.
Ciri khas lainnya dari tumor BCC adalah sebagai berikut:
 Papul lilin dengan depresi sentral
 Pearly appearance
 Erosi atau ulserasi: Sering bersifat sentral dan berpigmen
 Pendarahan: Apalagi saat trauma
 Daerah yang mengering atau berkerak: Di BCC besar
 Digulung (dibesarkan) border
 Translucency
 Telangiektasis di atas permukaan
 Tumbuh lambat : 0,5 cm dalam 1-2 tahun

 Daerah berwarna biru tua atau coklat


Gambar 2.3 Basalioma

DAFTAR PUSTAKA

Davis J MD, Bordeaux J MD MPH, 2013. Squamous Cell Carcinoma. JAMA


Dermatology Patient. Page : 1448.

Djuanda A, et al.1987. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.Jakarta. Edisi 1. Hal : 187

Kirby J.S, Scharnitz T, Seiverling E.V, Ahrns H., And Ferguson S.2015.Actinic
Keratosis Clinical Practice Guidelines: AN Appraisal Of Quality. Review
Article Hindawi Publishing Corporation Dermatology Research and
Practice Volume 7.

Manuaba T.W. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi. Sagung


Seto. Hal : 154.

McLafferty E, et al.2012. The integumentary system: anatomy, physiology and


function of skin. Nursing Standard. 27, 3, 35-42, september 19 :: vol 27 no
3
Stratigos, et al.2015.Diagnosis and treatment of invasive squamous cell carcinoma
of the skin: European consensus-based interdisciplinary guideline. Elsevier
European Journal of Cancer.

Anda mungkin juga menyukai