PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Magnesium sulfat pertama kali dicoba untuk pengobatan kejang oleh Meltzer
pada tahun 1899 dan bersamaan dengan Auer mencobanya untuk pengobatan
kejang pada kera yang sakit tetanus. Khon dan Sraubee sependapat dengan
mereka dan mulai mengunakan magnesium sulfat untuk pengobatan penderita
1,2
tetanus.
Secara historis, MgSO4 mulai hidup sebagai tokolitik selama akhir 1960 tidak
didasarkan pada uji klinis, tetapi pada mencari- temuan dari percobaan
laboratorium. Secara in vitro, magnesium dianggap mampu untuk merusak
kontraktilitas miometrium. Dalam pandangan dari data ini saja, MgSO4
sebagai tokolisis dengan cepat diterima dalam praktek klinis utama dan dalam
penggunaan klinis luas selama lebih dari satu decade 13.
Dan pada akhirnya pada tahun 1995 didasarkan pada landasan epidemiologi
yang kuat, MAGNET (Magnesium and Neurologic Endpoints Trial) memulai
langkah yang masuk akal dalam pengujian ' hipotesis magnesium' sebagai
neuroprotektif 13.
Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk
1,7
pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat. Di Indonesia
sendiri pengunaan magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan
eklampsia sudah cukup lama dan pada saat KOGI VI tahun 1985 di Ujung
Pandang oleh Satgas Gestosis POGI ditetapkan magnesium sulfat merupakan
satu-satunya obat yang dipakai untuk pengobatan preeklampsia dan
7
eklampsia .
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas
kepanitraan klinik dokter muda di RSUD Jenderal Ahmad Yani, kota Metro.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MAGNESIUM SULFAT
3
B. FARMAKOKINETIK
4
Cruikshank et al menunjukan bahwa 50% magnesium akan diekskresikan
melalui ginjal pada 4 jam pertama setelah pemberian bolus intravena, 75%
setelah 20 jam dan 90% setelah 24 jam pemberian. Pitchard
mendemontrasikan bahwa 99% magnesium akan diekskresikan melalui
2
ginjal setelah 24 jam pemberian intavena .
C. FARMAKODINAMIK
1. Mekanisme Kerja
a. Sistem Enzym
Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian
reaksi adenosin fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam
rangkaian metabolisme fosfat. Juga berperan penting dalam
metabolisme intraseluler, misalnya proses pengikatan messanger-
1
RNA dalam ribosom.
b. Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler.
Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan
menjadi pokok pembahasan. Beberapa penulis berpendapat bahwa
aksi magnesium sulfat di perifer pada neuromuskular junction
dengan minimal atau tidak ada sama sekali pengaruh pada sentral.
Tapi sebagian besar penulis berpendapat bahwa aksi utamanya
2
adalah sentral dengan efek minimal blok neuromuskuler.
5
kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini mungkin disebabkan
1,4,10,11
karena adanya hambatan pada neuromuskular perifer.
6
c. Sistem neuromuskular
Magnesium mempunyai pengaruh depresi langsung terhadap otot
rangka. Kelebihan magnesium dapat menyebabkan :
Penurunan pelepasan asetilkolin pada motor end-plate oleh syaraf
simpatis.
Penurunan kepekaan motor end-plate terhadap asetilkolin.
Penurunan amplitudo potensial motor end-plate.
7
Kadar magnesium 2-5 meq/liter dapat menurunkan tekanan darah.
Hal ini terjadi karena pengaruh vasodilatasi pembuluh darah, depresi
otot jantung dan hambatan gangguan simpatis. Magnesium sulfat
dapat menurunkan tekanan darah pada wanita hamil dengan
preeklampsia dan eklampsia, wanita tidak hamil dengan tekanan
darah tinggi serta pada anak-anak dengan tekanan darah tinggi akibat
2,9
penyakit glomerulonefritis akut.
8
dari larutan 10%) secara intravena dalam waktu 3 menit dan
dilakukan pernapasan buatan sampai penderita dapat bernapas
sendiri. Pemberian ini dapat dilanjutkan 50 ml kalsium glukonas
10% yang dilarutkan dalam dektrose 10% per infus. Bila keadaan
tidak dapat diatasi dianjurkan untuk hemodialisis atau peritoneum
dialisis.
g. Uterus
Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak
dipelajari oleh para sarjana. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita
yang diberi 4 gram MgSO4 secara intravena dan mendapatkan
adanya penurunan kontraksi uterus yang nyata pada 21 penderita ,
pada 7 penderita terdapat penurunan kontraksi uterus yang sedang
dan pada 4 penderita malah di dapatkan penambahan kekuatan
kontraksi uterus. Perubahan kontraksi ini hanya berlangsung selama
3-15 menit dimana kadar magnesium meningkat dari 2 meq/liter
menjadi 7-8 meq/liter dan menurun kembali 5-6 meq/liter pada akhir
menit ke-15. lama dan derajat perubahan sangat individual, bahkan
2
diperoleh perbaikan sifat kontraksi uterus.
9
Pada tahun 1959, Hall melakukan penelitian invitro efek magnesium
sulfat pada miometrium. Pada penelitian ini megnesium sulfat
menyebabkan relaksasi bila konsentrasi mencapai 8-19 mEq/1,
penghambatan sempurna dicapai bila konsentrasi magnesium 14-30
mEq/1. pada penelitian invivo, digunakan magnesium sulfat dengan
kadar dalam darah 5-8 mEq/1. Toksisitas tampak bila kadar dalam
darah mencapai kurang lebih 10 mEq/1. Hall juga mendemontrasikan
perpanjangan proses persalinan pada penderita preeklampsia yang
diberikan pengobatan dengan magnesium sulfat. Lama proses
persalinan secara berlangsung sebanding dengan kadar magnesium
sulfat dalam darah. Tahun 1966, pertama kali pemakaian magnesium
sulfat sebagai obat tokolitik dilaporkan oleh Rusu dan tahun 1975,
Kiss dan Szoke melaporkan pengunaan magnesium secara intravena
12
untuk tokolitik.
10
pengaruh potensial, sinergis dan memperpanjang pengaruh dari obat-
obat pelemas otot non depolarisasi (kurare) dan depolarisasi
(suksinilkolin) sehingga kerja obat-obat tersebut akan lebih kuat dan
lebih lama . Pemberian reversal pada akhir operasi akan lebih sulit atau
memerlukan dosis yang lebih tinggi. Karena itu dianjurkan 20-30 menit
sebelum pemberian obat-obat pelemas otot, sebaiknya pemberian
MgSO4 dihentikan dan dosis obat-obat pelemas otot tersebut dikurangi
2
selama operasi.
11
lahan. Rasa panas dimuka dan muka merah akibat vasodilatasi yang
terjadi setelah pemberian magnesium sulfat.
1. Anti Konvulsi
12
Penelitian yang memberikan bukti yang paling menarik untuk peran
magnesium dalam eklampsia adalah dari Eclampsia Trial Collaborative
Group (ETCG), berkoordinasi dengan Perinatal Trials Service di
Oxford. Secara total, 1687 wanita dengan eklampsia dari 28 pusat di
Amerika Selatan, India dan Afrika dimasukkan dalam studi acak
membandingkan magnesium sulfat dengan fenitoin, dan magnesium
sulfat dengan diazepam. Magnesium sulfat diberikan secara intravena
dengan loading dose 4 g, dengan dosis berikutnya diberikan secara
intravena atau intramuskular.
13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang diberikan magnesium
sulfat memiliki risiko relatif 52% lebih rendah untuk terjadi kejang
berulang dibandingkan dengan mereka yang diberikan diazepam
(13,2% vs 27,9%), dan risiko relatif rendah berulang kejang (5,7% vs
17,1%). Kematian ibu berkurang pada kelompok magnesium
dibandingkan dengan diazepam dan kelompok fenitoin tetapi
perbedaannya tidak signifikan.
14
bertindak sebagai antagonis satu sama lain dalam pengaturan tonus
pembuluh darah. Peningkatan konsentrasi ion kalsium menyebabkan
vasospasme yang dibalik dengan magnesium dan diperparah dengan
menurunnya konsentrasi magnesium20.
2. Tokolitik
MgSO4 sudah lama dikenal dan dipakai sebagai anti kejang pada
15
dan Kiss dan Szoke (1975) melaporkan penggunaan MgSO4 intravena
23
sebagai tokolitik.
pengeluaran urin memadai, refleks patella ada dan tidak ada depresi
pernapasan. Refleks patella menghilang pada kadar 10 mEq/l (antara 9-
13 mg/dl) dan pada kadar plasma lebih dari 10 mEq/l akan timbul
depresi pernapasan dan henti napas dapat terjadi pada kadar plasma 12
mEq/l atau lebih. MgSO4 sebagai terapi tokolitik dimulai dengan dosis
awal 4-6 gr secara intravana yang diberikan selama 15-30 menit dan
diikuti dengan dosis 2-4 gr/jam selama 24 jam. Selama terapi tokolitik
dilakukan konsentrasi serum ibu biasanya dipelihara antara 4-9 mg/dl.
Untuk meminimalisir atau mencegah terjadinya intoksikasi seperti hal
di atas maka perlunya disediakan kalsium glukonas 1 gr sebagai anti
dotum dari MgSO4. 23
16
kadar magnesium menyebabkan hipokalsemia melalui penekanan
sekresi hormon paratiroid dan melalui peningkatan pembuangan
kalsium oleh ginjal. Baik Magnesium dan kalsium direabsorbsi pada
tubulus renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan kadar magnesium
mencegah rabsorbsi kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria.
Disamping menyebabkan hipokalsemia, peningkatan kadar magnesium
juga berkompetisi dengan sisi ikatan kalsium yang sama yang
mengakibatkan penurunan menurunnya kadar ATP (adenosine
triphosphate) sampai pada kadar dimana sel tidak mengikat kalsium.
Hal ini mencegah aktivasi dari kompleks aktin dan myosin. Data klinik
mendukung teori bahwa magnesium berefek sebagai tokolitiknya
melalui antogonism kalsium : pada keadaan hipokalsemia pada
penderita yang menerima magnesium sulfat kemudian diobati dengan
12
pemberian kalsium, terjadi peningkatan aktivitas uterus.
17
toksisitas magnesium adalah 1 g kalsium glukonas yang dinerikan
secara intravena. Keseimbangan cairan harus dimonitor secara ketat dan
pemberian cairan sacara intravena harus dibatasi untuk mencegah
12
terjadinya edema paru.
18
muncul pada 7% pasien, dan 2% diantaranya perlu dihentikan
pemberiannya. Komplikasi yang terlihat berupa edema pulmonal, nyeri
dada, nausea berat atau kemerahan, mengantuk, dan pandangan kabur.
Namun, secara keseluruhan, efek samping terhadap ibu jarang terjadi.
Pada studi ini, magnesium sulfat juga dianggap sebagai obat yang
berhasil, murah dan relatif non toksik dengan efek samping yang
sedikit. Banyak penyelidik telah mengkonfirmasi penemuan ini,
membuat magnesium sulfat menjadi obat tokolitik yang umum
digunakan. 23
19
miastenia gravis harusnya tidak menerima baik magnesium sulfat atau
23
β-adrenergik agonis sebagai obat tokolitik.
3. Neuroproteksi
20
Cerebral palsy adalah keadaan kerusakan jaringan otak yang permanen
dan tidak progresif. Terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan)
dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran klinis
dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan dalam sikap dan
pergerakan disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis.
Gangguan ganglia basal dan serebellum dan kelainan mental. 21
21
Ada lima uji coba terkontrol secara acak yang memiliki dampak besar
pada penggunaan MgSO4 sebagai neuroproteksi: Magnesium and
Neurologic Endpoints Trial [MagNET]; the Australasian Collaborative
Trial of Magnesium Sulphate [ACTOMgSO4]; the Magnesium Sulphate
for Prevention of Eclampsia [MAGPIE]; PREMAG; and, the Beneficial
Effects of Antenatal Magnesium Sulphate [BEAM].
22
Empat dari percobaan menunjukkan kecenderungan berkurangnya
tingkat kejadian cerebral palsy dengan pemberian MgSO4 dan tidak
berpengaruh pada angka mortalitas anak. Namun, hasil mengenai
penurunan angka kejadian cerebral palsy hanya signifikan secara
statistik pada BEAM. Sidang MAGNET mengakibatkan tingkat
penurunan cerebral palsy pada kelompok magnesium terpajan
dibandingkan dengan kelompok plasebo di lengan tokolitik nya, namun
lengan saraf menunjukkan lebih banyak kasus cerebral palsy pada
kelompok magnesium dibandingkan dengan kelompok plasebo. Hasil
lain yang signifikan secara statistik ditemukan dalam uji coba individu
mengalami penurunan fungsi motorik substansial bruto pada BEAM
dan ACTOMgSO4 studi. Ketika data dari uji coba ini dikombinasikan
melalui review sistematis baik dilakukan dan meta-analisis, hasil yang
signifikan secara statistik mencapai yang menegaskan peran saraf dari
MgSO4 terapi diberikan kepada perempuan pada risiko kelahiran
prematur. Kesimpulan berikut dibuat dalam ulasan / meta-analisis
mengenai MgSO4 diberikan kepada ibu berisiko untuk lahir prematur:
itu mengurangi risiko cerebral palsy pada anak-anak mereka,
mengalami penurunan risiko absolut cerebral palsy dibandingkan
dengan plasebo, rata-rata jumlah orang yang diperlukan untuk
mengobati untuk mencegah satu kasus cerebral palsy adalah dan
MgSO4 mengurangi tingkat disfungsi motorik substansial kotor pada
anak-anak mereka. MgSO4 administrasi juga tidak berpengaruh
signifikan secara statistik pada kematian anak, atau hasil yang buruk
lainnya pada masa neonatus atau dalam beberapa tahun pertama
kehidupan (misalnya, kebutaan, tuli, gangguan perkembangan). Hasil
diselidiki pada periode baru lahir adalah skor Apgar kurang dari 7 pada
lima menit, dukungan pernapasan berkelanjutan, perdarahan
intraventrikular, Leukomalacia periventricular, kejang-kejang,
pernapasan sindrom, displasia bronkopulmonalis, ventilasi mekanis,
dan entercolitis necrotising (NEC ), meskipun melayang ke arah
peningkatan NEC ditemukan. Semua ulasan juga menemukan bahwa
23
studi memberikan MgSO4 khusus untuk neuroproection memberikan
bukti yang paling kuat untuk mengurangi resiko cerebral palsy.
Sementara uji coba terkontrol secara acak besar tidak independen
menunjukkan hasil yang signifikan, secara kolektif mereka
menghasilkan bukti kuat yang dapat membujuk dokter untuk
menggunakan MgSO4 sebagai agen saraf.
24
ditunjukkan pada hewan model. Burd et al. menyelidiki mekanisme
eksplisit bertanggung jawab atas cedera dan menemukan bahwa neuron
janin terluka pada tikus mampu merusak neuron normal lainnya.
Mereka juga menemukan bahwa otak janin tikus terkena
lipopolisakarida, antigen bakteri yang menyebabkan peradangan
intrauterin, dipamerkan morfologi neuronal abnormal dengan proses
dendritik menurun, yang pada akhirnya dapat mengganggu komunikasi
sinaptik neuron. Sebuah studi hewan selanjutnya menunjukkan bahwa
otak janin mengalami peradangan yang kemudian diobati dengan
MgSO4 tidak menampilkan cedera saraf yang berhubungan dengan
proses dendritik lebih sedikit. Komunitas medis terus menghadapi
kesulitan mengenai praktik terbaik dan penggunaan antenatal dari
MgSO4 meskipun tahun penggunaan klinis dan temuan yang signifikan
dari data gabungan. Kekhawatiran muncul dalam konteks yang tepat
dosis dan waktu administrasi, pilihan tokolitik, efek samping ibu, dan
efek samping bayi. Beberapa penelitian dan ulasan menunjukkan bahwa
dosis tokolitik tinggi kenaikan 50g atau more 30 kematian anak.
Meskipun percobaan besar terkontrol secara acak yang digunakan
berbeda rejimen dosis, dosis total tetap rendah. The total eksposur
median untuk MgSO4 dalam sidang ACTOMgSO4 kurang dari 10.5g
(4g bolus infus dengan pemeliharaan 2g/hour hingga 24 jam) dengan
dosis total maksimum dari 28g, total eksposur 30 dalam sidang
PREMAG adalah 4g (bolus tunggal infus), dan 20, dosis total median
dalam sidang BEAM adalah 31.5g (6g bolus infus dengan pemeliharaan
2g/hour). Dosis rendah digunakan dalam semua percobaan
menunjukkan penurunan dalam diagnosis berikutnya cerebral palsy.
Mungkin ada peningkatan bahkan lebih dalam hasil cerebral palsy
dalam uji dosis yang lebih rendah dibandingkan sidang dosis yang lebih
tinggi BEAM. Menentukan jendela terapi atas yang MgSO4 bisa
menjadi racun bagi janin telah terbukti sulit, karena mendeteksi kadar
magnesium pada bayi dapat diandalkan. Bayi disampaikan segera
setelah infus magnesium mungkin memiliki kadar magnesium tinggi
25
palsu, sedangkan bayi yang lahir setelah paparan magnesium lama
mungkin memiliki kadar magnesium rendah palsu.
26
Namun, tokolisis dan pelindung saraf harus memikirkan secara terpisah,
dan semua data yang relevan sekitarnya tokolitik berbagai , bersama
dengan ciri-ciri pasien secara individu, harus dipertimbangkan untuk
memilih yang paling cocok tocolytic. Efek samping ibu lain adalah isu
penting dalam antenatal MgSO4 digunakan. Kedua ulasan dan studi
independen melaporkan lebih banyak efek samping di MgSO4 yang
diobati dibandingkan dengan kelompok plasebo yang diobati kelompok.
27
kelahiran prematur. Uji coba terkontrol secara acak yang lebih
diperlukan untuk menentukan usia kehamilan optimum, waktu
administrasi, takaran, kebutuhan pengobatan ulang, peningkatan risiko
NEC, dan efek langsung pada bayi baru lahir. Ada kebutuhan untuk
tindak lanjut dari bayi dimasukkan dalam uji baru dan sebelumnya
dilakukan ke anak nanti, karena hasil neurologis seperti cerebral palsy
kadang-kadang tidak sepenuhnya diakui sampai anak yang lebih tua.
Indikasi untuk terapi MgSO4 harus diselidiki lebih lanjut, karena ada
adalah kurangnya konsistensi dalam karakteristik pasien antara lima
percobaan besar. indikasi Berbagai pengobatan berkisar dari pre-
eklampsia pecah dini prematur persalinan prematur dan membran, dan
MgSO4 dapat mempengaruhi indikasi berbeda. Mekanisme yang
MgSO4 menyediakan neuroprotection ke otak janin manusia juga harus
ditentukan, namun, hal ini menimbulkan kesulitan etis, teknis dan
keuangan. Jika mekanisme di tempat kerja pada bayi individu dapat
ditentukan, hal ini akan memberikan potensi untuk mengembangkan
pengobatan yang cocok dengan kebutuhan pasien tertentu. Akhirnya,
informasi penting mengenai efek samping yang serius ibu harus
diperoleh. Misalnya, hanya melihat ke sidang BEAM edema paru ibu,
sementara ACTOMgSO4 adalah sidang hanya untuk mengeksplorasi
takikardia ibu.
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
th
1. Goodman and Gilman’s. The pharmacological bases of therapeutics. 7
edition. New York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985
2. Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical
pharmacology applied to obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998
3. Pritchard JA. The use of magnesium ion in the management of eclamtogenic
toxemia. Gynecol Obstet 1955
4. Zuspan FP. Treatmen of severe preeclampsia and eclampsia. Clin Obstet
Gynecol 1966
5. Sibai BM, Villar MA, Bray E. Magnesium suplementation during pregnancy :
a double blind randomizid controlled clinical trial. Am J Obstet Gynecol 1989
6. Sibai BM. Prevention of preeclampsia : a big disappointment. Am J Obstet
Gynecol 1998
7. Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya, Syahid S. Panduan pengolahan
hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Edisi pertama. Satgas Gestosis
POGI, 1985
8. Seydoux J, LucPaunier EG, Beguin F. Serum and intracellular magnesium
during normal pregnancy and in patients with pre-eclampsia. Br J Obstet
Gynecol 1992
9. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NP. William obstetrics. Edisi 18.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC, 1995
10. Sibai BM, Graham JM, Mc Cubbin JH. A comparation of intravenous and
intramuscular magnesium sulphate regimen in preeclampsia. Am J Obstet
Gynecol 1984
11. Hutchinson HT, Nichols MM, Kuhn CR, Vasicka A. Effects of magnesium
sulfate on uterine contractility, intra uterin fetus and infant. Am J Obstet
Gynecol 1964
12. Gordon MC, Iams JD. Magnesium sulfate. Clin Obstet Gynecol 1995
30
13. Mittendorf R, Pryde P. A review of the role for magnesium sulphate in
31