Oleh
0818011050
Preceptor:
KEPANITERAAN KLINIK
JANUARI 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Magnesium sulfat pertama kali dicoba untuk pengobatan kejang oleh Meltzer
pada tahun 1899 dan bersamaan dengan Auer mencobanya untuk pengobatan
kejang pada kera yang sakit tetanus. Khon dan Sraubee sependapat dengan
mereka dan mulai mengunakan magnesium sulfat untuk pengobatan penderita
1,2
tetanus.
Secara historis, MgSO4 mulai hidup sebagai tokolitik selama akhir 1960 tidak
didasarkan pada uji klinis, tetapi pada mencari- temuan dari percobaan
laboratorium. Secara in vitro, magnesium dianggap mampu untuk merusak
kontraktilitas miometrium. Dalam pandangan dari data ini saja, MgSO4
sebagai tokolisis dengan cepat diterima dalam praktek klinis utama dan dalam
penggunaan klinis luas selama lebih dari satu decade 13.
2
Dan pada akhirnya pada tahun 1995 didasarkan pada landasan epidemiologi
yang kuat, MAGNET (Magnesium and Neurologic Endpoints Trial) memulai
langkah yang masuk akal dalam pengujian ' hipotesis magnesium' sebagai
neuroprotektif 13.
Sampai saat ini magnesium sulfat merupakan obat yang terpakai banyak untuk
1,7
pengobatan preeklampsia dan eklampsia di Amerika Serikat. Di Indonesia
sendiri pengunaan magnesium sulfat pada penderita preeklampsia dan
eklampsia sudah cukup lama dan pada saat KOGI VI tahun 1985 di Ujung
Pandang oleh Satgas Gestosis POGI ditetapkan magnesium sulfat merupakan
satu-satunya obat yang dipakai untuk pengobatan preeklampsia dan
7
eklampsia .
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memenuhi tugas
kepanitraan klinik dokter muda di RSUD Jenderal Ahmad Yani, kota Metro.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MAGNESIUM SULFAT
4
B. FARMAKOKINETIK
5
Cruikshank et al menunjukan bahwa 50% magnesium akan diekskresikan
melalui ginjal pada 4 jam pertama setelah pemberian bolus intravena, 75%
setelah 20 jam dan 90% setelah 24 jam pemberian. Pitchard
mendemontrasikan bahwa 99% magnesium akan diekskresikan melalui
2
ginjal setelah 24 jam pemberian intavena .
C. FARMAKODINAMIK
1. Mekanisme Kerja
a. Sistem Enzym
Magnesium merupakan ko-faktor dari semua enzym dalam rangkaian
reaksi adenosin fosfat (ATP) dan sejumlah besar enzym dalam
rangkaian metabolisme fosfat. Juga berperan penting dalam
metabolisme intraseluler, misalnya proses pengikatan messanger-
1
RNA dalam ribosom.
b. Sistem susunan syaraf dan cerebro vaskuler.
Mekanisme dan aksi magnesium sulfat mesih belum diketahui dan
menjadi pokok pembahasan. Beberapa penulis berpendapat bahwa
aksi magnesium sulfat di perifer pada neuromuskular junction
dengan minimal atau tidak ada sama sekali pengaruh pada sentral.
Tapi sebagian besar penulis berpendapat bahwa aksi utamanya
2
adalah sentral dengan efek minimal blok neuromuskuler.
6
kelumpuhan dan hilangnya kesadaran. Hal ini mungkin disebabkan
1,4,10,11
karena adanya hambatan pada neuromuskular perifer.
Penghentian dan pencegahan kejang pada eklampsia tanpa
menimbulkan depresi umum susunan syaraf pusat pada ibu maupun
9
janin.
7
Penurunan pelepasan asetilkolin pada motor end-plate oleh
syaraf simpatis.
Penurunan kepekaan motor end-plate terhadap asetilkolin.
Penurunan amplitudo potensial motor end-plate.
8
dapat menurunkan tekanan darah pada wanita hamil dengan
preeklampsia dan eklampsia, wanita tidak hamil dengan tekanan
darah tinggi serta pada anak-anak dengan tekanan darah tinggi akibat
2,9
penyakit glomerulonefritis akut.
9
10% yang dilarutkan dalam dektrose 10% per infus. Bila keadaan
tidak dapat diatasi dianjurkan untuk hemodialisis atau peritoneum
dialisis.
g. Uterus
Pengaruh magnesium sulfat terhadap kontraksi uterus telah banyak
dipelajari oleh para sarjana. Hutchinson dkk meneliti 32 penderita
yang diberi 4 gram MgSO4 secara intravena dan mendapatkan
adanya penurunan kontraksi uterus yang nyata pada 21 penderita ,
pada 7 penderita terdapat penurunan kontraksi uterus yang sedang
dan pada 4 penderita malah di dapatkan penambahan kekuatan
kontraksi uterus. Perubahan kontraksi ini hanya berlangsung selama
3-15 menit dimana kadar magnesium meningkat dari 2 meq/liter
menjadi 7-8 meq/liter dan menurun kembali 5-6 meq/liter pada akhir
menit ke-15. lama dan derajat perubahan sangat individual, bahkan
2
diperoleh perbaikan sifat kontraksi uterus.
10
menyebabkan relaksasi bila konsentrasi mencapai 8-19 mEq/1,
penghambatan sempurna dicapai bila konsentrasi magnesium 14-30
mEq/1. pada penelitian invivo, digunakan magnesium sulfat dengan
kadar dalam darah 5-8 mEq/1. Toksisitas tampak bila kadar dalam
darah mencapai kurang lebih 10 mEq/1. Hall juga mendemontrasikan
perpanjangan proses persalinan pada penderita preeklampsia yang
diberikan pengobatan dengan magnesium sulfat. Lama proses
persalinan secara berlangsung sebanding dengan kadar magnesium
sulfat dalam darah. Tahun 1966, pertama kali pemakaian magnesium
sulfat sebagai obat tokolitik dilaporkan oleh Rusu dan tahun 1975,
Kiss dan Szoke melaporkan pengunaan magnesium secara intravena
12
untuk tokolitik.
11
lebih lama . Pemberian reversal pada akhir operasi akan lebih sulit atau
memerlukan dosis yang lebih tinggi. Karena itu dianjurkan 20-30 menit
sebelum pemberian obat-obat pelemas otot, sebaiknya pemberian
MgSO4 dihentikan dan dosis obat-obat pelemas otot tersebut dikurangi
2
selama operasi.
12
D. PENGGUNAAN MAGNESIUM DALAM OBSTETRI
1. Anti Konvulsi
13
Oxford. Secara total, 1687 wanita dengan eklampsia dari 28 pusat di
Amerika Selatan, India dan Afrika dimasukkan dalam studi acak
membandingkan magnesium sulfat dengan fenitoin, dan magnesium
sulfat dengan diazepam. Magnesium sulfat diberikan secara intravena
dengan loading dose 4 g, dengan dosis berikutnya diberikan secara
intravena atau intramuskular.
14
Blok langsung neuromuskuler juga telah dianggap sebagai mekanisme
aksi di eklampsia, tapi ini tampaknya tidak mungkin ketika konsentrasi
serum jauh di bawah yang diperlukan untuk menekan transmisi
neuromuskuler untuk mengerahkan efek antieklampsia.
2. Tokolitik
15
motor end plate pada neuromuscular junction. Sebagai tambahan
magnesium mencegah masuknya kalsium neuron dan efektif memblokir
transmisi syaraf. Kedua, magnesium berefek sebagai antagonis terhadap
kalsium pada tingkat sel dan dalam ruang ekstraseluler. Peningkatan
kadar magnesium menyebabkan hipokalsemia melalui penekanan
sekresi hormon paratiroid dan melalui peningkatan pembuangan
kalsium oleh ginjal. Baik Magnesium dan kalsium direabsorbsi pada
tubulus renalis. Pada sisi yang sama Peningkatan kadar magnesium
mencegah rabsorbsi kalsium dan menyebabkan hiperkalsiuria.
Disamping menyebabkan hipokalsemia, peningkatan kadar magnesium
juga berkompetisi dengan sisi ikatan kalsium yang sama yang
mengakibatkan penurunan menurunnya kadar ATP (adenosine
triphosphate) sampai pada kadar dimana sel tidak mengikat kalsium.
Hal ini mencegah aktivasi dari kompleks aktin dan myosin. Data klinik
mendukung teori bahwa magnesium berefek sebagai tokolitiknya
melalui antogonism kalsium : pada keadaan hipokalsemia pada
penderita yang menerima magnesium sulfat kemudian diobati dengan
12
pemberian kalsium, terjadi peningkatan aktivitas uterus.
16
sulfat sangat jarang meskipun kecepatan pemberiannya kurang lebih 4
g/jam atau pasien penderita penyakit ginjal. Refleks patella akan
menghilang bila kadar magnesium plasma 9-13 mg/dl, depresi
pernapasan terjadi pada kadar 14 mg/dl. Sebagai antodotum untuk
toksisitas magnesium adalah 1 g kalsium glukonas yang dinerikan
secara intravena. Keseimbangan cairan harus dimonitor secara ketat dan
pemberian cairan sacara intravena harus dibatasi untuk mencegah
12
terjadinya edema paru.
17
Magensium sulfat merupakan non spesipik kalsium antagonis. Macones
& collegues (1997) dan Gyetvai & cowokers (1999) mengevaluasi
efikasi magnesium sulfat dan tokolisis secara meta-analsis. Magnesium
sulfat sebagai tokolisis dapat memperpanjang kehamilan 24-48 jam
dengan efeks samping ibu yang minimal. Setara dengan golongan beta-
18
mimetik seperti ritidrine.
3. Neuroproteksi
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
th
1. Goodman and Gilmans. The pharmacological bases of therapeutics. 7
edition. New York : Mac Millian Publishing Co. Inc, 1985
2. Idama To, Lindow SW. Magnesium sulfate : a review o clinical
pharmacology applied to obstetrics. Br J Obstet Gynecol 1998
3. Pritchard JA. The use of magnesium ion in the management of eclamtogenic
toxemia. Gynecol Obstet 1955
4. Zuspan FP. Treatmen of severe preeclampsia and eclampsia. Clin Obstet
Gynecol 1966
5. Sibai BM, Villar MA, Bray E. Magnesium suplementation during pregnancy :
a double blind randomizid controlled clinical trial. Am J Obstet Gynecol 1989
6. Sibai BM. Prevention of preeclampsia : a big disappointment. Am J Obstet
Gynecol 1998
7. Angsar MD, Simanjuntak P, Handaya, Syahid S. Panduan pengolahan
hipertensi dalam kehamilan di Indonesia. Edisi pertama. Satgas Gestosis
POGI, 1985
8. Seydoux J, LucPaunier EG, Beguin F. Serum and intracellular magnesium
during normal pregnancy and in patients with pre-eclampsia. Br J Obstet
Gynecol 1992
9. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NP. William obstetrics. Edisi 18.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC, 1995
10. Sibai BM, Graham JM, Mc Cubbin JH. A comparation of intravenous and
intramuscular magnesium sulphate regimen in preeclampsia. Am J Obstet
Gynecol 1984
11. Hutchinson HT, Nichols MM, Kuhn CR, Vasicka A. Effects of magnesium
sulfate on uterine contractility, intra uterin fetus and infant. Am J Obstet
Gynecol 1964
12. Gordon MC, Iams JD. Magnesium sulfate. Clin Obstet Gynecol 1995
20
13. Mittendorf R, Pryde P. A review of the role for magnesium sulphate in
21