Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA KLINIK 1
(MAGNESIUM DAN KALSIUM)

Dosen Pengampuh:
Amirah,S.Si.,M.Kes

Disusun oleh :

Anugrah Pratama Sahada (B1D122148)

Kelas D 2022

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan magnesium dan kalsium sering dilakukan untuk

mengevaluasi kadar mineral tersebut dalam tubuh dan membantu diagnosis

kondisi kesehatan tertentu.

Magnesium merupakan mineral esensial yang berperan dalam lebih

dari 300 reaksi biokimia, termasuk metabolisme energi, fungsi otot dan saraf,

sintesis protein, dan regulasi tekanan darah. Pemeriksaan magnesium dapat

membantu dalam diagnosis kondisi seperti defisiensi magnesium, gangguan

ginjal, diabetes, atau penyakit gastrointestinal. Pemeriksaan magnesium

dilakukan ketika ada gejala defisiensi (kelelahan, kelemahan otot) atau

kelebihan (mual, muntah) magnesium.

Kalsium diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang dan

gigi, kontraksi otot, pengaturan detak jantung, pembekuan darah, dan fungsi

seluler lainnya. Pemeriksaan kalsium umumnya dilakukan untuk

mengevaluasi kondisi seperti osteoporosis, gangguan kelenjar paratiroid,

penyakit ginjal, atau gangguan metabolik. Defisiensi kalsium dapat terkait

dengan osteoporosis, sementara kelebihan kalsium dapat terjadi pada kondisi

seperti hiperparatiroidisme.

Pemeriksaan ini sering diintegrasikan ke dalam penilaian kesehatan

umum untuk membantu diagnosis, pemantauan kondisi kronis, atau

mengevaluasi respon terhadap pengobatan.


Pemeriksaan magnesium dan kalsium membantu dokter untuk

merancang rencana perawatan yang sesuai, terutama ketika terdapat indikasi

bahwa ketidakseimbangan mineral dapat mempengaruhi kesehatan pasien.

Interpretasi hasil pemeriksaan biasanya memerlukan pengetahuan medis

yang mendalam dan dilakukan oleh profesional kesehatan.

B. Tujuan Pemeriksaan

 Magnesium: Untuk mengetahui kadar magnesium di dalam tubuh.

 Kalsium: Untuk mengetahui kadar kalsium di dalam tubuh.

C. Metode Pemeriksaan

 Magnesium: Colorimetric method

 Kalsium: Colorimetric method

D. Prinsip Reaksi

 Magnesium: Metode ini didasarkan pada pengikatan spesifik

calmagite, suatu indikator metalokromik, dan magnesium pada pH

basa yang mengakibatkan pergeseran panjang gelombang serapan

kompleks. Intensitas kromofor yang terbentuk sebanding dengan

konsentrasi magnesium dalam sampel.

pH 11,5

Calmagite + Magnesium → Calmagite-Magnesium Complex

 Kalsium: Metode ini didasarkan pada pengikatan spesifik ansanazo III

dan kalsium pada pH asam sehingga mengakibatkan pergeseran

penyerapan. Panjang gelombang kompleks. Intensitas kromofor yang

terbentuk sebanding dengan konsentrasi kalsium total dalam sampel.

pH 6,5

Arsenzo lll + Kalsium → Arsenzo lll-Kalsium Complex


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Magnesium merupakan kation keempat yang paling banyak dalam

tubuh setelah natrium, kalsium dan kalium. Magnesium juga merupakan

kation intraselular terbanyak dalam tubuh setelah kalium. Magnesium

mempunyai peran yang penting dalam mengkatalisis lebih dari 300 reaksi

enzimatik di dalam tubuh manusia. Kekurangan magnesium dapat

menyebabkan kelemahan, tremor, kejang, aritmia jantung, hipokalemia dan

hipokalsemia. Penyebab hipomagnesemia diantaranya yaitu kurangnya

asupan, penyerapan terganggu dan peningkatan ekskresi (obat, alkohol,

diabetes melitus, ginjal gangguan tubular, hiperkalsemia, hipertiroid,

aldosteronisme, stres).

Magnesium merupakan mineral serbaguna yang memiliki beberapa

implikasi besar berkaitan dengan aktivitas fisik. Ketika sedang melakukan

suatu aktivitas fisik, dapat terjadi perubahan pada kadar mineral tubuh sesuai

dengan intensitas dan durasi latihan.Aktivitas fisik merupakan pergerakan

tubuh oleh karena aktivitas sistim muskuloskeletal yang dapat dilakukan

dalam bentuk apa saja. Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas selama bekerja,

tidur, dan pada waktu senggang. Setiap orang melakukan aktivitas fisik, dan

bervariasi antara individu satu dengan yang lain tergantung gaya hidup

perorangan dan faktor lainnya seperti jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan
lain-lain. Mengonsumsi makanan sehat bergizi disertai dengan aktivitas fisik

yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan kualitas hidup


(Rompas & Kaligis, 2015)

Magnesium (Mg) berperan untuk kelancaran kerja berbagai enzim.

Magnesium diperlukan tubuh untuk memproduksi 300 jenis enzim, pengiriman

pesan melalui sistem syaraf, membuat otot-otot tetap lentur dan rileks serta

memelihara kekuatan tulang dan gigi. Fungsi penting lainnya adalah menjaga

konsistensi detak/ritme jantung serta membuat tekanan darah tetap normal.

Dalam banyak penelitian, peran magnesium juga dibutuhkan dalam

mengatasi sejumlah penyakit seperti asma dan diabetes. Dalam tubuh

manusia, jumlah total magnesium mencapai sekitar 25 gram. Sebagian besar

magnesium terkonsentrasi di dalam tulang dan gigi, namun juga terdapat

dalam otot dan darah. Jumlahnya yang cukup dalam tubuh sangat penting

untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh. Untuk menjaga supaya

kadarnya dalam tubuh tetap ideal. Asupan magnesium dapat diupayakan baik

melalui makanan sehari-hari maupun suplemen tambahan bagi yang

membutuhkan. Jumlah asupan magnesium setiap hari yang

direkomendasikan (DRI) berbeda untuk jenis kelamin dan periode usia. Pria

dewasa berusia 13-30 tahun misalnya, membutuhkan asupan magnesium

sekitar 400 miligram per hari, sedangkan wanita 19-30 tahun 310 mg per hari.

Ada sejumlah zat makanan yang memiliki kadar magnesium tinggi seperti

kacang-kacangan, buncis, sayuran berwarna hijau gelap, gandum murni dan

seafood. Kebutuhan magnesium juga dapat dipenuhi dari konsumsi susu

karena dalam setiap gelasnya terdapat sekitar 34 miligram. Makanan dari

kedelai seperti tahu, tempe dan susu kedelai juga kaya akan magnesium.
Magnesium juga dapat ditambahkan melalui suplemen. Suplemen dapat

memberi 10 hingga 50 mg. Asupan magnesium yang terlalu banyak –

melebihi 600 mg- dapat berisiko terkena diare. Perlu pula diperhatikan pula

bahwa suplemen magnesium ada yang dikombinasikan dengan sejumlah zat

berbahaya. Pilihan yang tersedia juga beragam mulai dari magnesium oksida,

magnesium ototat, magnesium glukonat, magnesium aspartat, magnesium

glisinat, atau magnesium sitrat. Magnesium aspartat, glisinat dan sitrat lebih

mudah diserap tubuh,sedangkan jenis oksida harus dihindari karena akan

sulit ditoleransi tubuh. Magnesium berperan vital bagi kesehatan jantung. Dari

sejumlah riset terungkap, kadar yang rendah berkaitan dengan sejumlah

kelainan jantung. Kekurangan magnesium dapat memicu kekakuan atau

kejang pada salah satu pembuluh korener arteri, sehingga mengganggu

peredaran darah dan menyebabkan serangan jantung. Sejumlah dokter ahli

berpendapat defisiensi magnesium berada di belakang kasus serangan

jantung khususnya pada pasien yang tak punya sejarah sakit jantung. Fakta

juga menunjukkan, terapi intravena (infus) magnesium sering digunakan

untuk pasien gawat jantung. Magnesium juga penting dalam melindungi tubuh

dari serangan jantung yang disebabkan pembekuan atau penggumpalan

darah. Minimnya kadar magnesium juga menjadi penyebab kasus cardiac

arrhythmias atau tidak beraturannya ritme jantung. (Budiasih, 2009)

Magnesium terutama ditemukan di dalam sel di mana ia bertindak

sebagai ion penghubung untuk ATP dan asam nuklir yang kaya energi.

Magnesium adalah kofaktor dalam lebih dari 300 reaksi enzimatik.

Magnesium secara kritis menstabilkan enzim, termasuk banyak reaksi

penghasil ATP. ATP diperlukan secara universal untuk pemanfaatan glukosa,


sintesis lemak, protein, asam nukleat dan koenzim, kontraksi otot, transfer

kelompok metil dan banyak proses lainnya, dan gangguan pada metabolisme

magnesium juga mempengaruhi fungsi ini. Dengan demikian, kita harus ingat

bahwa metabolisme ATP, kontraksi otot dan relaksasi, fungsi neurologis

normal dan pelepasan neurotransmitter sangat bergantung pada magnesium.

Penting juga untuk dicatat bahwa magnesium berkontribusi pada regulasi

nada vaskular, irama jantung, trombosis trombosit dan pembentukan tulang.

Magnesium adalah kofaktor untuk lebih dari 300 reaksi enzimatik, termasuk

yang terlibat dalam sintesis DNA/ RNA, sintesis protein, pertumbuhan sel, dan

produksi dan penyimpanan energi sel. (Amir & Sulastri, 2019)

Magnesium merupakan elektrolit ion positif (kation) yang ada di cairan

ekstraseluler dan termasuk keempat yang terbanyak dan penting bagi tubuh.

Sebagian besar magnesium terdapat di dalam sel, sehingga menjadi kation

intraselular terbanyak kedua setelah kalium, dan memiliki peranan vital pada

fungsi selular normal.2 Kadar normal magnesium serum dalam tubuh yaitu

1,6-2,6 mg/dL. Kurangnya kadar magnesium dalam tubuh bisa disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu usia yang tua, absorpsi di usus yang menurun dan

ekskresi yang meningkat. Kurangnya magnesium dalam darah disebut

hipomagnesemia. Hipomagnesemia kronik memiliki manifestasi klinik yaitu

tremor, agitasi, hipokalemia, bahkan bisa terjadi aritmia jantung. Jika kadar

magnesium dalam darah jumlahnya berlebihan maka disebut

hipermagnesemia. Hipermagnesemia yang simptomatik terjadi karena asupan

magnesium yang berlebihan, terutama melalui konsumsi obat seperti laksatif.

Biasanya peningkatan serum magnesium karena mengonsumsi magnesium

berbentuk larutan magnesium sulfat dapat menimbulkan gejala seperti


hipotensi, mual, dan muntah. Magnesium memiliki fungsi penting dalam

pembentukan energi dalam tubuh karena magnesium berperan dalam

pembentukan ATP, sehingga dengan tingginya aktivitas fisik seseorang,

memungkinkan untuk merubah konsentrasi magnesium dalam tubuh.

(Mudeng et al., 2016)

Magnesium adalah kation paling melimpah keempat di tubuh dan

memainkan peran fisiologis penting dalam banyak fungsinya. Keseimbangan

magnesium dipertahankan oleh regulasi reabsorpsi magnesium oleh ginjal.

Kekurangan magnesium merupakan masalah umum pada pasien rumah

sakit, dengan prevalensi sekitar 10%. Magnesium serum dan tes toleransi

magnesium adalah yang paling banyak digunakan. Gangguan keseimbangan

magnesium pada lanjut usia, dapat terabaikan karena konsentrasi

magnesium serum tidak diukur secara rutin. Gangguan gastrointestinal

dengan malabsorpsi dan diare, serta alkoholisme merupakan keadaan yang

mengakibatkan ketidakseimbangan magnesium yang sering ditemui pada

orang lanjut usia. Kekurangan magnesium dan hipomagnesemia dapat

disebabkan oleh berbagai penyebab termasuk kehilangan gastrointestinal dan

ginjal. Kekurangan magnesium dapat menyebabkan berbagai macam gejala

termasuk hipokalsemia, 582hypokalemia, dan manifestasi jantung dan

neurologis. Keadaan magnesium rendah kronis telah dikaitkan dengan

sejumlah penyakit kronis termasuk diabetes, hipertensi, penyakit jantung

koroner, dan osteoporosis. Penggunaan magnesium juga sebagai agen

terapeutik pada asma, infark miokard, dan pre-eklamsia. (Lendawati et al.,

2022)
Magnesium merupakan kation keempat yang paling banyak dalam

tubuh setelah natrium, kalsium dan kalium. Magnesium juga merupakan

kation intraselular terbanyak dalam tubuh setelah kalium. Magnesium

mempunyai peran yang penting dalam mengkatalisis lebih dari 300 reaksi

enzimatik di dalam tubuh manusia. Kekurangan magnesium dapat

menyebabkan kelemahan, tremor, kejang, aritmia jantung, hipokalemiadan

hipokalsemia. Penyebab hipomagnesemia diantaranya yaitu kurangnya

asupan, penyerapan terganggu dan peningkatan ekskresi (obat, alkohol,

diabetes melitus, ginjal gangguan tubular, hiperkalsemia, hipertiroid,

aldosteronisme, stres). Magnesium merupakan mineralserbaguna yang

memiliki beberapa implikasi besar berkaitan dengan aktivitas fisik. Ketika

sedang melakukan suatu aktivitas fisik, dapat terjadi perubahan pada kadar

mineral tubuh sesuai dengan intensitas dan durasi latihan. (Rompas & Kaligis,

2015)

Kalsium, salah satu ion tubuh yang paling banyak, terutama

dikombinasi dengan fosfor untuk membentuk garam mineral dari tulang dan

gigi. Selain itu, kalsium mengeluarkan efek sedatif pada sel-sel saraf dan

mempunyai fungsi intraselular penting, termasuk pembentukan potensial aksi

jantung dan kontraksi otot. Kurang dari 1% dari kalsium tubuh dikandung

dalam cairan ekstraselular (CES), konsentrasi ini diatur secara cermat oleh

hormon paratiroid dan kalsitonin. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar

paratiroid dalam respons terhadap kadar kalsium serum rendah. Ini

meningkatkan resorpsi tulang (gerakan kalsium dan fosfor keluar tulang)

mengaktivasi vitamin D, yang meningkatkan absorpsi kalsium dari saluran GI;

dan merangsang ginjal untuk menyimpan kalsium dan meng- ekskresikan


fosfor. Kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid bila kadar kalsium serum

meningkat. Ini menghambat resorpsi tulang. CES meningkatkan kalsium dari

absorpsi usus terhadap diet kalsium dan resorpsi tulang. Kalsium hilang dari

CES melalui sekresi ke dalam saluran ginjal, ekskresi urine, dan deposisi

dalam tulang; dan jumlah sedi- kit hilang dalam keringat. Kalium terdapat

dalam tiga bentuk yang berbeda dalam plasma: ter- ionisasi, berikatan, dan

kompleks. Kira-kira setengah dari kalsium plasma adalah bebas, kalsium

terionisasi. Sedikit lebih rendah dari setengah kalsi- um plasma berikatan

dengan protein, terutama albumin. Sisanya diikat de- ngan anion nonprotein,

seperti fosfat, sitrat, dan karbonat. Hanya kalsium terisonisasi yang penting

secara fisiologis. Presentasi kalsium yang teriso- nisasi dipengaruhi oleh pH

plasma, fosfor, dan kadar albumin. Karenanya, faktor ini harus

dipertimbangkan bila mengevaluasi kadar kalsium total. Hubungan diantara

kalsium teriosinisasi dan pH plasma adalah resi- prokal: peningkatan pada pH

menurunkan persentase kalsium yang ter- ionisasi. Pasien dengan alkalosis

(peningkatan pH), sebagai contoh, dapat menunjukkan tanda hipokalsemia

meskipun kadar kalsium total normal (berikatan, kompleks, dan terionisasi).

Hubungan antara fosfor plasma dan kalium terionisasi juga resiprokal.

Perubahan pada kadar albumin plasma akan mempengaruhi kadar kalsium

serum total tanpa mengubah kadar kal- sium bebas. Pada hipoalbunemia

lebih sedikit protein tersedia untuk berikatan dengan kalsium, dan kadar

kalsium total turun; namun, kadar kalsium terionisasi takberubah. (Horne &

Swearigen, 2001)

Kalsium adalah salah satu mineral yang paling melimpah dalam tubuh

manusia dan merupakan elemen penting dalam menjaga kesehatan yang


optimal. Ini adalah mineral yang mendukung berbagai fungsi penting dalam

tubuh, termasuk pembentukan dan pemeliharaan tulang yang kuat, transmisi

impuls saraf, kontraksi otot pembekuan darah, dan banyak proses biokimia

lainnya. Kalsium adalah elemen kimia dengan simbol Ca dan nomor atom 20

dalam tabel periodik. Secara alamiah, kalsium dapat ditemukan dalam

berbagai bentuk, mulai dari batuan kapur hingga berbagai jenis makanan.

Tubuh manusia secara terus-menerus memerlukan kalsium untuk

menjalankan berbagai fungsi fisiologis, sehingga asupan kalsium yang

memadai melalui diet sangat penting. Kalsium adalah elemen penting yang

mendukung berbagai fungsi vital dalam tubuh manusia. Fungsi-fungsi ini

mencakup: (Saras, 2023)

1. Kesehatan Tulang dan Gigi: Kalsium adalah komponen utama dalam

pembentukan dan pemeliharaan tulang dan gigi yang kuat. Ini

merupakan aspek penting dalam mencegah osteoporosis dan masalah

terkait tulang lainnya, terutama pada wanita pasca menopause.

2. Kontraksi Otot: Kalsium memainkan peran krusial dalam kontraksi otot.

Ketika Anda ingin bergerak, seperti mengangkat sesuatu atau berlari,

sinyal saraf merangsang pelepasan kalsium, yang memungkinkan otot

untuk berkontraksi.

3. Pemantauan Jantung: Kalsium juga diperlukan untuk menjaga detak

jantung yang normal. Itu mempengaruhi aliran listrik dalam jantung dan

kontraksi otot jantung yang membantu memompa darah ke seluruh

tubuh.

4. Pembekuan Darah: Kalsium diperlukan dalam proses pembekuan

darah. Ketika Anda mengalami luka atau cedera, kalsium membantu


dalam pembentukan gumpalan darah untuk menghentikan

pendarahan.

5. Transmisi Impuls Saraf: Kalsium adalah bagian penting dari transmisi

impuls saraf. Saat sel saraf menerima sinyal, ion kalsium masuk ke

dalam sel saraf, yang memicu pelepasan neurotransmitter dan

transmisi sinyal ke sel-sel lain di tubuh.

6. Regulasi Sistolik: Kalsium berperan dalam mengontrol tekanan darah

dan membantu dalam kontraksi dan relaksasi pembuluh darah.

7. Fungsi Enzimatik: Kalsium berperan dalam aktivasi berbagai enzim

dalam tubuh, yang terlibat dalam aktivasi berbagai enzim dalam tubuh,

yang terlibat dalam berbagai proses biokimia, termasuk pencernaan

dan metabolisme.

8. Kesehatan Sel: Kalsium memainkan peran penting dalam menjaga

kesehatan sel. Ini berperan dalam menjaga keseimbangan elektrolit

seluler dan regulasi permeabilitas membran sel.

WHO merekomendasikan konsumsi kalsium oleh ibu hamil dengan

dosis 1,5-2,0 gr/hari, dari usia kehamilan 20 minggu hingga akhir kehamilan.

[15] Kebutuhan kalsium wanita dewasa di Indonesia sebelum hamil sesuai

dengan kelompok umur adalah sebesar 1000-1200 mg/hari. Kemudian

diperlukan tambahan asupan kalsium sebesar 200 mg/hari pada trimester I, II,

dan III. Kalsium umumnya dapat ditoleransi dengan baik dalam tubuh.

Beberapa efek samping ringan seperti sakit kepala, sembelit, mual, muntah,

anoreksia, sakit perut, perut kembung dapat terjadi 1-10% saat pemberian
suplemen kalsium, namun pada beberapa kajian literature efek samping dari

suplemen kalsium selama kehamilan belum pernah dilaporkan. Komplikasi

yang paling ditakuti dari peningkatan asupan kalsium adalah batu ginjal. Data

yang dilaporkan dari dua penelitian besar pada kejadian urolitiasis dan kolik

ginjal menunjukkan risiko peningkatan yang tidak signifikan dalam kelompok

intervensi dibandingkan dengan kontrol (RR 1.52 [95% CI 0.06-40.67] dan RR

1,75 [95% CI 0.51-5.99], Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan

risiko batu ginjal pada kelompok yang diberi kalsium dibandingkan dengan

kontrol. Kalsium dapat mengganggu penyerapan beberapa mineral lain

seperti besi atau seng, dan dengan obat-obatan seperti bifosfonat dan

tetrasiklin. Namun Interaksi ini sangat mudah dikelola dengan memisahkan

suplementasi kalsium dari yang obat atau mineral lain dengan jarak konsumsi

2 jam atau lebih. (Harhap & Ningsih, 2022)

Kalsium merupakan suatu mineral yang terdapat dalam tubuh manusia

yaitu sejumlah 1,5% sampai dengan 2% dari berat badan. 99% kalsium yang

terdapat ditulang dan sebanyak 1% terdapat di dalam cairan tubuh seperti

serum darah dan sel-sel tubuh . Kalsium juga banyak berperan dalam proses

fisiologis. Umumnya kadar kalsium dalam darah terus dikontrol agar kadarnya

tetap normal. Ketika terjadi hipokalsemia (penurunan kadar kalsium dalam

darah) maka tulang mengeluarkan kalsium untuk mengembalikkan kadar

normalnya. Sementara saat terjadi keadaan kalsium dalam darah yang tinggi

(hiperkalsemia) maka kalsium yang berlebih tersebut disimpan dalam tulang

atau dikeluarkan dari tubuh melalui air seni dan feses (Amran, 2018). Kadar

kalsium serum normal yaitu 8- 10 mg/dl (2-2,5 mmol/L) dan kadar ion kalsium

normal yaitu 4-5,6 mg/Dl (1-1,4 mmol/L) (Mutia, 2018)(Li et al., 2013). Meski
ada banyak variasi asupan, penyerapan dan ekskresi kalsium, konsentrasinya

dalam darah tetap sangat konstan. Hal ini terjadi karena ada mekanisme tatist

pertukaran di tempat untuk memastikan bahwa kalsium selalu tersedia untuk

memudahkan komunikasi yang efisien antara sel dan untuk memastikan

bahwa proses ini berjalan secara terus menerus. Di dalam sel eritrosit

manusia kalsium total konsentrasinya tat bervariasi dari 0,8mg/L dan akan

menjadi > 200mg/L pada sel otot atau trombosit. Lebih dari 99,9% dari

kalsium intraselular ini terikat pada struktur sel termasuk tatist, mitokondria

dan tatistic endoplasma. (Ahmad, 2021)

Pemeriksaan kalsium darah dapat dilakukan dengan menggunakan

serum atau plasma. Pemeriksaan kadar kalsium darah dapat dilakukan

melalui bermacammacam metode yaitu Prinsip pemeriksaan kalsium pada

serum dengan metode Arsenazo III secara kimia stabil dan memiliki afinitas

yang sangat tinggi terhadap kalsium pada kisaran pH netral. Gangguan yang

disebabkan oleh magnesium dieliminasi dengan penambahan 8-

hydroxyquinoline-5sulfonic acid. Dalam sistem pengujian ini, Arsenazo III

yang membentuk Arsenazo III biru kompleks kalsium dengan maksimum

absorbansi pada 650 nm. Konsentrasi kalsium sebanding dengan absorbansi

biru berwarna kompleks Arsenazo IIIkalsium. Kalsium sebagai nutrisi paling

sering dikaitkan dengan pembentukan dan metabolisme tulang. Lebih dari

99% dari total kalsium tubuh ditemukan sebagai kalsium hidroksiapatit

(Ca10[PO4]6[OH]2) dalam tulang dan gigi. Kalsium, sebagai bagian dari

mineral hidroksiapatit, disimpan ke dalam matriks organik kerangka, sangat

penting untuk strukturnya dan diperlukan untuk kekakuan, kekuatan, dan

elastisitas jaringan. Kerangka berfungsi sebagai sumber mineral dan alkali


dan karenanya sangat penting untuk homeostasis mineral secara

keseluruhan. Kerangka mengandung 98% dari total kalsium tubuh. (Salsabila

et al., 2023)

BAB III

METODE KERJA

Cara Kerja:

 MAGNESIUM

PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien: pasien diminta untuk melakukan puasa 12 jam. sebaiknya

dimulai dari jam 7 atau 8 malam. Selama puasa pasien diperbolehkan

meminum air putih dan tidak boleh melakukan aktivitas berat selama puasa.

2. Disiapkan alat dan bahan

3. Memasang tourniquet pada lengan, sehingga pembuluh vena lebih terlihat

jelas dan sampel darah mudah diambil

4. Membersihkan area pengambilan sampel dengan alkohol swab

5. Ditusuk vena menggunakan spoit untuk mengambil sampel darah

6. Lepas tourniquet dan menekan bekas tusukan, lalu menutupnya dengan

plaster

7. Memasukkan sampel darah yang diambil ke dalam tabung plain.


ANALITIK

1. Bawa reagen dan sampel ke suhu kamar

2. Pipet ke dalam tabung reaksi yang berlabel

Tabung Blanko Sampel Cal standar

Reagen R1 1,0 mL 1,0mL 1,0mL

Sampel - 10μL -

Cal standar - - 10μL

3. Campur dan diamkan tabung selama 2 menit pada suhu kamar

4. Baca serapan (A) sampel dan standar pada 520 nm terhadap blanko reagen

Warnanya stabil setidaknya selama 1 jam

PASCA ANALITIK

Nilai Rujukan:

Anak-anak (2-12 tahun) 1.7-2.3 mg/dL (0.70-0.94 mmol/L)

Dewasa (12-60 tahun) 1.6-3.0 mg/dL (0.66-1.23 mmol/L

Interpretasi Hasil:

 Peningkatan kadar

Hiperlipoproteinemia, infark miokardial akut, hipertensi, trombosis

serebral, hipotiroidisme, sindrom nefrotik, aterosklerosis, sirosis

Laennecatau alkoholik, diabetes melitus tidak terkontrol, pankreatitis,

sindrom Down, stres, diet tinggi karbohidrat, kehamilan.


 Penurunan Kadar

B-lipoproteinemia kongenital, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme,

malnutrisi protein, latihan fisik, malnutrisi protein, latihan fisik.

 KALSIUM

PRA ANALITIK

1. Persiapan pasien: pasien diminta untuk melakukan puasa 12 jam. Sebaiknya

dimulai dari jam 7 atau 8 malam. Selama puasa pasien diperbolehkan

meminum air putih dan tidak boleh melakukan aktivitas berat selama puasa.

2. Disiapkan alat dan bahan

3. Memasang tourniquet pada lengan, sehingga pembuluh vena lebih terlihat

jelas dan sampel darah mudah diambi.

4. Membersihkan area pengambilan sampel dengan alkohol swab

5. Ditusuk vena menggunakan spoit untuk mengambil sampel darah

6. Lepas tourniquet dan menekan bekas tusukan, lalu menutupnya dengan

plaster

7. Memasukkan sampel darah yang diambil ke dalam tabung plain.

ANALITIK

1. Bawa reagen dan sampel ke suhu kamar

2. Pipet kedalam tabung reaksi yang berisi label


Tabung Blanko sampel Cal standar

R1 1,0 mL 1,0 mL 1,0mL

Reagen - 10μL

Cal standar - - 10μL

3. dan diamkan tabung selama 2 menit pada suhu kamar

4. baca absorbansi (A) sampel dan standar pada 650 nm terhadap blanko

reagen

o warnanya stabil selama 8 jam pada suhu kamar

PASCA ANALITIK

Nilai Rujukan

 Serum & plasma

Bayi baru lahir (<10 hari) 7.6-10.4 mg/dL (1.9-2.6 mmol/L)

Anak-anak (2-12 tahun) 8.8-10.4 mg/dL (2.2-2.6 mmol/L

Dewasa (12-60 tahun) 8.4-10.2 mg/dL (2.1-2.5 mmol/L

Interpretasi Hasil:

 Peningkatan kadar

Hiperlipoproteinemia, infark miokardial akut, hipertensi, trombosis

serebral, hipotiroidisme, sindrom nefrotik, aterosklerosis, sirosis


Laennecatau alkoholik, diabetes melitus tidak terkontrol, pankreatitis,

sindrom Down, stres, diet tinggi karbohidrat, kehamilan.

 Penurunan Kadar

B-lipoproteinemia kongenital, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme,

malnutrisi protein, latihan fisik, malnutrisi protein, latihan fisik.

BAB IV

HASIL PEMERIKSAAN

 Magnesium:

Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini yaitu 1.8 mg/dL. Pada

sampel yang digunakan yaitu sampel wanita dewasa, yang dimana nilai

normalnya adalah 1.6-3.0 mg/dL yang menandakan hasil pada pemeriksaan

normal.

 Kalsium:

Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum kali ini yaitu 8,5 mg/dL. Pada

sampel yang digunakan yaitu sampel wanita dewasa, yang dimana nilai

normalnya adalah 8.4-10.2 mg/dL yang menandakan hasil pada pemeriksaan

normal.
BAB V

PEMBAHASAN

 Tahap-tahap pemeriksaan Magnesium

Pemeriksaan magnesium dapat dilakukan melalui beberapa tahap,

tergantung pada tujuan pemeriksaan tersebut. Berikut adalah beberapa tahap

umum dalam pemeriksaan magnesium:

9. Penentuan Tujuan Pemeriksaan:

Tentukan alasan pemeriksaan magnesium, apakah untuk keperluan

medis, industri, atau penelitian.

10. Persiapan Sampel:

Kumpulkan sampel yang akan diperiksa. Ini bisa berupa darah, air,

tanah, atau material lainnya sesuai kebutuhan.

11. Metode Pemeriksaan:

Pilih metode pemeriksaan yang sesuai. Misalnya, spektrofotometri

atom, titrasi kompleksometri, atau metode lainnya.


12. Kalibrasi Instrumen:

Kalibrasikan instrumen laboratorium yang akan digunakan untuk

memastikan akurasi hasil.

13. Pengukuran:

Lakukan pengukuran magnesium menggunakan metode yang telah

dipilih.

14. Interpretasi Hasil:

Analisis hasil pemeriksaan dan interpretasikan sesuai dengan standar

referensi atau batasan yang ada.

15. Pelaporan Hasil:

Buat laporan hasil pemeriksaan magnesium dengan jelas dan rinci.

16. Verifikasi:

Lakukan verifikasi hasil pemeriksaan untuk memastikan konsistensi

dan keakuratan.

Penting untuk mencatat bahwa prosedur ini dapat bervariasi

tergantung pada jenis sampel dan kebutuhan pemeriksaan yang spesifik. Jika

ini untuk keperluan medis, pemeriksaan magnesium dalam darah biasanya

dilakukan untuk mengevaluasi kadar magnesium dalam tubuh.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan Magnesium

Beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan magnesium,

baik dalam darah maupun dalam berbagai jenis sampel lainnya. Berikut

adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan:


1. Interferensi Zat Lain:Keberadaan zat-zat lain dalam sampel dapat

menyebabkan interferensi atau percampuran sinyal, mempengaruhi

hasil akhir.

2. Tingkat Hidrasi Tubuh:

Kadar magnesium dalam darah dapat dipengaruhi oleh tingkat hidrasi

tubuh. Dehidrasi atau kelebihan cairan dapat memberikan hasil yang

tidak akurat.

3. Obat-obatan:

Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti diuretik atau suplemen

magnesium, dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.

4. Kondisi Medis:

Beberapa kondisi medis, seperti gagal ginjal, diabetes, atau penyakit

tertentu, dapat memengaruhi kadar magnesium dalam darah.

5. Waktu Pengambilan Sampel:

Waktu pengambilan sampel darah dapat mempengaruhi hasil. Kadar

magnesium dalam darah bisa bervariasi selama hari.

6. Metode Analisis:

Metode analisis yang digunakan dalam laboratorium dapat

memberikan hasil yang berbeda tergantung pada kepekaan dan

spesifisitas metode tersebut.

7. Umur dan Jenis Kelamin:

Faktor-faktor demografis seperti usia dan jenis kelamin dapat

mempengaruhi kadar magnesium.

8. Diet:
Pola makan dan asupan magnesium melalui makanan atau suplemen

dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.

9. Prosedur Pengambilan Sampel:

Cara pengambilan sampel dan penanganan yang tepat sangat penting

untuk mencegah kontaminasi atau perubahan kadar magnesium.

10. Faktor Lingkungan:

Kondisi lingkungan tempat penyimpanan dan pengolahan sampel juga

dapat berpengaruh.

 Tahap-tahap pemeriksaan Kalsium

Pemeriksaan kalsium umumnya melibatkan beberapa tahap untuk

mendapatkan hasil yang akurat. Berikut adalah tahap-tahap umum dalam

pemeriksaan kalsium:

1. Penentuan Tujuan Pemeriksaan:

Tentukan tujuan pemeriksaan, apakah untuk keperluan medis,

penelitian, atau industri.

2. Persiapan Sampel:

Kumpulkan sampel yang akan diperiksa. Pada umumnya, pemeriksaan

kalsium dapat dilakukan pada darah (serum atau plasma) atau urine.

3. Metode Pemeriksaan:

Pilih metode pemeriksaan yang sesuai. Metode umum melibatkan

spektrofotometri atom, spektrofotometri sinar-X, atau metode

elektrokimia.
4. Kalibrasi Instrumen:

Lakukan kalibrasi instrumen laboratorium untuk memastikan akurasi

pengukuran.

5. Pengukuran:

Lakukan pengukuran kalsium dalam sampel menggunakan metode

yang telah dipilih.

6. Interpretasi Hasil:

Analisis hasil pemeriksaan dan interpretasikan sesuai dengan batasan

dan standar referensi yang berlaku.

7. Pelaporan Hasil:

Buat laporan hasil pemeriksaan kalsium dengan jelas dan rinci.

8. Verifikasi:

Lakukan verifikasi hasil pemeriksaan untuk memastikan konsistensi

dan keakuratan.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan Kalsium

Beberapa faktor dapat memengaruhi hasil pemeriksaan kalsium dalam

sampel darah atau urine. Berikut adalah beberapa faktor yang perlu

diperhatikan:

1. Interferensi Zat Lain:

Keberadaan zat-zat seperti protein, lemak, atau garam dalam sampel

dapat menyebabkan interferensi, memengaruhi akurasi pengukuran

kalsium.

2. Waktu Pengambilan Sampel:


Kadar kalsium dalam darah dapat bervariasi selama hari. Idealnya,

pengambilan sampel dilakukan pada waktu yang sama dalam sehari

untuk meminimalkan fluktuasi.

3. Kondisi Medis:

Beberapa kondisi medis seperti penyakit ginjal, hiperparatiroidisme,

atau hipotiroidisme dapat memengaruhi kadar kalsium dalam tubuh.

4. Obat-obatan:

Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti diuretik, kortikosteroid, atau

suplemen kalsium, dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.

5. Umur dan Jenis Kelamin:

Faktor-faktor demografis seperti usia dan jenis kelamin dapat

memengaruhi kadar kalsium dalam tubuh.

6. Asupan Makanan dan Suplemen:

Diet kaya kalsium atau asupan suplemen kalsium dapat memengaruhi

hasil pemeriksaan.

7. Ketidakstabilan Sampel:

Penanganan yang tidak benar atau pengolahan sampel yang tidak

tepat dapat mengakibatkan perubahan kadar kalsium.

8. Metode Analisis:

Berbagai metode analisis dapat memberikan hasil yang berbeda.

Metode yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan dan

karakteristik sampel.

9. Hormon Vitamin D:
Hormon vitamin D berperan penting dalam penyerapan kalsium.

Gangguan pada kadar vitamin D dapat memengaruhi keseimbangan

kalsium.

10. Faktor Lingkungan:

Kondisi lingkungan selama pengambilan sampel dan penyimpanan

juga dapat mempengaruhi hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F. F. R. (2021). Konsentrasi Kalsium Serum dengan Fungsi Paru Penderita Penyakit

Paru Obstruksi Kronik (PPOK) (H. Shofa (ed.); 1st ed.). CV. Azka

Pustaka.https://books.google.co.id/books?

id=IzZZEAAAQBAJ&pg=PA27&dq=kalsium&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sourc

e=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjz2aziwoeDAxVg1TgGHepZCBMQ6AF6BAg

HEAM#v=onepage&q=kalsium&f=false

Amir, A. Y., & Sulastri, D. (2019). Hubungan Kadar Magnesium Dalam Asi Dan Asupan Energi

Ibu Dengan Penambahan Berat Badan Bayi Usia 0-6 Bulan Dipuskesmas Lubuk Buaya
Padang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 41.

https://doi.org/10.26751/jikk.v10i1.655

Budiasih, K. S. (2009). Studi Bioanorganik : Mineral Runutan Dalam Metabolisme tubuh.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan MIPA, 143–150.

Harhap, N., & Ningsih, N. S. (2022). Manfaat Suplemen Kalsium Untuk Ibu Hamil denga

Preeklampsia (H. Amran (ed.)). CV. Ruang Tentor. https://books.google.co.id/books?

id=psCoEAAAQBAJ&pg=PA16&dq=kalsium&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sour

ce=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjz2aziwoeDAxVg1TgGHepZCBMQ6AF6BA

gFEAM#v=onepage&q=kalsium&f=false

Horne, M. M., & Swearigen, P. L. (2001). Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam Basa (Y. Asih

(ed.); 2nd ed.). Buku Kedoktera EGC. https://books.google.co.id/books?

id=AQsm1lRShhwC&pg=PA102&dq=kalsium&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sou

rce=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjz2aziwoeDAxVg1TgGHepZCBMQ6AF6B

AgLEAM#v=onepage&q=kalsium&f=false

Lendawati, Udani, G., & Sugiarti, M. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar

Magnesiu Darah pada Lansia. Holistik Jurnal Kesehatan, 16(7), 581–587.

Mudeng, G. N. L., Paruntu, M. E., & Assa, Y. A. (2016). Gambaran magnesium serum pada

pekerja bangunan. Jurnal E-Biomedik, 4(2), 2–5.

https://doi.org/10.35790/ebm.4.2.2016.14630

Rompas, G. R., & Kaligis, S. H. M. (2015). Perbandingan Kadar Magnesium Serum Sebelum

Dan. 3.
Salsabila, S., Prabandari, A. S., & Junita, D. (2023). Biokimia Gizi (Oktavianis (ed.); 1st ed.).

Get Press Indonesia. https://books.google.co.id/books?

id=Uu_UEAAAQBAJ&pg=PA159&dq=pemeriksaan+kalsium+darah&hl=id&newbks=1

&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjdmqbQxIeDAxX

z8DgGHWrEAUQQ6AF6BAgJEAM#v=onepage&q=pemeriksaan kalsium darah&f=false

Saras, T. (2023). Kalsium: Tulang Kuat dan Kesehatan yang Optimal (Hanita (ed.); 1st ed.).

Tiram Media. https://books.google.co.id/books?

id=6OLcEAAAQBAJ&pg=PP7&dq=kalsium&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sourc

e=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjz2aziwoeDAxVg1TgGHepZCBMQ6AF6BAg

GEAM#v=onepage&q=kalsium&f=false

Rompas, G. R., & Kaligis, S. H. M. (2015). Perbandingan Kadar Magnesium Serum Sebelum Dan. 3.

Anda mungkin juga menyukai