Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL PENELITIAN

GANGGUAN TIDUR (INSOMNIA)


Sleep Disorder (Insomnia)
Alysia Ridharaudha Zahrania1, Intan Kusumasari2, Bestari Ayu Rahmania3
1
Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Korespondensi: dr. Nining Lestari, M.P.H. email: dr.nininglestari@ums.ac.id
ABSTRAK

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar
20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang
serius. Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67%. Walaupun demikian, hanya satu
dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter. Insomnia umumnya
merupakan kondisi sementara atau jangka pendek. Dalam beberapa kasus, insomnia dapat menjadi kronis. Hal
ini sering disebut sebagai gangguan penyesuaian tidur karena paling sering terjadi dalam konteks situasional
stres akut, seperti pekerjaan baru atau menjelang ujian. Insomnia ini biasanya hilang ketika stressor hilang atau
individu telah beradaptasi dengan stressor.
Kata Kunci : Insomnia, Tingkat Insomnia, kualitas hidup
ABSTRACT
Insomnia is the most common sleep disorder. Every year it is estimated that around 20% -50% of adults
report a sleep disorder and around 17% fix serious sleep problems. The prevalence of sleep disorders in the
elderly is quite high at around 67%. However, only one of the reported causes of sleep has been diagnosed by a
doctor. Insomnia is a temporary or short-term condition. In some cases, insomnia can become chronic. This is
often referred to as the most common issue issue in acute stress situational situations, such as a new job or exam.
This insomnia is usually lost because of stress that is lost or individuals who are replaced with stressors
Keywords :.Insomnia, insomnia level, quality of life
PENDAHULUAN adanya ganguan emosi maupun gangguan fisik.

Gejala ini sering muncul seiring dengan


Salah satu komponen kesehatan
bertambahnya usia seseorang atau karena
individu yag paling penting adalah tidur.
depresi (Sayekti & Hendrati, 2015).
Kebutuhan tidur pada bayi yaitu 13-16 jam
Menurut NSF (National Sleep
untuk pertumbuhan, pada anak yaitu 8-12 jam
Foundation), kurangnya tidur pada seseorang
untuk untuk perkembangan otak dan ketahanan
akan menyebabkan proses berpikir dan bekerja
memori, pada dewasa yaitu 6-9 jam untuk
lebih lambat, membuat banyak kesalahan, dan
menjaga kesehatan, dan pada usia lanjut adalah
sulit untuk mengingat sesuatu. Hal ini
5-8 jam untuk menjaga kondisi fisik serta
mengakibatkan produktivitas kerja menurun
mencegah penurunan kesehatan (Olii, et al.,
dan lebih buruk lagi dapat menyebabkan
2018).
kecelakaan. Efek lainnya yaitu seseorang
Tidur merupakan pemberin
menjadi individu yang mudah marah, tidak
kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan
sabar, gelisah dan depresi. Masalah ini dapat
kondisi tubuh, baik secara jasmani maupun
mengganggu pekerjaan dan hubungan keluarga,
mental. Namun sebenarnya kebutuhan waktu
serta mengurangi aktivitas sosial (Nurdin, et al.,
untuk tidur bagi setiap orang adalah berlainan
2018).
dan bervariasi tergantung pada kebiasaan yang

dibawa semasa perkembangannya menjelang Berdasarkan latar belakang di atas,

dewasa, aktivitas kerja, usia, kondisi kesehatan, maka dalam literatur ini akan membahas

dan lain sebagainya (Nasution, 2017). mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

Bagi sebagian besar orang tidur insomnia untuk memenuhi kebutuhan

merupakan hal yang mudah, namun ada informasi bagi masyarakat.

beberapa orang yang menganggap tidur


DEFINISI
merupakan hal yang sulit dilakukan. Kondisi ini
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk
kita sebut dengan insomnia. Pengidap insomnia
mendapatkan jumlah tidur kita perlu untuk
biasanya kesulitan dalam memulai dan
bangun dengan perasaan telah beristirahat dan
mempertahankan tidur, hal ini disebabkan oleh
segar (Singh, 2016). Menurut Diagnostic and
Statistical Manual of MentalDisorders Fifth waktu tidur, depresi berat, atau karena

Edition (DSM-5) mendefinisikan insomnia faktor stres. Hal ini mengakibatkan kantuk

sebagai ketidakpuasan terhadap kuantitas dan dan gangguan psikomotor, atau yang bisa

kualitas tidur dengan keluhan kesulitan kita kenal dengan kurang tidur.

memulai dan mempertahankan tidur (American


2. Insomnia Akut
Psychiatric Association , 2013)
Insomnia akut juga dikenal sebagai
EPIDEMIOLOGI
insomnia jangka pendek atau insomnia
Antara 10% dan 30% orang dewasa menderita
terkait stres. Merupakan ketidakmampuan
insomnia pada waktu tertentu dan setengah
menjaga konsistensi tidur dalam jangka
darinya memiliki insomnia pada tahun tertentu.
waktu kurang dari satu bulan. Insomnia
Orang di atas usia 65 yang terkena lebih sering
terjadi ketika seseorang kesulitan memulai
daripada orang yang lebih muda. Wanita lebih
atau mempertahankan tidur maupun
sering terkena dibandingkan laki-laki.
kualitas tidur yang diperoleh adalah tidur
Sebanyak 40% lebih sering terjadi pada wanita
yang tidak menyegarkan atau berkualitas
dibandingkan pria. Dilaporkan bahwa angka
buruk.
kejadian insomnia lebih tinggi di unversitas

dibandingkan populasi pada umumnya (Singh, 3. Insomnia Kronis

2016) (Sayekti & Hendrati, 2015). Insomnia kronis merupakan insomnia

yang terjadi lebih dari satu bulan.


KLASIFIKASI
penyebabnya bisa dari penyakit primer
Insomnia diklasifikasikan berdasarkan durasi
maupun penyakit yang lainnya.
kejadiannya yaitu sementara /transien, akut,
Seseorang dengan tingkat hormon stres
dan kronis (Singh, 2016).
yang tinggi atau terjadi perpindahan

1. Insomnia Sementara/Transien dari sitokin lebih sering menderita

insomnia kronis dibandingkan yang


Insomnia yang berlangsung selama kurang
lainnya. Ha ini menyebabkan gejala
dari seminggu. Penyebabnya adalah
seperti kelelahan otot, kelelahan
perubahan dalam lingkungan tidur dengan
mental, pandangan ganda dan  Faktor lain: tidur di samping pasangan

halusinasi. mendengkur, parasit, kondisi genetik,

pikiran yang terlalu aktif, dan


ETIOLOGI
kehamilan.
Insomnia secara umum di sebabkan oleh
 Teknologi media di kamar tidur :
(Singh, 2016):
para peneliti dari University of
 Gangguan dalam ritme sirkadian: jet
Helsinki, Finlandia, melaporkan bahwa
lag, pergantian shift kerja,
teknologi media di kamar tidur
ketinggian, keramaian, terlalu panas
mengganggu pola tidur pada anak-
atau dingin.
anak. Mereka menemukan bahwa
 masalah psikologis: orang dengan
anak-anak dengan TV, komputer,
gangguan mood, seperti gangguan
video game, pemutar DVD dan ponsel
bipolar atau depresi, serta gangguan
di kamar tidur mereka tidur jauh lebih
kecemasan atau gangguan psikotik
sedikit daripada anak-anak tanpa
lebih mungkin untuk menderita
perangkat ini di kamar tidur mereka.
insomnia.
Kondisi medis dan psikitari : Insomnia bisa
 Kondisi medis: lesi otak dan tumor,
terjadi karena adanya kondisi medis yang
stroke, sakit kronis, sindrom kelelahan
dialami, seperti penyalahgunaan zat, efek putus
kronis, gagal jantung kongestif, angina,
zat, kondisi yang menyakitkan atau tidak
penyakit asam-reflux (GERD),
menyenangkan dan bisa juga karena adanya
penyakit paru obstruktif kronik, asma,
kondisi psikiatri, seperti kecemasan ataupun
sleep apnea, Parkinson dan penyakit
adanya depresi. Keluhan yang dialami adalah
Alzheimer, hipertiroidisme, arthritis,
sulit dalam memulai tidur dan mempertahankan
Nasal / sinus alergi, masalah
tidur (Sadock & Sadock, 2010).
pencernaan seperti refluks.
Insomnia kronis biasanya merupakan akibat
 Hormon: estrogen, hormon bergeser
dari stres, peristiwa hidup atau kebiasaan yang
saat menstruasi.
mengganggu tidur. Mengobati penyebab yang

mendasari dapat mengatasi insomnia, tapi


kadang-kadang bisa berlangsung selama penyebab umum tambahan insomnia meliputi

bertahun-tahun. Penyebab umum insomnia (Singh, 2016):

kronis meliputi (Singh, 2016):


 Gangguan kesehatan mental. gangguan

 Stress. Kekhawatiran tentang pekerjaan, kecemasan, seperti pasca traumatic stress

sekolah, kesehatan, keuangan atau keluarga disorder, dapat mengganggu tidur.

dapat menjaga pikiran aktif pada malam Kebangkitan terlalu dini dapat menjadi

hari, sehingga sulit untuk tidur. Peristiwa tanda depresi. Insomnia sering terjadi

kehidupan yang penuh stres atau trauma - dengan gangguan kesehatan mental lainnya

seperti kematian atau penyakit dari orang juga.

yang dicintai, perceraian, atau kehilangan  Obat. Banyak resep obat yang dapat

pekerjaan juga dapat menyebabkan mengganggu tidur, seperti antidepresan

insomnia. tertentu dan obat untuk asma atau tekanan

 Perjalanan atau jadwal kerja. Irama darah. Banyak obat yang di jual bebas -

sirkadian bertindak sebagai jam internal, seperti beberapa obat nyeri, alergi dan obat

membimbing hal-hal seperti siklus tidur- dingin, dan produk penurunan berat badan -

bangun, metabolisme dan suhu tubuh. mengandung kafein dan stimulan lainnya

Mengganggu irama sirkadian tubuh pasien yang bisa mengganggu tidur.

dapat menyebabkan insomnia. Penyebab  Gangguan terkaid tidur. Sleep apnea

termasuk jet lag dari bepergian melintasi menyebabkan pasien berhenti bernapas

beberapa zona waktu, bekerja pergeseran secara berkala sepanjang malam,

akhir atau awal, atau sering berubah shift. mengganggu tidurnya. Restless legs

Insomnia kronis juga dapat dikaitkan dengan syndrome menyebabkan sensasi tidak

kondisi medis atau penggunaan obat-obatan menyenangkan di kaki dan keinginan

tertentu. Mengobati kondisi medis dapat hampir tak tertahankan untuk memindahkan

membantu meningkatkan tidur, tapi insomnia mereka, yang dapat mencegah pasien jatuh

dapat bertahan setelah kondisi medis membaik. tertidur.


 Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh,  Mengandalkan pil tidur atau alkohol untuk

cola dan minuman berkafein lainnya tertidur.

stimulan. Minum di sore hari atau malam MEKANISME (Singh, 2016):

hari dapat menjaga dari jatuh tertidur di


Kortisol
malam hari. Nikotin dalam produk
Kortisol adalah hormon stres pada manusia,
tembakau adalah stimulan lain yang dapat
tetapi juga hormon stimulasi. Menganalisis
mengganggu tidur. Alkohol dapat
sampel air liur yang diambil di pagi hari telah
membantu tidur, tetapi mencegah tahap
menunjukkan bahwa pasien dengan insomnia
yang lebih dalam tidur dan sering
mempunyai kadar kortisol secara signifikan
menyebabkan kebangkitan di tengah
lebih rendah bila dibandingkan dengan
malam.
kelompok kontrol dengan pola tidur yang
TANDA DAN GEJALA
teratur. Seseorang yang memiliki kortisol

Gejala insomnia pada umumnya berupa rendah ketika bangun tidur juga memiliki

kesulitan untuk memulai tidur, sulit mengatur sedikit konsolidasi memori dibandingkan

waktu tidur, bangun tidur terlalu awal, dan dengan tingkat kortisol normal. Dalam hal ini

kualitas tidur yang buruk (Hosley, et al., 2016) berkaitan dengan obat yang menenangkan

gangguan mood atau kecemasan, seperti


Gejala Insomnia (Singh, 2016)
antidepresan, akan mengatur kadar kortisol dan
 Kesulitan tidur di malam hari
membantu mencegah insomnia.
 Kesulitan mendapatkan kembali tidur saat
Estrogen
bangun tidur pada malam hari
Banyak wanita menopause telah melaporkan
 Bangun terlalu pagi
perubahan dalam pola tidur sejak memasuki
 Tidak merasa baik beristirahat setelah tidur
menopause yang mencerminkan gejala
malam
insomnia. Hal ini bisa terjadi karena tingkat
 Lekas marah, depresi atau kecemasan
estrogen yang rendah dan dapat menyebabkan
 Meningkatnya kesalahan atau kecelakaan reaksi hot flashes, perubahan reaksi stres, atau

perubahan keseluruhan dalam siklus tidur, yang


semua bisa berkontribusi untuk insomnia. tinggal dan jadwal antara bekerja dan istirahat

Pengobatan estrogen serta kombinasi estrogen- yang tidak teratur (Azad, et al., 2015)

progesteron suplemen sebagai terapi Faktor resiko terjadinya insomnia menurut

penggantian hormon dapat membantu (Singh, 2016)

mengatur siklus tidur wanita menopause.  Wanita. pergeseran hormon selama siklus

menstruasi dan menopause mungkin


Progesteron
memainkan peran. Selama menopause,
Rendahnya tingkat progesteron sepanjang
keringat malam dan hot flashes sering
siklus menstruasi wanita, terutama menjelang
mengganggu tidur. Insomnia juga umum
akhir fase luteal, juga telah diketahui
dengan kehamilan.
berkorelasi dengan insomnia serta perilaku
 Usia diatas 60. Karena perubahan pola tidur
agresif, mudah marah, dan perasaan depresi
dan kesehatan, insomnia meningkat dengan
pada wanita. Sekitar 67% wanita memiliki
usia (
masalah dengan insomnia tepat sebelum atau
 memiliki gangguan kesehatan mental
selama siklus menstruasi mereka. Tingkat
atau kondisi kesehatan fisik. Banyak isu
rendah progesteron bisa, seperti estrogen,
yang mempengaruhi kesehatan mental atau
berkorelasi dengan insomnia pada wanita
fisik dapat mengganggu tidur.
menopause.
 Stres peristiwa stres dapat menyebabkan
FAKTOR RISIKO
insomnia sementara

Faktor resiko yang dapat menyebabkan  jadwal rutin. Seseorang yang bekerja tidak

insomnia berupa faktor intrinsik dan teratur atau sebagai pekerja shift dikantor

lingkungan. Faktor intrinsik disebabkan dari DIAGNOSIS


dalam diri seseorang itu sendiri seperti sistem Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan

saraf otonom yang bekerja secara berlebihan penilaian terhadap :


dan poros hipotalamus-pituitari-adrenal yang
1. Pola tidur penderita.
terlalu aktif dan faktor lingkungan yang dapat
2. Pemakaian obat-obatan, alkohol,
menyebabkan insomnia seperti kondisi tempat
atau obat terlarang.
3. Tingkatan stres psikis. 2. Catatan tidur : kuesioner yang

4. Riwayat medis. mengumpulkan informasi tentang

5. Aktivitas fisik kesehatan pribadi, riwayat medis,

6. Diagnosis berdasarkan kebutuhan dan pola tidur

tidur secara individual. 3. Tes darah: Dokter mungkin

melakukan tes darah tertentu untuk


Tidak ada tes yang pasti untuk insomnia.
menyingkirkan kondisi medis
Dokter menggunakan banyak alat yang
seperti masalah tiroid, yang dapat
berbeda untuk mendiagnosa dan mengukur
mengganggu tidur pada beberapa
gejala insomnia, beberapa di antaranya
orang.
melibatkan mengajukan pertanyaan di
4. Dokter mungkin menyarankan
kantor, memiliki mengisi log dan
untuk melakukan polisomnografi,
kuesioner, melakukan tes darah tertentu,
untuk mengumpulkan informasi
atau melakukan penelitian provokasi tidur.
tentang waktu tidur malam. Dalam
Semua tes ini membantu dokter memahami
pemerikaan ini pasien akan
pengalaman pribadi pasien dengan
terhubung ke EEG, yang memonitor
insomnia dan membuat rencana perawatan
tahapan tidur. Sebuah studi tidur
yang tepat (Singh, 2016)
juga mengukur hal-hal seperti kadar
1. log tidur: Sebuah log tidur adalah
oksigen, gerakan tubuh, (Singh,
buku harian sederhana yang
2016)
melacak rincian tentang tidur.
Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik
Dalam log tidur, rincian catatan
berdasarkan PPDGJ 3
seperti tidur, waktu bangun. Log

tidur juga dapat membantu dokter 1. Keluhan adanya kesulitan masuk

dalam menganalisa penyebab tidur atau mempertahankan tidur,

insomnia. atau kualitas tidur yang buruk


2. Gangguan minimal terjadi 3 kali akut (F43.0) atau gangguan penyesuaian

dalam seminggu selama minimal 1 (F43.2). (Maramis, 2009)

bulan
TATALAKSANA
3. Adanya preokupasi dengan tidak
A. Non Farmakoterapi
bisa tidur dan peduli yang
1. Terapi Tingkah Laku
berlebihan terhadap akibatnya pada

malam hari dan sepanjang siang hari Terapi tingkah laku bertujuan untuk

4. Ketidakpuasan terhadap kuantitas mengatur pola tidur yang baru dan

dan atau kualitas tidur mengajarkan cara untuk

menyebabkan penderitaan yang menyamankan suasana tidur. Terapi

cukup berat dan mempengaruhi tingkah laku ini umumnya

fungsi dalam sosial dan pekerjaan direkomendasikan sebagai terapi

(RI, 1993) tahap pertama untuk penderita

insomnia. (Prasetyo, 2017)


• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi

dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis Terapi tingkah laku meliputi

insomnia diabaikan. (Sadock & Sadock, a. Edukasi tentang kebiasaan


2010) tidur yang baik.

• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak b. Teknik Relaksasi.

digunakan untuk menentukan adanya Meliputi merelaksasikan otot


gangguan, oleh karena luasnya variasi secara progresif, membuat
individual. Lama gangguan yang tidak biofeedback, dan latihan
memenuhi kriteria di atas (seperti pada pernapasan. Cara ini dapat
“transient insomnia”) tidak didiagnosis di membantu mengurangi
sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres kecemasan saat tidur. Strategi

ini dapat membantu Anda


mengontrol pernapasan, nadi, b. Pergi ke tempat tidur hanya

tonus otot, dan mood. bila sudah mengantuk. Bila

dalam waktu 20 menit di


c. Terapi kognitif.
tempat tidur seseorang tidak
Meliputi merubah pola pikir
juga bisa tidur, tinggalkan
dari kekhawatiran tidak tidur
tempat tidur dan pergi ke
dengan pemikiran yang
ruangan lain dan melakukan
positif. Terapi kognitif dapat
hal-hal yang membuat
dilakukan pada konseling
santai. Hindari menonton
tatap muka atau dalam grup.
televisi. Bila sudah merasa

2. Restriksi Tidur. mengantuk kembali ke

Terapi ini dimaksudkan untuk tempat tidur, namun bila

mengurangi waktu yang dihabiskan alam 20 menit di tempat

di tempat tidur yang dapat membuat tidur tidak juga dapat tidur,

lelah pada malam berikutnya. kembali lakukan hal yang

membuat santai, dapat


3. Kontrol stimulus
berulang dilakukan sampat
Terapi ini dimaksudkan untuk
seseorang dapat tidur.
membatasi waktu yang dihabiskan
c. Bangun di pagi hari pada
untuk beraktivitas,Instruksi dalam
jam yang sama tanpa
terapi stimulus-kontrol:
mengindahkan berapa lama

a. Gunakan tempat tidur hanya tidur pada malam

untuk tidur, tidak untuk sebelumnya. Hal ini dapat

membaca, menonton memperbaiki jadwal tidur-

televisi, makan atau bekerja. bangun (kontrol waktu).


d. Tidur siang harus dihindari. Penggunaan jangka panjang

B. Farmakoterapi obat hipnotik tidak

dianjurkan. Obat hipnotik


Pengobatan insomnia secara
hendaklah digunakan dalam
farmakologi dibagi menjadi dua
waktu terbatas atau untuk
golongan yaitu benzodiazepine dan
mengatasi insomnia jangka
non-benzodiazepine. (Prasetyo,
pendek.
2017)

Dosis harus kecil dan durasi


a. Benzodiazepine
pemberian harus singkat.
(Nitrazepam,Trizolam, dan
Benzodiazepin dapat
Estazolam)
direkomendasikan untuk dua
Benzodiazepin paling sering
atau tiga hari dan dapat
digunakan dan tetap
diulang tidak lebih dari tiga
merupakan pilihan utama
kali. Penggunaan jangka
untuk mengatasi insomnia
panjang dapat menimbulkan
baik primer maupun
masalah tidur atau dapat
sekunder. Kloralhidrat dapat
menutupi penyakit yang
pula bermanfaat dan
mendasari. Penggunaan
cenderung tidak
benzodiazepin harus hati-hati
disalahgunakan.
pada pasien penyakit paru
Antihistamin, prekursor
obstruktif kronik, obesitas,
protein seperti l-triptofan
gangguan jantung dengan
yang saat ini tersedia dalam
hipoventilasi.
bentuk suplemen juga dapat

digunakan.
b. Non benzodiazepine mental lansia yang memunculkan ide bunuh

(Chloral-hydrate, diri pada lansia (Nadorf, et al., 2013)

Phenobarbital)
Tidur sama pentingnya untuk kesehatan.

KOMPLIKASI Apabila kurang tidur akibat insomnia dapat

mempengaruhi secara mental dan fisik.


Insomnia berdampak pada
Orang dengan insomnia melaporkan
kehidupan social penderita, psikologis dan
kualitas hidup yang rendah dibandingkan
fisik. Selain itu dampak ekonomi yang
dengan orang yang tidur dengan baik
disebabkan Insomnia juga cukup berat,
(Singh, 2016)
diantaranya adalah hilangnya produktivitas

dan biaya pengobatan pada pelayanan Komplikasi insomnia dapat mencakup:

kesehatan. Para ahli banyak meneliti 


kinerja yang lebih rendah pada
tentang dampak Insomnia khusus pada
pekerjaan atau di sekolah
lansia. Selain meningkatkan risiko penyakit 
waktu reaksi melambat saat mengemudi
generatif seperti Hipertensi dan Jantung,
dan risiko yang lebih tinggi dari
depresi dan stres ternyata juga merupakan
kecelakaan
manifestasi gangguan tidur ini (Ghaddafi, 
gangguan kesehatan mental, seperti
2010). Insomnia juga meningkatkan risiko
depresi, gangguan kecemasan atau
terjatuh pada lansia (Helbig, et al., 2013),
penyalahgunaan zat
serta keinginan bunuh diri dan 
Peningkatan risiko dan tingkat
penyalahgunaan obat Insomnia diprediksi
keparahan penyakit jangka panjang atau
dapat meningkatkan keinginan dalam
kondisi, seperti tekanan darah tinggi
melakukan bunuh diri dengan hubungan
dan penyakit jantung. (Singh, 2016)
yang signifikan. Insomnia ditengarai
(Ghaddafi, 2010)
sebagai faktor penting dalam kondisi
PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik dengan terapi semangat dan kemauan kita sendiri atas

yang adekuat dan juga terapi pada saran yang telah diberikan dokter dan

gangguan lain seperti depresi dan lain-lain. menerapkannya dalam kehidupan sehari-

Lebih buruk jika gangguan ini disertai hari terutama kesadaran dalam diri sendiri

skizophrenia (Sayekti & Hendrati, 2015) akan pentingnya tidur.

SIMPULAN Daftar Pustaka

Gangguan mental seperti depresi, ansietas,

demensia serta delirium dapat pula


American Psychiatric Association , 2013.
Diagnostic and Statistical Manual of
menimbulkan gangguan tidur. Dalam
Mental Disorder Fifth Edition "DSM-
5". Washington DC: american
penatalaksanaan gangguan tidur terutama Psychiatric Publising.

insomnia, selain dapat dikontrol dengan Azad, M. C. et al., 2015. Sleep Disturbance
Among Medical Student: A Global
farmakologi, kita juga harus memberikan Perspective. JClin Sleep Med, Volume
11, pp. 69-74.
farmakoterapi seperti memperbaiki higene
Ghaddafi, M., 2010. Tatalaksana Insomnia
dengan Farmakologi atau Non
tidur seperti kamar tidur harus nyaman,
Farmakologi. E-Jurnal Medika
Udayana, Volume 4, pp. 1-17.
tidak menonton, membaca, dan berdiskusi
Helbig, A. et al., 2013. Association between
di tempat tidur dapat memperbaiki tidur. Sleep Disturbance and Falls among the
Elderly Persons.. German Cooperative
Tidak meminum minuman yang bersifat Health Research in the Region of
Ausburg-Age study, Volume 14, pp.
stimulansia, terapi pengontrolan stimulus, 1356-1363.

Hosley, K. J. et al., 2016. Insomnia Symptomps


terapi pembatasan tidur, dan terapi relaksasi and Heart Rate Recovery Among
Patiens in Cardiac Rehabilitation.
serta biofeedback dapat pula dilakukan. Journal of Behavioral Meicine,
Volume 39, pp. 642-651.
SARAN Maramis, W. F., 2009. Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga
Diperlukan keteraturan tidur yang University Press.

Nadorf, M. R. et al., 2013. Insomnia


baik agar tidak memperberat gejala dan Symptomps, Nightmare and Suicidal
Ideation in Older Adults. The journal of
gangguan tidur lainnya dengan didukung Gerontology, Volume 68, pp. 145-152.
Nasution, I. N., 2017. Hubungan Kontrol Diri
dengan Perilaku Slit Tidur (Insomnia).
Psychopoytan, 1(1), pp. 39-48.

Nurdin, M. A., Arsin, A. A. & Thaha, R. M.,


2018. Kualitas Hidup Penderita
Insomnia pada Mahasiswa. Jurnal
MKMI, 14(2), pp. 128-138.

Olii, N., Kepel, B. J. & Silolonga, W., 2018.


ubungan Kejadian Insonia dengan
Konsentrasi Belajar pada Mahasiswa
Semester V Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universita Sam Ratulangi. E-Journal
keperawatan, 6(1), pp. 1-7.

Prasetyo, J., 2017. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:


Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

RI, D. K., 1993. Pedoman Penggolongan dan


Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III. s.l.:s.n.

Sadock, B. J. & Sadock, V. A., 2010. Buku Ajar


Psikiatri Klinis. s.l.:s.n.

Sayekti, N. P. W. & Hendrati, L. Y., 2015.


Analisis Risiko depresi, Tingkat sleep
Hygine dan penyakit Kronis dengan
kejadian Insomnia pada Lanisa. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 3(2), pp. 181-
193.

Singh, P., 2016. Insomnia : A Sleep disorder :


Its causes, symptomps and treatments.
International Journal of Medical and
Health Research, pp. 37-41.

Anda mungkin juga menyukai