Anda di halaman 1dari 15

LAMPIRAN MATERI

PERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN MENTAL ORGANIK

I. Pengertian gangguan jiwa organik, etiologi, tanda gejala dan


penatalaksanaannya
A. Pengertian gangguan jiwa organik
Gangguan mental organik adalah suatu kelompok gangguan jiwa yang
disebabkan oleh adanya gangguan yang terjadi pada organ lain diluar otak
tetapi gangguan tersebut mempengaruhi fungsi dan kerja otak. Gangguan
mental organik merupakan gangguan jiwa psikotik atau non psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak.
Gangguan mental organic meliputi berbagai gangguan jiwa akibat dari
disfungsi otak oleh penyebab apapun yang dapat dibuktikan atau dengan
adanya kesan yang kuat melalui riawayat /anamnesa, pemeriksanaan fisik,
maupun laboratorium. Disfungsi yang terjadi dapat bersifat primer (terjadi di
otak), maupun sekunder (diluar otak / sistemik). (Tantra, 2016)
B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan mental organic antara lain:
1. Penyakit /gangguan primer atau cidera otak
2. Penyakit /gangguan sistemik yg secara sekunder mempengaruhi otak
3. Zat atau obat yang saat itu ada/ dalam waktu panjang mempengaruhi otak
(Tantra, 2016)
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada gangguan mental organik:
1. Gangguan fungsi kognitif
Misalnya, daya ingat (memory), daya pikir (intellect), daya belajar
(learning).
2. Gangguan sensorium
Misalnya, gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention).
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol di bidang
- Persepsi (halusinasi)
- Isi pikiran (waham/delusi)
- Suasana perasaan dan emosi (depresi,gembira, cemas).
(Sadock, 2007) (Maslim,2001)
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan mental organik secara umum yaitu:
1. Medikamentosa
a) Simptomatis tergantung gejala psikiatri yang manifest
b) Pengobatan terhadap penyakit/gangguan sistemik yang menyebabkann
gangguan mental tersebut
2. Psikoterapi supportif
3. Rawat bersama dengan spesialis terkait lain, sesuai dengan jenis
penyakit/gangguan sistemik yang menyebabkan gangguan mental tersebut.
Beberapa contoh penatalaksaan gangguan mental organik berdasarkan jenis
gangguan yang dialami yaitu:
1. Delirium
Tiga tujuan utama terapi delirium yaitu:
a. Mencari dan mengobati penyebab delirium (diperlukan pemeriksaan
fisik yang cermat dan pemeriksaan penunjang yang adekuat.
Pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, analisis gas darah, fungsi hati,
dan fungsi ginjal, serta EEG atau pencitraan otak bila terdapat indikasi
disfungsi otak).
b. Memastikan keamanan pasien
c. Mengobati gangguan perilaku terkait dengan delirium, misalnya
agitasi psikomotor.
2. Demensia
Tata laksana psikososial ditujukan untuk mempertahankan
kemampuan penderita yang masih tersisa, menghambat progresivitas
kemunduran fungsi kognitif, mengelola gangguan psikologik dan
perilaku yang timbul. Latihan memori sederhana, latihan orientasi
realitas, dan senam otak, dapat membantu menghambat kemunduran
fungsi kognitif. Psikoedukasi terhadap keluarga/caregiver menjadi
bagian yang sangat penting dalam tata laksana pasien.
Pemberian obat Anti Demensia seperti Donepezil dan Rivastigmin
bermanfaat untuk menghambat kemunduran fungsi kognitif pada
Demensia ringan sampai sedang, tapi tidak dianjurkan untuk Demensia
berat. Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat
antipsikotik dosis rendah (haloperidol 0,5-1 mg/hari atau Risperidon 0,5-
1 mg/hari). Untuk mengatasi gejala Depresi dapat diberikan Antidepresan
(Sertralin 25mg/hari).
3. Gangguan akibat alkohol dan obat/Zat
Penanganan kondisi gawat darurat:
a) Pemberian Antidotum Naloxon HCl (Narcan/Nokoba) atau Naloxone
0.8 mg IV dan tunggu selama 15 menit. Jika tidak ada respons,
berikan Naloxone 1.6 mg IV dan tunggu 15 menit. Jika masih tetap
tidak ada respon, berikan Naloxone 3.2 mg IV dan curigai penyebab
lain. Jika pasien berespon, teruskan pemberian 0.4 mg/jam IV.
b) Memantau dan evaluasi tanda-tanda vital
c) Mengatasi penyulit sesuai dengan kondisi klinis
d) Bila intoksikasi berat rujuk ke ICU
II. Perbedaan gangguan jiwa organik dan gangguan jiwa fungsional
Faktor Gangguan jiwa Organik Gangguan Jiwa Fungsional
Penyebab Umum : 1. Pembawaan yang diwariskan
kerusakan sel atau trauma secara mental dan jasmani
pada otak, bisa juga berasal dari orang tua atau
disebabkan oleh penyakit salah satu generasi
atau ketidakseimbangan sebelumnya di keluarga yang
nutrisi. juga mengalami gangguan
jiwa fungsional.
Utama: 2. Adanya pengembangan
kebiasaan mental yang buruk,
1. Gangguan fungsi juga pengembangan pola
kognitif: Meliputi kebiasaan yang salah sejak
gangguan daya ingat, masa kanak – kanak.
atau memori, daya pikir, 3. fungsi sistem transmisi
konsentrasi, daya belajar. penghantar sinyal pada sel –
2. Gangguan sensorium: sel saraf otak
Gangguan kesadaran,
perhatian atau kesulitan
memfokuskan pikiran.
3. Sindrom dengan
manifestasi yang
menonjol: Adanya
halusinasi, delusi,
waham, perubahan emosi
yang tidak stabil, depresi.

Ciri ciri (Perilaku 1. Penurunan fungsi 1. disintegrasi kepribadian


Umum) intelektual dan ingatan. 2. ketidak mampuan dalam
2. Gangguan dalam melakukan penyesuaian sosial.
berbicara dan berbahasa. (Kartono, Kartini. 2000.
3. Disorientasi ruang, Psikologi Umum. Bandung:
waktu, dan orang. Sinar Baru Algies Indonesia.)
4. Adanya gangguan 3. idak adanya kesadaran pada
motorik. kenyataan, apalagi untuk
5. Mengalami gangguuan menyadari gejala – gejala dari
dalam membuat penyakitnya sendiri. Dengan
keputusan. kata lain, penderita psikosis
6. Emosi dan perasaan fungsional mengalami putus
menjadi tidak stabil. hubungan dengan dunia nyata.
7. Kepribadian yang 4. Mengalami maladjusment
berubah dan berat, juga disorganisasi dan
menyimpang. tidak dapat menyesuaikan
(Jeffrey S. Nevid, J.S, fungsi – fungsi kewajibannya,
Rathus, S.A & Green, B. dan juga fungsi inteligensi
Psikologi Abnormal Jilid juga perasaan dan kemauan
2. Jakarta: Erlangga. sendiri.
2006.) 5. Mengalami pemecahan
kepribadian serta disorientasi
terhadap lingkungan.
Mengalami gangguan efektif
yang parah sebagai reaksi
terhadap tekanan batin serta
tekanan sosial.
6. Salah dalam cara menilai
dunia luar dan selalu
melakukan introspeksi secara
mendalam dan berlebihan
sehingga menjadi terlalu keras
terhadap dirinya sendiri.
7. Mengalami kekalutan mental
yang progresif dan terpecah
secara pribadi.
8. Tidak dapat menemukan
respons yang tepat terhadap
lingkungan sekitar dan
bertindak kegilaan, maniak,
atau eksentrik. Contohnya
selalu tertawa mengikik terus
menerus tanpa dapat
dihentikan.
9. Kerap dibayangi oleh
halusinasi dan delusi.
10. Selalu merasa ketakutan,
kebingungan, dan kacau
secara emosional yang kronis.
11. Menjadi agresif, kasar, keras
kepala dan kurang ajar,
meledak- ledak, tidak bisa
tenang, ribut dan sangat
berbahaya untuk diri sendiri
serta orang lain. Kerap
menunjukkan ciri – ciri orang
ingin melakukan bunuh diri.

Jenis 1. Alcoholic psychosis,  1. Skizofrenia


terjadi karena fungsi
jaringan otak terganggu Merupakan gangguan mental yang
atau rusak akibat terlalu paling umum terjadi. Pasien
banyak minum minuman dengan kondisi ciri – ciri
keras. skizofrenia ini mengalami
2. Drug psychose atau perubahan dalam perilaku,
psikosis akibat obat-obat mengalami delusi dan halusinasi
terlarang (mariyuana, yang dapat bertahan selama lebih
LSD, kokain, sabu-sabu, dari enam bulan. Orang yang
dst.). didiagnosa dengan tipe gangguan
3. Traumatic psychosis, mental ini seringkali menunjukkan
yaitu psikosis yang kemunduran dalam fungsi sosial,
terjadi akibat luka atau sekolah atau pekerjaannya.
Beberapa macam – macam
trauma pada kepala
skizofrenia antara lain
karena kena pukul,
berupa hebefrenia atau skizofrenia
tertembak, kecelakaan,
hebefrenik, skizofrenia
dst.
katatonik, ciri -ciri
4. Dementia paralytica,
skizofrenia paranoid, dan
yaitu psikosis yang skizofrenia sederhana.
terjadi akibat infeksi
syphilis yang kemudian  2. Schizoaffective Disorder
menyebabkan kerusakan
sel-sel otak. Orang yang mengalami gangguan
ini menunjukkan gejala dari
kelainan suasana hati seperti
depresi dan schizofrenia.
Sedangkan orang yang mengalami
gangguan berupa gejala yang
berlangsung kurang dari enam
bulan didiagnosa
dengan schizophreniform disorder.
Ketahuilah juga mengenai
gangguan emosi yang hanya ada
pada tahun tertentu, yaitu seasonal
affective disorder.

 3. Gangguan Psikotik Ringan

Ketika seorang pasien hanya


mengalami sesi perilaku psikotik
yang singkat maka ia akan
didiagnosa mengalami kondisi
psikotik ringan. Episode gangguan
psikotik ini biasanya timbul
sebagai respon terhadap situasi
yang penuh stress dan biasanya
berlangsung kurang dari satu
bulan. Untuk itu perlu diketahui
bagaimana cara mengatasi
halusinasi dengan tepat dan
bagaimana gejala sakit jiwa
ringan ditangani.

 4. Delusional

Pasien memiliki keyakinan palsu


yang menyangkut kehidupan dan
situasi di dunia nyata yang dapat
saja menjadi kenyataan. Misalnya
mengidap penyakit tertentu atau
merasa sedang dijebak dalam
suatu teori konspirasi. Orang yang
memiliki gejala ini akan
didiagnosa dengan gangguan
delusional, dan bertahan selama
sekitar satu bulan. Ketahuilah juga
mengenai karakteristik gangguan
mood dan teori psikologis tentang
gangguan mood pada manusia.

 5. Psikosis karena kelelahan

Terjadinya psikosis ini adalah


disebabkan karena seseorang
mengalami kelelahan pada sistem
sarafnya terus menerus, dan
biasanya dialami oleh orang yang
sudah lanjut usia. Gejalanya
muncul secara perlahan, antara
lain tidak bisa tidur, mudah
terbangun dengan gangguan
seminimal mungkin, anemia,
dispepsia, dan mengalami
kemunduran kesehatan secara
keseluruhan. Ketahuilah juga
mengenai tingkatan dalam
gangguan jiwa, gejala gangguan
mental, dan juga apa
saja gangguan jiwa pada manusia
modern .

 6. Melankolia

Gangguan jiwa fungsional ini


berupa perasaan tertekan yang
dialami oleh penderitanya dengan
sangat dalam. Penderitanya
mengalami hambatan untuk
berpikir dan melakukan gerakan
motorik. Ada tiga macam
melankolia yaitu melankolia
sederhana, melankolia akut, dan
melankolia kronis. Penderitanya
merasakan depresi ringan dan
terkadang disertai dengan
halusinasi dan delusi.

III. Macam-macam gangguan jiwa organic


1. Demensia
a. Definisi
Demensia merupakan gangguan neurokognitif mayor. Demensia
merupakan gangguan mental organic yang dihasilkan dari penyebab
biologis. Demensia didiagnosa apabila terjadi gangguan multiple
termasuk ingatan, orientasi, Bahasa, pemahaman dan penalaran.
Terjadinya demensia sangat berhubungan dengan usia. Penyakit alzeimer
merupakan demensia yang paling umum (55% dari keseluruhan kejadian
demensia) (Smith, 2015).
Prevalensi :
Menurut data WHO tahun 2013 20% lansia adalah usia paling banyak
mengalami gangguan neurologi seperti demensia dan depresi. Secara
global, 13% lansia berusia lebih dari 60 tahun membutuhkan perawatan
total. Pada tahun 2010 – 2050 jumlah ini akan semakin meningkat dari
110 juta menjadi 277 juta lansia yang membutuhkan perawatan total
(Callaghan & Gamble, 2015).
Tipe demensia (Smith, 2015 ; Callaghan & Gamble, 2015)
a. Penyakit alzeimer
b. Parkinson
c. Demensia vascular
d. Pick’s disease
e. Hutington diseases
f. Creutzfeltd Jacob diseases
g. Demensia karena infeksi HIV
h. Trauma kepala
b. Tanda dan Gejala
Berikut merupakan beberapa tanda gejala demensia : (Smith, 2015 ;
Callaghan & Gamble, 2015)
a. Apatis
b. Mood rendah
c. Mudah Lelah
d. Impulsive
e. Cemas
f. Delusi
g. Halusinasi
h. Gangguan tidur
c. Factor Resiko
Berikut ini merupakan factor resiko demensia (Smith, 2015)
a. Genetic/ keturunan
b. Riwayat keluarga
c. Down syndrome
d. Penyakit kardiovaskuler
e. Kurang aktivitas fisik
f. Merokok
g. Trauma kepala
h. Isolasi social
i. Tinggi konsumsi alcohol
j. Diet tak sehat
d. Menejemen perawatan
Berikut ini merupakan manajemen perawatan pada demensia (Smith,
2015)
a. Stimulasi kognitif
b. Terapi validasi
c. Terapi tingkahlaku
d. Terapi kognitif
e. Pengobatan Anti demensia
2. Delirium
a. Pengertian Delirium
Delirium yang dikenal juga dengan sebutan acute confusional
state adalah sebuah gangguan yang umum, serius, tetapi secara
potensial dapat dicegah. Sindrom delirium adalah kondisi yang sering
dijumpai pada pasien geriatri di rumah sakit. Sindrom ini sering tidak
terdiagnosis dengan baik saat pasien berada di rumah (akibat kurangnya
kewaspadaan keluarga) maupun saat pasien sudah berada di unit gawat
darurat atau unit rawat jalan. Gejala dan tanda yang tidak khas
merupakan salah satu penyebabnya. Setidaknya 32% - 67% dari
sindrom ini tidak terdiagnosis, padahal kondisi ini dapat dicegah.
Literature lain menyebutkan bahwa 70% dari kasus sindrom delirium
tidak terdiagnosis atau salah terapi. Sindrom delirium sering muncul
sebagai keluhan utama atau tak jarang justrunterjadi pada hari pertama
pasien dirawat dan menunjukkan gejala yang berfluktuasi.
Salah satu gangguan yang berkaitan dengan penurunan daya
konsentrasi/masalah pemusatan perhatian adalah delirium. Delirium
adalah keadaan dimana penderita mengalami penurunan kemampuan
dalam memusatkan perhatiannya dan menjadi linglung, mengalami
disorientasi dan tidak mampu berfikir secara jernih. Gangguan delirium
ini biasanya bersifat sementara dan biasanya terjadi secara mendadak
Delirium merupakan suatu keadaan mental yang abnormal dan
bukan merupakan suatu penyakit. Gangguan ini dapat terlihat dengan
ditemukannya sejumlah gejala yang menunjukkan penurunan fungsi
mental. Berbagai keadaan atau penyakit seperti dehidrasi ringan sampai
keracunan obat atau infeksi yang bisa berakibat fatal, bisa menyebabkan
delirium.
Gangguan delirium ini sendiri paling sering terjadi pada usia
lanjut dan penderita yang otaknya telah mengalami gangguan, termasuk
di sini adalah orang yang sakit berat, orang yang mengkonsumsi obat
yang menyebabkan perubahan pikiran atau perilaku dan orang yang
mengalami demensia.
b. Gambaran Klinis
Gejala delirium sangat beragam dan, walaupun tidak spesifik,
sifatnya yang fluktuatif sangat nyata dan merupakan indikator
diagnostik yang sangat penting. Terdapat tiga bentuk delirium yang
telah diketahui, yaitu: tipe hiperaktif, hipoaktif, dan campuran. Delirium
dapat disalahartikan dengan gangguan lain, misalnya demensia,
gangguan mood dan psikosis fungsional. Diagnosis delirium pada
pasien demensia cukup sulit karena gejala delirium dan demensia yang
saling tumpang tindih.
c. Etiologi
Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya
mempunyai pola gejala serupa yang berhubungan dengan tingkat
kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab utama adalah berasal dari
penyakit susunan saraf pusat (seperti epilepsy), penyakit sistemik
(seperti gagal jantung), dan intoksikasi atau reaksi putus obat maupun
zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf
pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap
berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat. Area yang
terutama terkena adalah formasio retikularis.

Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain:


• Usia
• Kerusakan otak
• Riwayat delirium
• Ketergantungan alkohol
• Diabetes
• Kanker
• Gangguan panca indera
• Malnutrisi
• Alkohol, obat-obatan dan bahan beracun
• Efek toksik dari pengobatan
• Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium atau
magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi atau
penyakit tertentu
• Infeksi Akut disertai demam
• Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu suatu keadaan dimana cairan
yang membantali otak tidak diserap sebagaimana mestinya dan
menekan otak
• Hematoma subdural, yaitu pengumpulan darah di bawah tengkorak
yang dapat menekan otak.
• Meningitis, ensefalitis, sifilis (penyakit infeksi yang menyerang
otak)
• Kekurangan tiamin dan vitamin B12
• Hipotiroidisme maupun hipotiroidisme
• Tumor otak (beberapa diantaranya kadang menyebabkan linglung
dan gangguan ingatan)
• Patah tulang panggul dan tulang-tulang panjang
• Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan menyebabkan
rendahnya kadar oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di
dalam darah
• Stroke
d. Klasifikasi Delirium
Klasifikasi sindrok delirium berdasarkan aktifitas psikomotor
(tingkat/kondisi kesadaran, aktifitas perilaku) yakni:
1) Hiperaktif
Delirium hiperaktif merupakan delirium yang paling sering terjadi.
Pada pasien terjadi agitasi, psikosis, labilitas mood, penolakan untuk
terapi medis, dan tindakan dispruptif lainnya. Kadang diperlukan
pengawas karena pasien mungkin mencabut selang infus atau
kathether, atau mencoba pergi dari tempat tidur. Pasien delirium
karena intoksikasi, obat antikolinergik, dan alkohol withdrawal
biasanya menunjukkan perilaku tersebut.
2) Hipoaktif
Adalah bentuk delirium yang paling sering, tapi sedikit dikenali oleh
para klinisi. Pasien tampak bingung, lethargia, dan malas. Hal itu
mungkin sulit dibedakan dengan keadaan fatigue dan somnolen,
bedanya pasien akan dengan mudah dibangunkan dan dalam berada
dalam tingkat kesadaran yang normal. Rangsang yang kuat
diperlukan untuk membangunkan, biasanya bangun tidak komplet
dan transient. Penyakit yang mendasari adalah metabolit dan
ensepalopati.
Pasien yang hiperaktif paling mudah dikenali di ruang rawat karena
sangat menyita perhatian. Pasien bisa berteriak-teriak, jalan mondar-
mandir, atau mengomel sepanjang hari. Dibandingkan dengan tipe
lain, pasien yang hiperaktif mempunyai prognosis lebih baik.
e. Gejala Klinis Delirium
Gambaran dapat bervariasi tergantung pada masing-masing
individu. Mood, persepsi, dan tingkah-laku yang abnormal merupakan
gejala-gejala psikiatrik umum; tremor, asteriksis, nistagmus
inkoordinasi, inkontinensia urin, dan disfasia merupakan gejala-gejala
neurologic umum.
Gejala yang dapat ditemui antara lain gangguan kognitif global
berupa gangguan memori (recent memory= memori jangka pendek),
gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), atau gangguan proses pikir
(disorientasi waktu, tempat,orang). Gejala yang mudah diamati namun
justru terlewatkan adalah bila terdapat komunikasi yang tidak relevan,
atau autonamnesis yang sulit dipahami; kadang-kadang pasien terlihat
seperti mengomel terus atu terdapat ide-ide pembicaraan yang
melompat-lompat.
f. Prbedaan Demensia dengan Delirium
Gambaran Delirium Demensia
Riwayat Awal Penyakit akut Penyakit kronik
Cepat Lambat laun
Sebab Terdapat penyakit lain Biasanya penyakit otak
(infeksi, kronik (seperti Alzheimer,
dehidrasi, guna/putus obat demensia vaskular)
Lamanya Berhari-hari/minggu Berbulan-bulan/tahun
Perjalanan sakit Naik turun Kronik progresif
Taraf kesadaran Naik turun Stabil
Orientasi Terganggu, periodik Intak pada awalnya
Afek Cemas, labil Labil tapi tidak cemas
Bahasa Lamban, inkoheren Sulit menemukan istilah
yang tepat
Daya ingat Jangka pendek terganggu Jangka panjang dan jangka
pendek terganggu
Persepsi Halusinasi (visual) Jarang mengalami halusinasi
Psikomotor Retardasi, agitasi, campuran Normal
Tidur Terganggu siklusnya Sedikit terganggu siklusnya
Atensi dan Amat terganggu Sedikit terganggu
kesadaran
Penanganan Segera Perlu tapi tidak segera

IV. Peran keluarga merawat klien dengan gangguan jiwa organik


Keluarga merupakan suatu sistem yang memberikan dukungan dan
perawatan langsung terhadap semua anggota dalam keadaan sehat maupun sakit.
Keluarga merupakan orang terdekat bagi klien yang mengalami kesehatan. Pada
pasien gangguan jiwa organik keluarga memiliki peran penting dalam proses
penyembuhan, yaitu (Hawari, 2007):

1. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan


interpersonal dengan lingkungannya. Keluarga berperan dalam menentukan
cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah.
2. Keluarga berperan dalam pemenuhan kebutuhan fisik, seperti pangan,
sandang dan papan.
3. Keluarga berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan sosial. Dukungan
sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian, dari orang-orang yang
menyayangi klien. Dudkungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya
yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat
penderita gangguan jiwa akan bersikap positif, baik terhadap dirinya
maupunn lingkungan karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama
4. Peran keluarga dalam membantu memberikan dan memantau klien saat
minum obat. Saat klien kembali ke rumah, keluarga berperan dalam
mengawasi dan memberi perhatian pada klien agar emosi klien dapat
terjaga. Lingkungan keluarga berperan penting dalam merawat dan
meningkatkan keyakinan klien akan kesembuhan dirinya sehingga klien
memilki motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi diri, karena
suasan di dalam keluarga yang mendukung akan menciptakan perasaan
positif dan berarti bagi klien. (Maslim, 2001)
5. Keluarga harus memiliki sikap positif untuk mencegah kekambuhan pada
pasien dengan gangguan jiwa organik, keluarga harus memberikan support
kepada pasien dengan cara memotivasi dan menghargai pasien sebagai
bagian dari anggota keluarga
Daftar Pustaka
Behavioural Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition. University School of Medicine
New York; Chapter 42
Damping, C. E. (n.d.). Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien
Geriatri, 227–232.
Delirium , Pedoman Klinis NICE (Juli 2010); Delirium: diagnosis, pencegahan dan
manajemen
Hawari, Dadang. (2007). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Balai penerbit FKUI
Inouye SK, Bogardus ST, Charpentier PA. A multicomponent intervention to prevent
delirium in hospitalized older patients. New Engl J Med 1999;340(9):669-676.
Jeffrey S. Nevid, J.S, Rathus, S.A & Green 2006. B. Psikologi Abnormal Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Maslim, rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari
PPDGJ – III. Jakarta : Nuh Jaya
Meagher DJ ; Delirium: mengoptimalkan manajemen. BMJ. 20 Januari 2001; 322
(7279) :144-9.
Menkes. (2016). Keputusan menteri kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Sadock, B. J dan Alcot, V. 2007. Kaplan and Sadock’s Synopsis of Psychiatry
Smith, Grahame. 2015. Mental health nursing at glance. UK. John Wiley & Sons, Ltd.
Callaghan, P & Gamble, C. 2015. Oxford Handbook of Mental Health Nursing.
UK. Oxford University Press

Anda mungkin juga menyukai