PENAMPAKAN
Seorang laki-laki 18 tahun datang ke IGD diantar pembimbing Pramuka dengan
keluhan meracau dan gelisah. Pengantar mengatakan bahwa kejadian ini muncul tibatiba saat pasien sedang mengikuti perkemahan sabtu dan minggu. Selama kemah
pasien tidak bisa tidur, hanya makan dan minum sedikit. Pasien ketakutan, berteriak
teriak, bicara kacau, mengatakan melihat penampakan setan dan terlihat bicara
sendiri, marah dan seolah menjawab pertanyaan seseorang. Kadang pasien tiba-tiba
diam dan tampak kaku. Pasien tidak mengenali teman dan guru pembimbing
pramukanya. Bibir pasien tampak kering dan mata cekung. Pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 130/ 90 mmHg, nadi 100x/menit dan suhu 40C. Menurut
keluarga sudah lama pasien mengeluh sering pusing dan kaku di leher.
I. KATA SULIT
1. Meracau
Mengeluarkan bunyi berulang tanpa ada arti khusus
Berbicara tidak karuan saat sakit / menginggau
2. Gelisah
Selalu khawatir, merasa tidak berada dalam zona nyaman
3. Mata cekung
Disebabkan karena dehidrasi
4. Pusing
Rasa tidak nyaman karena sakit kepala
II. RUMUSAN MASALAH
1. Diagnosis Banding ?
2. Mengapa pasien sudah lama pusing dan kaku leher ?
3. Pada kasus lebih dulu dehidrasi atau hipertensi ?
4. Kenapa pasien tidak bias tidur dan makan sedikit ?
5. Hasil pemeriksaan fisik ?
6. Mengapa tiba-tiba diam dan kaku leher ?
7. Mengapa tidak mengenali orang sekitar ?
1 |BBDM SKENARIO I
2 |BBDM SKENARIO I
Diagnosis
Pasti
Diagnosis Banding
3 |BBDM SKENARIO I
Pemeriksa
V. SASARAN BELAJAR
1. Tanda tanda delirium
2. Tanda tanda meningitis
3. Pemeriksaan fisik, status mental dan pemeriksaan penunjang
4. Tatalaksana meningitis dan delirium
5. Sistem rujukan
VI. BELAJAR MANDIRI
2
3
4
proses pikir (berkisar dari tangensialitas ringan hingga inkoherensi nyata), gangguan
persepsi seperti ilusi dan halusinasi, hiperaktivitas dan hipoaktivitas psikomotor,
gangguan siklus tidur-bangun (gejala yang sering berupa tidur yang terfragmentasi di
malam hari, dengan atau tanpa rasa kantuk di siang hari), perubahan mood (dari
iritabilitas sampai disforia, ansietas, atau bahkan euforia yang nyata), serta
manifestasi lain dari fungsi neurologis yang terganggu (contoh: hiperaktivitas atau
instabilitas otonom, kejang mioklonik, dan disartria).
1.5 Kriteria Diagnosis Berdasarkan PPDGJ-III
5 |BBDM SKENARIO I
6 |BBDM SKENARIO I
Gambar
2.3 H. influenza
gejala
nonspesifik
dan
progresif berupa malaise, demam, iritabilitas, dan muntah.Gejala meningeal khas dan
tanda-tanda termasuk demam, takikardia, sakit kepala, fotofobia, perubahan status
8 |BBDM SKENARIO I
mental (misalnya, lesu, obtundation), kaku kuduk (meskipun tidak semua pasien
melaporkannya), dan Staphylococcus aureus menyebabkan nyeri punggung.
Kejang terjadi pada awal hingga 40% dari anak-anak dengan meningitis
bakteri akut dan dapat terjadi pada orang dewasa. Sampai dengan 12% dari pasien
datang dalam keadaan koma. Meningitis parah dapat menyebabkan edema papil.
Gejala infeksi sistemik oleh organisme dapat menyebabkan ruam, petechiae,
purpura atau (yang menyarankan meningococcemia); konsolidasi paru (sering
meningitis karena S. pneumoniae); atau murmur jantung (endokarditis yang
menyarankan-misalnya, sering disebabkan oleh S. aureus atau S. pneumoniae).
I.
Tanda-tanda patognomonik
(meningiokokus)
Eksantema
Otitis media
II.
(pneumokokus)
Tanda Lokalisatorik
Khas untuk meningitis purulenta ialah kaku kuduk dan likuor yang
memperlihatkan ciri-ciri :
II.3MENINGITIS TUBERCULOSA
9 |BBDM SKENARIO I
Stadium prodromal
o Panas naik perlahan atau tanpa panas
o Iritable/ apatis
o Nyeri kepala, anorexia, mual, muntah
o Belum tampak kelainan neurologis
Stadium transisi
o Suhu > tinggi, kesadaran menurun, kejang
o Kaku kuduk, opistotonus,
o Ubun ubun menonjol, kelumpuhan saraf mata
Stadium terminal
o Hiperpireksia
o Kelumpuhan
o Koma menjadi lebih dalam
o Pupil melebar & tidak bereaksi sama sekali
10 |BBDM SKENARIO I
Jernih
GCS
Mata (E):
-
Motorik (M):
-
5 : gerakan menepis
4 : gerakan menghindar
2 : deserebrasi (ekstensi)
1 : tidak bergerak
Verbal (V):
-
Total score: E + M + V
Range: 3 15
Mild coma (Ringan) : 13 15
Moderate coma (Sedang) : 9 12
Severe coma (Berat) : < 8
12 |BBDM SKENARIO I
Kernig lanjutannya laseque, lutut ditekuk, paha 90, lalu lutut diluruskan
(normalnya: Kernig > 135)
13 |BBDM SKENARIO I
Contoh pelaporan yang normal: kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), Laseque > 60,
Kernig > 135,
Brudzinsky II (-)
Pemeriksaan Nervus Kranial
Untuk semua komponen sensorik, harus dipastikan GCS pasien
15.
Nervus I (olfaktorius):
Kernig Sign
14 |BBDM SKENARIO I
Brudzinsky Sign
Dengan rangsang kopi, teh, atau tembakau. Jangan gunakan alkohol atau
bahan lain yang menimbulkan iritasi mukosa (yang nantinya juga akan
rangsang n.V)
Nilai 1 per 1 (1 hidung ditutup, mata ditutup), bandingkan kiri dan kanan
Adakah bau yang tercium pak? Bau apa?
Nervus II (optikus):
-
Warna : tes ishihara, atau tanya warna dasar aja (bedside) misalnya pake
pulpen yang warna merah trs tanya ini warna apa pak
- Nilai satu per satu, mata yang tidak diperiksa ditutup dg telapak tangan
tanpa ditekan
Nervus III (okulomotor), IV (trochlear), VI (abducens)
-
15 |BBDM SKENARIO I
Vestibularis
Nervus XI (aksesorius)
-
Lidah : amati ada atrofi (kerut-kerut di pinggir lidah), lalu apakah letak lidah
di tengah (kalo ada parese di dalam mulut, lidah mencong ke arah yang
sehat; waktu dijulurkan mencong ke arah yang sakit)
Pemeriksaan Sensorik
16 |BBDM SKENARIO I
Lakukan pemeriksaan secara sistematis dari wajah sampai kaki, pada dua
sisi tubuh (bandingkan kiri-kanan, atas-bawah), dermatomal (untuk tahu lesi
m.spinalis). Pemeriksaan meliputi raba halus, nyeri, suhu.
Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan motorik terbagi atas pemeriksaan: tonus, trofi, kekuatan otot,
refleks
Pertama-tama inspeksi gaya
jalan Pemeriksaan tonus:
-
- Gerak-gerakan tangan dan kaki pasien dgn cepat dan lambat (fleksi dan
ekstensi)
o Eutoni
: normal
o Hipotoni
: flaccid
Hipertoni
Penilaian:
o 5 : melawan tahanan normal o 4 : melawan tahanan ringan o 3 :
melawan gravitasi
o 2 : gerakan horizontal
o 1 : tidak bergerak tapi bisa kontraksi
o 0 : tidak ada kontraksi
Refleks :
-
17 |BBDM SKENARIO I
o + 1 : menurun
o + 2 : normal
o + 3 : hiperrefleks
o + 4 : klonus
-
Refleks patologis:
Babinsky-group (positif apabila didapatkan ekstensi jempol kaki dan fleksi 4
jari lainnya)
o Babinskyo Chaddock
o Schaeffer
o Openheim
o Gordon
Pemeriksaan Keseimbangan
-
Romberg : berdiri kaki rapat, buka mata 30 detik tutup mata 30 detik
(Romberg + kalau jatuh) interpretasi: apabila tutup mata kemudian jatuh,
kelainan pada proprioseptif atau vestibular; kalau mata terbuka kemudian
jatuh, kelainan pada cerebellum
- Romberg dipertajam: berdiri dengan 1 kaki tepat pada ujung kaki yang lain,
buka mata
30 detik tutup mata 30 detik
- Fukuda : jalan 30 langkah sambil tutup mata Fukuda + apabila pasien
berputar > 30
atau geser > 1 meter
-
Tandem gait
Past pointing
3.2 STATUS MENTAL
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Tujuan Diagnosis Multiaksial
1.
Mencakup informasi yang komprehensif (Gangguan jiwa, kondisi medik
umum / masalah psikososial dan lingkungan, taraf fungsi secara global), sehingga
dapat membantu dalam :
Perencanaan Terapi.
2.
3.
pendidikan,
dan penelitian.
Diagnosis multiasksial terdiri dari 5 aksis :
Aksis I
: - Gangguan Klinis
- Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis
Aksis II
: - Gangguan Kepribadian
- Retardasi Mental
Aksis III
: Kondisi Medik Umum
Aksis IV
: Masalah Psikososial dan Lingkungan
Aksis V
: Penilaian Fungsi Secara Global
Catatan :
Antara Aksis I, II, III tidak selalu harus ada hubungan etiologic atau pathogenesis.
Hubungan antara Aksis I-II-III dan Aksis IV dapat timbal-balik saling
mempengaruhi.
Aksis I
19 |BBDM SKENARIO I
F99
Aksis II
F60
Aksis III
Bab I A00-B99
20 |BBDM SKENARIO I
Bab II C00-D48
Neoplasma.
Bab IVE00-G90
Bab VI G00-G99
Bab VII
H00-H59
Bab VIII
H60-H95
Bab IXI00-I99
Bab X J00-J99
Bab XIK00-K93
Bab XII
L00-L99
Bab XIII
Moo-M99
Bab XIV
N00-N99
Bab XV
O00-O99
Bab XVII
Q00-Q99
Bab XVIII
R00-R99
Bab XIX
S00-T98
Bab XX
V01-Y98
Bab XXI
Z00-Z99
kesehatan
Aksis IV
Masalah pendidikan.
Masalah pekerjaan.
Masalah perumahan.
Masalah ekonomi.
21 |BBDM SKENARIO I
Aksis V
GLOBAL ASSESSMENT OF FUNCTIONING (GAF) SCALE
100-91 Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang
tidak tertanggulangi.
90-81 Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
22 |BBDM SKENARIO I
Aksis V
: GAF =
Sumber : Maslim Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta
3.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
3.3.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah cara memperoleh cairan serebrospimal yang paling sering
dilakukan pada segala umur, dan relatif aman
Indikasi
1 Kejang atau twitching
2 Paresis atau paralisis termasuk paresis N.VI
3 Koma
4 Ubun-ubun besar membonjol
5 Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
6 TBC milier
7 Leukemia
8 Mastoiditis kronik yang divurigai meningitis
9 Sepsis
Pemeriksaan Darah
di
peningkatan
dapatkan
leukosit
peningkatan LED
Pada
Meningitis
purulenta di dapatkan
peningkatan leukosit
24 |BBDM SKENARIO I
3.3
1.
Pemeriksaan Psikiatri
Gambar 3.3 CT Meningitis Bacterial Akut
Examination)
-
Test ini berupa pertanyaan lisan/ tertulis yang ditujukan kepada pasien
dengan waktu pengerjaan kurang dari 5 menit
Maksimal nilai yang bisa didapatkan dari test ini adalah 30 point
25 |BBDM SKENARIO I
Langkah Pemeriksaan :
-
26 |BBDM SKENARIO I
27 |BBDM SKENARIO I
4. Tatalaksana
4.1 TATA LAKSANA DELIRIUM
Menurut Permenkes No. 5 Tahun 2014 mengenai pelayanan di fasilitas kesehatan
primer, tujuan utama penatalaksanaan delirium antara lain :
1. Mencari dan mengobati penyebab delirium
2. Memastikan keamanan pasien
3. Mengobati gangguan perilaku terkait delirium (contoh: agitasi psikomotor)
Tata laksana delirium sebagai salah satu kegawatdaruratan psikiatri berpatokan pada
Pedoman Pelayanan Kegawat Daruratan Psikiatrik. Dalam pedoman tersebut
dipaparkan secara jelas mulai dari kriteria diagnostik hingga tata laksana penyakit.
28 |BBDM SKENARIO I
Penatalaksaan :
Kondisi pasien harus dijaga agar terhindar dari risiko kecelakaan selama
perawatan.
Terapi Medis
Prinsip :
Mengobati underlying disease, menghentikan pengobatan dan pemakaian zatzat pemicu
Mengobati simptom dan gejala klinis yang timbul
29 |BBDM SKENARIO I
intravena
lebih
sedikit
menyebabkan
gejala
30 |BBDM SKENARIO I
2. Short-acting sedative
Indikasi : untuk delirium akibat putus obat/alkohol
Digunakan turunan benzodizepine seperti lorazepam dan diazepam
Efek samping : depresi napas
K.I : pasien geriatri, pasien dengan masalah paru
3. Terapi cairan dan nutrisi
4. Pendekatan Personal dan Lingkungan
Dilakukan untuk membantu pasien membina hubungan dengan
lingkungan dan agar bisa melakukan aktivitas sehari hari dengan
mandiri
Intervensi personal yang dapat dilakukan :
1. Kebutuhan Fisiologis
a. Kebutuhan nutrisi dan cairan harus terpenuhi
b. Atasi gangguan tidur dengan cara :
Berbicara lembut
Libatkan keluarga
Hindari
konsumsi
minuman
yang
dapat
Orientasikan
pasien
pada
barang
milik
pribadinya
orientasi (orang,
tempat, waktu)
32 |BBDM SKENARIO I
2. Komunikasi
Atasi gangguan komunikasi dengan cara menggunakan kalimat
yang jelas, singkat dan padat. Jangan gunakan istilah-istilah
medis dan memberikan opsi yang terlalu banyak pada pasien.
3. Pendidikan Kesehatan
4.2 ANTIPIRETIK
2.2.2 Parasetamol
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan
cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) .
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas.
33 |BBDM SKENARIO I
150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2g/hari. Untuk anak 1-6 tahun: 60mg/kali,
pada keduanya diberikan maksimum 6 kali sehari.
Usia 1 3 bulan :
-
Dewasa
-
perbaikan proses
inflamasi, penurunan edema serebral dan tekanan intrakranial dan lebih sedikit
didapatkan kerusakan otak.
Begitu juga pada penelitian bayi dan anak dengan meningitis H.infulenzae
tipe B yang mendapat terapi deksametason menunjukkan penurunan signifikan
insidens
atau saat pemberian antibiotik dengan dosis 0,15 0,6 mg/kg setiap 6 jam selama 2-4
hari.
5. Rujukan
SISTEM RUJUKAN
SKILL
SKDI
36 |BBDM SKENARIO I
3B Gawat Darurat
1. Pelayanan lebih dekat, pertolongan lebih cepat, murah dan memberi rasa aman pada
pasien dan keluarga.
2. Penataran teratur, pengetahuan dan keterampilan petugas daerah meningkat, makin
banyak pengelolaan kasus mandiri.
3. Memudahkan masyarakat di daerah terpencil untuk memperoleh tenaga ahli dan
fasilitas kesehatan.
Macam-macam rujukan
Rujukan kasus
Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen)
Rujukan ilmu pengetahuan
37 |BBDM SKENARIO I
38 |BBDM SKENARIO I
Persiapan Rujukan
Persiapan keluarga
Persiapan surat
Persiapan Alat
Persiapan Obat
Persiapan uang
Prosedur Rujukan
39 |BBDM SKENARIO I
40 |BBDM SKENARIO I