Mengamuk
KELOMPOK XI
ADITYA PRIMA WARDANA G0014006
ANISA NAZIHA G0014034
DANIELA RATNANI G0014062
ERINDA KUSUMA WARDANI G0014086
FADHLAN HIDAYAT G0014090
I GUSTI AGUNG ANGGIA NOVERINA G0014116
M. FAKHRI K. W. G0014140
MAYGITHA WAHYUNINGTYAS G0014154
PATRICIA ARINDITA EKA PRADIPTA G0014184
RISWANDA SATRIA A. P. G0014204
RUSYDINA FILLAH A. G0014210
YULIA ANGGRAENI G0014246
ZARAH TIN CAHYANINGRUM G0014250
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2016BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO 1
Mengamuk
Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke IGD RS oleh keluarga dan tetangganya
karena mengamuk hampir membakar rumahnya sendiri. Menurut keluarganya pasien
sering marah-marah dan teriak-teriak tanpa sebab sejak 4 minggu yang lalu. Pasien juga
jadi sering curiga terhadap orang lain, bahkan pasien juga merasa bahwa tetangga dan
keluarganya merencanakan niat jahat terhadap dirinya. Menurut keluarga, sepertinya dia
mengalami stress karena hal tersebut terjadi setelah beberapa kali melamar oerkerjaan di
beberapa tempat tidak diterima. Sehari-harinya tampak tidak terawat, tidak mau mandi,
tampak bingun, pakaian kusut dan kumal.
Dokter jaga mengatakan bahwa pasien harus dirawat di rumah sakit beberapa hari
dan kontrl rutin untuk penanganan yang lebih baik.
Langkah I: Mengklarifikasikan dan memahami pengertian beberapa istilah dalam
skenario. Istilah yang perlu diklarifikasi adalah sebagai berikut:
1. Waham
Disebut juga delusi, merupakan keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan (realita eksternal) atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilan hal tersebut, tidak bisa
dibantah oleh orang lain walaupun dengan logika dan realita yang ada, dan keyakinan
tersebut tidak dapat diterima oleh orang lain. Etilologinya tidak diketahui,
kemungkinan berhubungan dengan gangguan pada sistem limbik dan ganglia basalis.
2. Derealisasi
Persaan aneh tentang lingkungnnya dan tidak sesuai kenyataan, misalnya segala
sesuatu dialaminya seperti dalam mimpi atau perasaan gangguan persepsi di mana
pasien merasa lingkungan di sekitarnya berubah.
3. Stress
Respon seseorang pada suatu hal atau suatu kejadian yang mengancam atau
menantang individu tersebut. Sedangkan suatu hal atau suatu kejadian yang
menimbulkan stress disebut dengan stressor (Feldman, 2009).
4. Halusinasi
Sehat Mental
2 Perilaku dan aktivitas psikomotor: mengamati cara berjalan gerakan dan aktivitas
pasien, adakah tiks, manerisme, gerakan streotipik, atau hiperaktivitas, agitasi,
dan sebagainya. Dan juga sikap terhadap pemeriksa, seperti bekerja sama, atau
menggoda, atau apatis, bermusushan dan sebagainya
3 Mood dan afek: mood digambarkan dengan depresi, kecewa, mudaha marah,
cemas, euforia, dan sebaginya. Sementara afeknya meningkat, tumpul,
menyempit, atau normal. Juga dinilai keserasian antara mood dan afeknya.
7 Isi pikiran: termasuk mencermati adakah waham, preokupasi, obsebsi, fobia, dan
lain sebaginya
10 Daya ingat: menilai daya ingat jauh, daya ingat masa lalu , daya ingat baru saja,
dan daya ingat segera. Dilkukan dengan menanyakan peristiwa pada masa anak-
anak, peristiwa penting yang terjadi pada masa muda, peristiwa beberapa bulan
lau, apa yang dimakan saat sarapan, dan lain sebagainya.
13 Pikiran abstrak
Stres adalah istilah dari ilmu kedokteran yang secara harfiah diartikan
sebagai tekanan atau ketegangan yang memiliki kecenderungan mengganggu tubuh.
Dari sudut pandang psikologi, stres dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang
mengganggu kita untuk beradaptasi atau mengatasi suatu masalah (Santrock, 2003).
Stres bisa datang dari lingkungan, tubuh atau pikiran kita sendiri. Stres dari
lingkungan mungkin disebabkan karena kebisingan, polusi, keramaian, situasi kacau,
dan segala macam ancaman lain. Stres dari tubuh disebabkan oleh kondisi sakit, luka,
ketegangan tubuh, atau penyakit-penyakit metabolik tertentu (Santrock, 2003).
Sumber stress psikologis
(1) Frustasi
Timbul bila ada aral melintang (stresor) antara kita dan tujuan kita, misalnya bila kita
mau berpiknik lantas kemudian hujan deras atau mobil mogok, atau mangga di pohon
keliatan enak sekali bagi si anak, tetapi tiba-tiba keluar seekor anjing yang galak
(Maramis, 2009).
(2) Tekanan
(3) Konflik
Terjadi apabila kita tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam atau tujuan.
Memilih yang satu berarti tidak tercapai tujuan yang lain. Ibarat kita ada disimpang
jalan tetapi kita tidak dapat memilih ke kiri atau ke kanan, misalnya seorang pemuda
ingin menjadi seorang dokter, tetapi sekaligus takut akan tanggungjawab kelak bila
sudah jadi ( konflik mau-tak-mau atau pendekatan pengelakan). Atau jika kita harus
memilih antara sekolah terus atau menikah; mengurus rumah tangga atau terus aktif
dalam organisasi; antara tugas dan ambisi istri atau ibu kesenangan sekarang atau
ideologi, orang tua atau panggilan (konflik pendekatan ganda) (Maramis, 2009).
(4) Krisis
Adalah keadaan karena stresor mendadak dan besar sehingga menimbulkan stress
pada seorang individu atau kelompok, misalnya : kematian, kecelakaan, penyakit
yang memerlukan operasi, masuk sekolah untuk pertama kali. Terdapat banyak
tempat dengan banyak krisis (konsentrasi krisis), misalnya ruang gawat darurat di
rumah sakit, kamar bersalin, kamar bedah, taman kanak-kanak dan tingkat pertama
pada suatu fakultas pada minggu- minggu pertama tahun kuliah baru, desa yang kena
bencana alam dan kekurangan makanan sesudahnya, atau bila kemudian bantuan
makanan datang (tadi krisis karena tidak ada makanan, kemudian krisis karena tiba-
tiba ada makanan) (Maramis, 2009).
Contoh lain lagi adalah konflik yang terjadi bila kita harus memilih antara beberapa
hal yang semuanya tidak kita inginkan, misalnya pekerjaan yang tidak menarik atau
menganggur, menikah dengan orang yang tidak simpatik atau kemungkinan tidak
menikah sama sekali; berbuat sesuatu yang berbahaya atau dicap sebagai pengecut
(konflik pengelakan ganda) (Lubis, B. 1989).
Konflik merupakan pertentangan dalam diri, dan dapat dilihat bahwa konflik
meningkatkan ketegangan seringkali suatu ketegangan yang menganggu dan tidak
menyenangkan, sehingga berupa stress (Lubis, B. 1989).
Konflik intrapsikik yaitu konflik antara komponen-komponen jiwa itu sendiri, yang
bukan merupakan konflik yang disadari, bukan yang dihayati nyata sevagai
pergumulan batin antara dorongan, motif atau keinginan, melainkan konflik nirsadar
(Lubis, B. 1989).
Manajemen Stres
Pada seseorang yang mengalami stres, selain diberikan pengelolaan dengan terapi
somatik, seperti terapi psikofarmaka, terapi elektro konvulsi dan terapi psikosurgeri,
juga penting diberikan pendekatan dengan terapi psikososial termasuk psikoterapi
keluarga (Santrock, 2003).
Pentingnya agama dalam kesehatan juga dapat dilihat dari batasan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO, 1984) yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual)
merupakan salah satu unsur penting dari pengertian sehat seutuhnya. Para peneliti
seperti Harrington A (1996) dan Monakow V. Goldstein (1997) mencoba mencari
hubungan antara ilmu pengetahuan (neuroscientific concepts) dengan dimensi
spiritual yang masih dianggap belum jelas, namun diyakini adanya hubungan tersebut
dalam presentasinya yang berjudul Brain and Religion diyakini adanya titik
ketuhanan (God Spot) dalam susunan saraf pusat. Sebagai contohnya adalah ketika
orang yang stres dengan gangguan kecemasan yang kemudian diberi obat anti cemas,
maka yang bersangkutan akan menjadi tenang. Namun, pada orang yang sama
dengan berdoa dan dzikir kepada Allah SWT juga akan memperoleh ketenangan dan
kesembuhan. Hal ini memperkuat prinsip bahwa terapi medis dan terapi agama
adalah saling menguatkan (Santrock, 2003).
Mekanisme koping stress adalah suatu usaha untuk mengontrol, mengurangi, atau
belajar untuk menoleransi suatu ancaman yang menyebabkan stress. Mekanisme ini
dapat dibagi dua, yaitu:
a Koping yang berfokus pada emosi, dimana individu akan mencoba untuk mengatur
emosinya dalam menghadapi stress, berusaha untuk mengubah perasaan yang
dialaminya tentang suatu masalah.
b Koping yang berfokus pada masalah, dimana individu akan berusaha untuk
memodifikasi masalah atau sumber yang menyebabkan stress (Feldman, 2009).
Terdapat pula mekanisme koping lainnya yang tidak sesuai untuk menghadapi stress
karena mekanisme koping ini cenderung menghindari kenyataan dan masalah,
bukannya menghadapi dan menyelesaikan masalahnya, seperti
a Avoidance coping, dimana individu akan cenderung menghindari stressor. Hal ini bisa
dilakukan dengan berharap sesuatu yang cenderung mustahil, atau dengan
mengonsumsi obat, meminum minuman beralkohol, atau makan berlebihan.
2 Bersifat egosentrik
4 Tidak bisa dikoreksi dengan cara apapun, termasuk dengan cara yang logis dan
realistik
11. Bagaimana terapi dan penanganan awal pada pasien? (Pertanyaan dijadikan LO)
Langkah 4. : Menginventarisasi permasalahan-permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah 3.
pasien
Onset
Anamnesis (keluhan utama)
Faktor resiko
pasien
Diagnosa banding
Diagnosa
Berdasarkan diskusi tutorial yanh sudah berjalan, didapatkan tujuan pembelajaran berupa:
5. Diagnosis Banding
Epidemiologi
Faktor risiko
b. Kembar identik Kembar identik memiliki risiko skizofrenia 50%, walaupun gen
mereka identik 100% (Videbeck, 2008).
c. Struktur otak abnormal
d. Sosiokultural
e. Tampilan emosi
4. Waham bizarre, merupakan waham yang aneh. Termasuk dalam waham bizarre,
antara lain : Waham sisip pikir/thought of insertion (percaya bahwa seseorang
telah menyisipkan pikirannya ke kepala penderita); waham siar pikir/thought of
broadcasting (percaya bahwa pikiran penderita dapat diketahui orang lain,
orang lain seakan-akan dapat membaca pikiran penderita); waham sedot
pikir/thought of withdrawal (percaya bahwa seseorang telah mengambil keluar
pikirannya); waham kendali pikir;waham hipokondri
5. Waham Hipokondri. Penderita percaya bahwa di dalam dirinya ada benda yang
harus dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya.
10. Waham Bersalah. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang bersalah
11. Waham Berdosa. Percaya bahwa dirinya berdosa sehingga selalu murung
12. Waham Tak Berguna. Percaya bahwa dirinya tak berguna lagi sehingga sering
berpikir lebih baik mati (bunuh diri)
a. Halusinasi penglihatan : tak berbentuk (sinar, kilapan atau cahaya) atau bentuk
(orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya atau tidak)
h. Halusinasi hipnagogik : ada kalanya pada seorang yng normal, tepat sebelum
tertidur persepsi sensorik bekerja salah
4) Gejala mood: dapat terlihat senang atau sedih sekali namun sulit dimengerti
(Sadock BJ & Sadock VA, 2007).
1) Delusi
2) Halusinasi
4) Gejala katatonik, berupa kelainan pada gerakan dan perilaku, dapat beruapa
hiperaktivitas, dan catalepsy.
Farmakoterapi Skizofrenia
Obat- obat antipsikotis digunakan untuk meredakan emosi dan agresi, dapt
pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa seperti impian-impian dan
pikiran-pikiran khayal (halusinasi) serta normalisasi kelakuan-kelakuan yang tidak
normal.
1) Obat-obat klasik
Umumnya dimulai dari suatu obat klasik, terutama bila diperlukan efek
sedatif lorpromazin, trifluoperazin bila sedasi tidak dikehendaki, atau pimozida jika
pasien justru perlu diaktifkan.Efek antipsikotika beru menjadi nyata setelah terapi 2-3
minggu. Bila sesudah masa latensi, obat-obat tersebut kurang efektif, perlu dicoba
obat-obat lain dari kelompok kimiawi lain. Flutenazin dekaonat digunakan sebagai
profilakse untuk mencegah kambuhnya penyakit.Thioridazin berguna pada lansia
untuk mengurangi pada GEP dan gejala antikolinergis.
2) Obat-obat atypis
Obat-obat atypis lebih ampuh untuk simtom negatif kronis, mungkin karena
pengikatannya pada reseptor D1 dan D2 lebih kuat.Sulpirida, risperidon, dan
olanzapin dianjurkan bila obat-obat klasik tidak efefktif lagi atau bila terjadi terlalu
banyak efek samping.
3) Obat-obat tambahan
4) Penanganan alternatif
APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang
atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine,
haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom
psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan
halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah
Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala
dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur.
b. Efek Samping
Tetapi pemakaian lama APG I dapat memberikan efek samping berupa: gangguan
ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan
menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala
negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik
seperti mulut kering pandangan kabur gangguaniniksi, defekasi dan hipotensi.
Efek samping Yang umum terjadi : insomnia, agitasi, rasa cemas, sakit kepala. Efek
samping lain: somnolen, kelelahan, pusing, konsentrasi terganggu, konstipasi,
dispepsia, mual/muntah, nyeri abdominal, gangguan penglihatan, priapismus,
disfungsi ereksi, disfungsi ejakulasi, disfungsi orgasme, inkontinensia urin, rinitis,
ruam dan reaksi alergi lain.
Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien skizofrenik: intoksikasi air
dengan hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia atau sindrom gangguan sekresi
hormon antidiuretik (ADH); tardive dyskinesia, tidak teraturnya suhu tubuh dan
terjadinya serangan.
3) Akathisia
4) Tardive dyskinesia
c. Uraian Obat
1) Zofredal 2 mg
Hari I = 2 x sehari 1 mg
Hari ke II = 2 x sehari 2 mg
Efek Samping :
2) Triheksifenidil 2 mg
3) Methioson
Komposisi :
Metionin 100 mg, Kolin tartrat 100 mg, Vitamin B1 2 mg, Vitamin B2 2 mg,
Vitamin B6 2 mg, Vitamin B12 0,67 g, Vitamin E 3 mg, Nikotinamida 6 mg,
Pantotenol 3 mg, Biotin 100 g, Asam Folat 400
Indikasi :
Kekurangan vitamin, Disfungsi hati akibat sakit kuning, infeksi dan subtansi
hepatotoksik, pengobatan dengan sinar-x, degenerasi lemak, infiltrasilemak.Gangguan
hati setelah operasi
Pengaturan Dosis
Cara/lama pemberian mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran
dinaikkan setiap 2-3 hr sampai mencapai dosis efektif (sindrom psikosis reda),
dievaluasi setiap 2 minggu bila pertu dinaikkan sampai dosis optimal kemudian
dipertahankan 8-12 minggu (stabilisasi). Diturunkan setiap 2 minggu (dosis
maintenance) lalu dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun ( diselingi drug holiday 1-
2/hari/minggu) setelah itu tapering off (dosis diturunkan 2-4 Minggu) lalu stop.
Psikoterapi
Obat-obat Klasik
e. Obat-obat atypis
Obat-obat atypis lebih ampuh untuk simpom negatif kronis, mungkin karena
pengikatannya pada reseptor-D1 dan D2 lebih kuat. Sulpirida, risperidon, dan
olanzapin dianjurkan bila obat-obat klasik tidak efektif lagi atau bila terjadi terlalu
banyak efek samping. Karena klozapin dapat menyebabkan agranulositosis hebat (1-
2% dari kasus), selama terapi perlu dilakukan penghitungan leukosit setiap minggu.
Obat-obat tambahan
Penanganan Alternatif
f. Obat Antiansietas
Dalam membicarakan obat antiansietas yang menjadi obat racun adalah diazep
am atau klordiazepoksid. Antiansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan
somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara
gejala-gejala insomnia dan ansietas.
A. Kesimpulan
o Halusinasi
o Derealisasi
B. Saran
Tutorial kelompok kami pada skenario ini sudah cukup baik, semua pertanyaan
sudah terjawab berdasarkan sumber ilmiah. Namun, ketika tutorial berjalan masih
terdapat penjelasan yang kurang lengkap atas pertanyaan-pertanyaan yang ada
sehingga perlu dilengkapi di laporan tutorial. Selain itu, mahasiswa disarankan
untuk lebih mempersiapkan materi tutorial sebelum pelaksanaan tutorial.
DAFTAR PUSTAKA
Jiloha R.C., Bhatia M.S. (2010) Psychiatry for General Practicioners. New Delhi: New
Age International.
Maramis, Willy F., Maramis, Albert A. (2009) Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi
Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Maslim, Rusdi. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas Dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya.
Sadock B.J., Sadock V.A. (2007) Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. 10thed. New York: Lippincott Williams & Wilkins.