Disusun Oleh
Kelompok 3
“Trauma Penis”. Terselesainya penulisan makalah ini adalah berkat bantuan dan
dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
kepada:
1. Dr. Muhammad Sajidin, S. Kp., M. Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat
PPNI Mojokerto
2. Ifa Roifah, S. Kep, Ns., M. Kes Selaku Ka. Prodi SI Keperawatan STIKes
3. Ika Nuraini, S. Kep, Ns., M. Kes Selaku Dosen Kegawatan Darurat 2 Sistem
Perkemihan
Penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun yang diharapkan akan
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
ii
2.7. Pathway ............................................................................................ 11
BAB 3 PEMBAHASAN
KASUS.................................................................................................... 17
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
pertama kali dilaporkan pada tahun 1924, sebanyak 183 laporan telah
dipublikasikan dengan 1331 kasus sejak tahun 1935 sampai dengan tahun
2002. Fraktur penis adalah ruptur satu atau kedua korpus kavernosum penis
dengan atau tanpa korpus spongiosum karena trauma tumpul pada penis
yang ereksi. Penyebab tersering adalah trauma saat koitus, penyebab lainnya
untuk mengurangi ereksi, jatuh dengan penis ereksi terbentur benda tumpul,
atau penis yang terjepit pada celana yang ketat. Kebanyakan (75 %) terjadi
pada satu sisi, 25 % pada kedua sisi, dan 10 % dari keduanya melibatkan
uretra.
lebih tipis dari 2 mm mencapai 0,5 – 0,25 mm sehingga mudah robek jika
terjadi trauma. Penis akan udem, timbul hematom, terasa sangat nyeri, dan
bengkok ke arah yang berlawanan dari sisi fraktur. Hal ini disebabkan oleh
karena tidak adanya tahanan pada sisi yang mengalami fraktur. Hematom
biasanya terbatas sampai fasia Buck’s, jika fasia Buck’s ikut terlibat maka
1
hematom dapat sampai ke skrotum, perineum anterior, dan dinding
koitus penis keluar dari vagina dan saat akan dimasukkan kembali penis
retak yang khas (“Cracking sound”) diikuti dengan hilangnya ereksi, nyeri
hebat, penis udem dan berubah warna, serta terjadi perubahan bentuk penis.
Sebelum tahun 1971 terapi pada fraktur penis dilakukan dengan cara
konservatif yaitu dengan bidai penis, kompres es, enzim streptokinase untuk
mencegah udem, sedatif dan estrogen untuk mencegah ereksi. Terapi ini
terjadi yang diantaranya, disfungsi ereksi, abses penis, nodul pada sisi
insisi yang dilakukan pada tindakan bedah seperti, insisi langsung di atas
2
1.3. Tujuan
Trauma Penis.
darurat urologi.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Trauma adalah luka fisik atau luka pada jaringan yang disebabkan
benda tumpul.
Trauma penis adalah keadaan trauma yang mengenai dua buah korpus
yang dibungkus oleh fascia Buck dan fascia colles yang lebih superficial.
Penis terdiri atas 3 bagian utama yaitu, 2 yang besar di atas yaitu
korpus kavernosum yang berfungsi ketika ereksi, dan 1 bagian yang lebih
kecil di bawah yaitu korpus spongiosa yang berfungsi sebagai saluran air
seni ketika kencing dan sebagai saluran untuk sperma ketika berejakulasi.
impuls agar darah mengisi penis, dalam hal ini korpus kavernosum hingga
tunica albuginea, yang merupakan lapisan jaringan kolagen yang padat dan
4
di sebelah luarnya terdapat jaringan yang kurang padat yang disebut sebagai
disebut sinusoid. Sinusoid ini terdiri atas lapisan endothel yang sangat
cabang ke korpus kavernosum kiri dan kanan yang dikenal sebagai arteria
ereksi. Sebaliknya darah yang mengalir dari sinusoid ke luar melalui satu
pleksus yang terletak di bawah tunica albugenia. Bila sinusoid dan trabekel
albuginea ini bergabung membentuk vena dorsalis profunda lalu ke luar dari
5
korpus kavernosum pada rongga penis ke sistem vena besar dan akhirnya
kembali ke jantung.
darah balik) yang mengumpulkan darah pada suatu pleksus vena dan
jantung.
oleh 2 jenis syaraf yakni syaraf otonom (para simpatis dan simpatis) dan
spinalis.
sensoris yakni yang membawa impuls dari penis misalnya bila mendapatkan
stimulasi yaitu rabaan pada corpus dan glans penis, membentuk nervus
kolumna vertebralis S2-4. Stimulasi dari penis atau dari otak secara sendiri
6
atau bersama-sama melalui syaraf-syaraf di atas akan menghasilkan ereksi
penis.
dilakukan.
2.3.2 Amputasi
7
kehidupan, terutama jika amputasi terjadi saat penis sedang ereksi.
terjadi dalam konflik perang dan kurang umum terjadi pada rakyat
8
2.3.4 Cedera jaringan lunak penis
hewan, dan cedera yang melibatkan mesin. Dalam kasus ini, corpora
tidak terlibat.
2.4. Etiologi
1. Trauma tajam
5. Penganiyayaan
2.5. Patofisiologi
Pada fase flasid, jarang terjadi trauma karena adanya gerakan yang
lentur dari penis. Tetapi pada waktu ereksi, darah mengalir ke penis yang
Hal ini menyebabkan penis yang flasid menjadi ereksi penuh dan mengeras
9
balik vena dan menyebabkan penis mengeras selama pria ereksi. Trauma
yang tiba-tiba terjadi pada penis atau bengkoknya penis yang tidak normal
pada saat ereksi dapat menyebabkan robekan tranversa dari tunika albuginea
miring atau irregular bisa saja terjadi. Hal ini juga dapat disertai dengan atau
amputasi penis
nekrosis.
5. Akibat koitus: penis bengkok dan hematom pada penis dan skrotum.
Bila uretra ikut cidera maka ada hematuria atau keluar darah dari meatus
eksterna.
10
2.7. Pathway
Trauma penis
11
2.8. Penatalaksanaan
1. Konservative
2. Pembedahan
bagian dari penis (Morey et al, 2004). Menutup defek tunika secara
12
c. Bila terjadi avulsi akan dilakukan tandur alih kulit.
(impoensi).
untuk memastikan diagnosis dari pemeriksaan klinik atau ketika nyeri hebat
1. USG
yang tepat sebagai gangguan dari jalur echogenic dari tunika albuginea.
2. MRI
tunika albuginea.
13
3. CAVERNOSOGRAPHY
2.10. Komplikasi
kurvatura penis yang permanen, kerusakan uretra dan nyeri pada saat
berhubungan seksual.
menghasilkan curvatura penis lebih dari 10% pasien, abses atau plak 25%
hingga 30% dan berobat di rumah sakit dalam jangka waktu panjang untuk
penyembuhan.
1) Pengkajian
1. Identitas
Nama :
14
Usia : Trauma penis dapat dialami oleh tingkatan usia
Agama :
Suku :
Pendidikan :
No. RM :
dialami.
6. Pemeriksaan Fisik
A (Airway)
pernafasan.
15
B (Breathing)
C (Circulation)
D (Disability)
E (Exposure)
genetalianya.
2) Diagnose Keperawatan
dan skrotum
skrotum
16
BAB 3
PEMBAHASAN
KASUS
Pada tanggal 13 maret 2018 pukul 10.30 WIB, Seorang pria bernama Tn.
S berusia 37 tahun datang ke IGD RS Bina Sehat dengan pasien mengeluh seperti
ada retakan dan pasien mengeluh nyeri hebat pada genetalianya, serta Pasien juga
mengeluh tidak bisa buang air kecil selama enam jam dan terasa nyeri seperi di
E4V5M6, tampak lemas, pupil isokor, didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg,
nadi 105x/menit, RR 25x/menit, nadi 104x/menit teraba kuat dan ireguler, nyeri
skala 7, Penis terlihat edem, tegang, dan ada perubahan warna (ecchymotic),
terdapat darah pada meatus uretra dan kandung kemih penuh. BAK terakhir ±
fraktur. Insisi degloving subkon alal sirkumferensial (seperti sunat) dan hasil
parsial tunika albuginea dari kedua korpus kavernosum dan gangguan uretra
lengkap.
17
1) Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. S
Usia : 37tahun
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
No. RM : 202020
2. Keluhan Utama
klinik Bina Sehat PPNI Mojokerto pada tanggal 13 Maret 2018 pukul
18
5. Riwayat Penyakit Keluarga
6. Pemeriksaan Fisik
A (Airway)
B (Breathing)
C (Circulation)
D (Disability)
(Exposure)
terdapat darah pada meatus uretra, kandung kemih penuh, jumlah urine
terakhir ±450cc
7. Pemeriksaan penunjang
uretra lengkap.
19
Analisa Data
1. Ds :
istrinya
a. Skala nyeri 7
2. Ds :
Do :
Obstruksi anatomi Gangguan eliminasi
a. Kandung kemih penuh
urin
b. UP terakhir 450cc
20
3. Ds :
a. Ronkhi basah kasar (+)/(+) sekunder akibat nyeri bersihan jalan nafas
2) Diagnosa Keperawatan
21
3) Intervensi
yang ketat.
22
dan sampaikan penerimaan pasien
terhadap nyeri.
bising )
23
ketakutan, kelelahan, keadaan menoton
analgetik.
nyeri.
24
2. Gangguan Tujuan: 1. Pengobatan unilateral
eliminasi urin Setelah dilakukan tindakan 2x sift diharapka a. Monitor adanya respon abnormal
berhubungan dengan
sepenuhnya.
3. Ketidakefektifan
Tujuan:
bersihan jalan 2 x sift
nafas NOC:
25
peningkatan b. Otot bantu nafas (-) secret
26
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, S., John, M., Mass, L. M., Swan, E., Edisi ke-5, Nursing Outcomes
Classification (NOC), Yogyakarta: Mocomedia.
27