Anda di halaman 1dari 6

118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)

VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129


JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA


DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL LANSIA DI PANTI

Oleh:
Camelia Kristika Pepe , Hetty Krisnani2, Dessy Hasanah Siti A.3, Meilanny Budiarti
1

Santoso4
1. ASEAN Inter-Parliamentary Assesmbly (AIPA) Secretariat
2. Pusat Studi Kesejahteraan Anak dan Keluarga FISIP-Universitas Padjadjaran
3. Departemen Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran
4. Pusat Studi Kesejahteraan Anak dan Keluarga FISIP-Universitas Padjadjaran

Email:
(camelpepe1995@gmail.com; hettykrisnani@yahoo.com; dessyhasanahsitiasiah@yahoo.com;
meilannybudiarti13@gmail.com)

Abstrak
Lanjut usia merupakan fase kehidupan yang umumnya akan dilalui oleh setiap manusia. Fase ini
merupakan proses dari berkurang dan hilangnya beberapa sumber primer yang mendukung kehidupan
lansia, baik sumebr biologis, ekonomi, soaial dan ekonomi. Panti Lansia (wreda atau jompo)
disediakn dengan tujuan utama adalah menopang atau mendukung kehidupan lansia. Tidak sedikit
para lanjut usia yang tinggal di Panti masih memiliki keluarga, baik keluarga keluarag inti atau
keluarga besar. Namun demikian dukungan sosial keluarga tetap diperlukan bagi lansia walau lansia
telah berada di Panti. Para lansia perlu dukungan perhargaan, masih membutuhkan informasi tentang
perkembangan di luar panti, membutuhkan dukungan ekonomi dan penyaluran minat-bakat, serta
masih membutuhkan dukungan sosial lainnya. Ssehingga dukungan sosial dari keluarga sangat
penting dalam proses palayanan Lansia di Panti-panti yang ada.
Kata kunci: Lanjut usia, dukungan sosial, keluarga.

Pendahuluan teknologi terutama dalam bidang ilmu


kesehatan, penanganan penyakit dan
Lanjut usia atau yang lebih sering
pelayanan kesehatan. Dampak dari hal tersebut
disebut dengan lansia merupakan fase
adalah kenaikan angka harapan hidup.
kehidupan akhir yang akan dijalankan
Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan
manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 13
angka harapan hidup di Indonesia akan
Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 lanjut
mencapai usia 71 tahun. Angka tersebut
usia adalah seseorang yang mencapai usia
tentunya diiringi dengan kenaikan jumlah
enam puluh tahun keatas. Pada tahapan
penduduk seperti terlihat pada tabel 1.1
tersebut individu akan mengalami penurunan
dibawah ini
fungsi fisik dan psikis. Hal ini ditanggulangi
dengan adanya kemajuan pengetahuan dan

33
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

memerlukan bantuan orang lain karena


penurunan fungsi baik fisik maupun sosial
Tabel 1.1 Usia Harapan Hidup dan Jumlah
yang terjadi. Hal ini mengacu pada pada UU
Penduduk
No.13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 4 mengenai
Usia Harapan Jumlah kesejahteraan lanjut usia (lansia). Keluarga
Tahun Proporsi merupakan orang terdekat yang mengambil
Hidup (tahun) Lanjut Usia
posisi penting dalam hidup lansia. Tanpa lansia
1980 52,2 7.998.543 5,45 % atau orangtua maka tidak akan ada anak
beserta generasi mendatang yang tumbuh.
1990 59,8 11.277.557 6,29 %
Indonesia sebagai negara yang menganut
2000 64,5 14.439.967 7,18 % budaya ke-Timuran masih menjunjung prinsip
bahwa merawat orangtua merupakan sebuah
2010 67,4 23.992.553 9,77 % kewajiban anak sebagai tanda bakti. Prinsip ini
2020* 71,1 28.822.879 11,34 % juga dituangkan dalam NKKBS yaitu Norma
Kecil Keluarga Bahagia Sejahtera. Dewasa ini
Sumber: BPS, 2014 (Badan Pusat Statistik) keberadaan panti werda mengambil peran
(http://data.menkokesra.go.id/content/pember penting di masyarakat. Selain karena
dayaan-lansia) bergesernya nilai dan pandangan masyarakat
terkait keberadaan lansia di dalam rumah, hal
Jumlah penduduk yang besar ini jika dikelola ini juga disebabkan karena kebutuhan lansia
dengan baik akan menjadi modal dasar dan yang meningkat. Kebutuhan lansia yang
aset yang berharga dalam proses meningkat ini salah satunya dipenagruhi oleh
pembangunan. Pertambahan penduduk harus gaya hidup. Lansia kalangan urban yang
diimbangi dengan peningkatan kualitas semasa produktifnya lebih banyak melakukan
penduduk karena bila tidak ada perimbangan kegiatan bekerja dan menjalin banyak relasi
antara kuantitas dan kualitas maka hal ini akan membutuhkan pelayanan panti sebagai sarana
menjadi masalah dan beban dalam untuk menjaga keeksistensian dirinya
pembangunan. sekaligus bagian dari pemenuhan kebutuhan
Peningkatan jumlah penduduk lanjut sosial. Akan tetapi sebaik-baiknya pelayanan
usia tersebut menimbulkan dampak terhadap panti, lansia tetap membutuhkan dukungan
berbagai macam aspek kehidupan, baik bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
lanjut usia itu sendiri, keluarga, masyarakat sosialnya.
maupun pemerintah. Semakin meningkat
angka harapan hidup maka beban
ketergantungan usia non produktif terhadap Metode
usia produktif akan semakin meningkat pula. Metode yang digunakan dalam
Hal ini terjadi lantaran di masa lansia individu penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
akan mengalami beberapa perubahan terkait pendekatan kualitatif, yaitu agar diperoleh data
dengan menurunnya beberapa fungsi yang spesifik, lengkap, dan mendalam tentang
diantaranya adalah penurunan fungsi fisik, subyek dan obyek penelitian dari berbagai
kognitif, penurunan fungsi dan potensi seksual perspektif yang terkait, sehingga dapat
serta perubahan aspek psikososial. Hal ini akan dipaparkan gambaran situasi dan kondisi di
berhubungan dengan kemandirian lansia itu lapangan sebagai bahan analisis untuk diambil
sendiri. Penurunan fungsi ini membuat lansia simpulan.
harus mendapat prioritas utama dalam
penanganannya agar dapat tetap menjalankan Sumber data dalam penelitian ini terdiri
fungsi serta kebutuhan jasmani dan rohaninya dari sumber data primer dan sumber data
terpenuhi. sekunder yang diperoleh dengan menggunakan
beberapa teknik pengumbulan data, yaitu
Dalam melangsungkan pemenuhan wawancara secara mendalam, observasi non
kebutuhannya pada beberapa lansia partisipatif dan studi kepustakaan terhadap

34
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

berbagai literalur terkait dengan konteks panti adalah alternatif terbaik bagi lansia
penelitian. yang memilih untuk mendapatkan teman,
mengusir kesepian dan juga hidup lebih
sehat secara fisik. Salah satu ciri lansia
Pembahasan adalah memiliki status kelompok
Kebutuhan sosial adalah segala minoritas (Hurlock, 1980) karena
sesuatu yang menyangkut kebutuhan untuk umumnya mereka lebih ingin didengarkan
berinteraksi dengan sesama dan saling daripada mendengarkan. Melalui
menjaga hubungan. Kebutuhan ini harus dukungan penghargaan ini komunikasi
dipenuhi dengan memberikan dukungan sosial baik yang dijalin memudahkan lansia
kepada lansia oleh keluarga karena untuk memahami diri dan lingkungan
sebagaimana peran keluarga terhadap lansia sekitarnya sehingga dapat lebih diterima.
adalah merawat generasi. Artinya lansia Mereka juga tetap dapat menjalankan
membutuhkan pemeliharaan dan juga interaksi perannya sebagai orangtua dengan
dengan generasi berikutnya serta kerabat lain memberi nasehat dan saran kepada anak-
di luar keluarga untuk menjaga eksistensi cucunya. Sayangnya komunikasi tersebut
dirinya. Dalam hal ini lansia di panti werdha lebih banyak dilakukan melalui perantara
memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dengan menggunakan handphone atau
dan juga sesama lansia di panti. Berdasarkan meminta bantuan petugas panti sehingga
hasil penelitian di lapangan ditemukan bahwa banyak hal yang harusnya tersampaikan
lansia memang jarang bertemu langsung menjadi tidak tersampaikan. Misalnya
dengan keluarganya karena kesibukan dan seperti saat lansia bercerita kemudian
keterbatasan waktu yang ada. Mereka lebih diberikan tanggapan oleh keluarga
banyak menjalin komunikasi melalui telepon umumnya keluarga mengakui lansia
dan media sosial. Sebagaimana Hurlock dalam rawan tersinggung dengan ucapan
teorinya menjelaskan bahwa lansia dan keluarga karena perbedaan maksud dan
keluarganya memiliki hubungan gentik dan juga tidak melihat ekspresi secara
terikat secara emosional. Artinya pertemuan langsung. Akibatnya dukungan yang
langsung antara lansia dengan keluarganya diberikan bukan memberikan kepuasan
sangat dibutuhkan meskipun mereka secara kebutuhan sosial tetapi justru
menyatakan tidak ingin merepotkan. Hal ini menjadi berdampak negatif karena
selayaknya terjadi karena keluarga merupakan dukungan yang tersedia dianggap sebagai
sumber dukungan sosial natural. Berdasarkan sesuatu yang tidak membantu. Selain itu
hasil penelitian maka dukungan sosial keluarga cara keluarga untuk tidak membohongi
yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan lansia dengan menyampaikan informasi
sosial tergambar sebagai berikut: apa adanya juga termasuk bentuk
a. Dukungan penghargaan menghargai keberadaan lansia itu sendiri.
Dukungan ini diberikan dalam bentuk Hal ini akan membantu lansia untuk
mengakui keberadaan lansia di panti. Cara terhindar dari permasalahan di hari tuanya
yang digunakan untuk mengakui yaitu kecemasan berlebih yang dapaat
keberadaan lansia di panti adalah dengan menimbulkan gangguan kesehatan. Sebisa
melakukan komunikasi. Hasil penelitian mungkin keluarga menghargai lansia
menyebutkan bahwa komunikasi yang sebagai orangtua yang harus diakui
dilakukan oleh keluarga dengan lansia keberadaannya dan apabila hal ini dilihat
memang terjadi lebih banyak melalui secara budaya tentu menghargai orangtua
telepon dan juga media sosial. Akan tetapi adalah norma yang dijunjung tinggi dalam
ketika ditanya mengenai keberadaan lingkungan sosial masyarakat Indonesia.
lansia itu sendiri keluarga akan berusaha Pemberian dukungan aspek penghargaan
menjelaskan sebijak mungkin kepada ini selaras dengan tujuan pelayanan sosial
mereka yang bertanya bahwa tinggal di yang salah satunya adalah berupa

35
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

memulihkan dan melindungi kehidupan Bhakti ini. Pemeliharaan ikatan keluarga


keluarga. Berdasarkan hasil ecomap antar generasi adalah salah satu tugas
meskipun terdapat hubungan yang kurang setiap keluarga yang memiliki lansia.
kuat akibat konflik antara lansia dengan Melalui dukungan instrumental dengan
anaknya ketika tinggal di panti hubungan memberikan handphone berbasis
mereka menjadi kuat kembali karena teknologi terkini dan mengajarkannya
perasaan kehilangan. Akibatnya disini kepada lansia dapat membantu mereka
hubungan saling menghargai dan memenuhi kebutuhan sosialnya dengan
menghormati sebagaimana anak dengan berkomunikasi. Kemajuan teknologi
orangtuanya pun terwujud secara teoritis memang menggusur
b. Dukungan instrumental keberadaan lansia yang kurang dapat
Dukungan ini mencakup bantuan yang mengikuti perkembangan teknologi
sifatnya nyata. Keluarga mendukung karena kemampuan kognitif yang
lansia dan segala aktivitasnya di panti. Hal menurun akan tetapi hal ini tidak berlaku
ini dilakukan keluarga karena mereka di Sasana Tresna Werda Karya Bhakti
ingin melihat lansia tidak kesepian dan karena hampir semua lansia yang ada
memiliki banyak teman. Lansia melek teknologi. Mereka justru
memerlukan waktu juga bersama dengan memanfaatkan sekali sarana ini untuk
teman-temannya seperti mengikuti berhubungan dengan keluarga dan
kegiatan di panti yang ditunjang dengan kerabatnya yang berjauhan
fasilitas pemberian keluarga misalnya c. Dukungan informasional
scrable dan alat jahit. Harapannya dengan Dukungan informasional menurut House
memberikan fasilitas tersebut lansia dapat (1992) berarti memberikan solusi melalui
bergai dan mengisi waktu luang tidak penyediaan informasi, memberikan saran
sendiri tetapi bersama dengan teman- baik secara langsung maupun tidak
temannya. Hal ini juga didukung oleh langsung dan memberikan umpan balik
pernyataan Weinberger (2011) yang kepada individu. Berdasarkan hasil
mengatakan bahwa lansia membutuhkan penelitian upaya keluarga untuk
hubungan sosial dan kegiatan di setiap mendengarkan keluh kesah lansia dan
waktu untuk mengatasi kesunyian dan menaati nasehatnya merupakan bentuk
kekosongan. Keluarga memahami dukungan informasional. Meskipun
memberikan fasilitas adalah bagian dari seringkali saran yang diberikan oleh
sarana mendukung aktivitas lansia di panti keluarga ini dianggap salah oleh lansia
sehingga mereka tidak merasa bosan dan akan tetapi keluarga sudah berusaha
sepi. Melalui dukungan instrumental ini menjalankan perannya sebagai guidence
upaya keluarga dalam mendukung (pembimbing) sebagaimana komponen
hubungan antara lansia dengan teman di dukungan sosial diberikan kepada lansia.
panti juga terwujud. Tidak hanya itu Ketika memiliki masalah berat memang
pemberikan dukungan instrumental juga sebijak mungkin keluarga berupaya tidak
membuat lansia dapat menjalankan memberitahu lansia terlebih dahulu
aktifitas di panti karena secara finansial namun mereka menghindari untuk
dan administratif keluarga yang berbohong karena menyadari kebutuhan
membayarkan biaya lansia tinggal di panti lansia untuk mengethaui dan memberikan
baik biaya operasional maupun tambahan feedback untuk menghadapi masalah yang
lainnya ketika ada rekreasi. Hal ini tentu ada. Tidak hanya itu dukungan
saja memberikan dampak terhadap apa informasional ini juga diberikan keluarga
yang diinginkan lansia yaitu tetap dengan pelayanan panti yang
memiliki hubungan sosial yang luas salah menyediakan pekerja sosial dan psikolog
satunya adalah dengan tinggal di panti sebagai wadah lain untuk konseling pada
seperti Sasana Tresna Werda Karya lansia selain dengan keluarga sendiri.

36
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

Akan tetapi karena alasan kenyamanan Simpulan


lansia jarang memanfaatkan dukungan ini Dukungan sosial dalam memenuhi
dan lebih memilih untuk menunggu kebutuhan sosial lansia di panti tergambar
keluarganya saat ini bercerita atau dalam cara keluarga untuk memberikan
mengungkapkan sesuatu keleluasaan bagi lansia untuk berinteraksi
d. Dukungan kelompok atau jaringan sosial dengan sesamanya baik di panti maupun di luar
Berdasarkan hasil ecomap lansia, panti. Keluarga menganggap kehadiran teman
hubungan kuat sangat tergambar antara bagi lansia membuat mereka bahagia dan
lansia dengan keluarganya terutama anak, mampu terhindar dari stress. Hal ini termasuk
cucu dan menantu. Hal ini memang secara ke dalam dukungan sosial kelompok. Bentuk
teoritis terjadi akibat kelekatan emosional
lainnya yaitu keluarga selalu menjadi perantara
dan genetik diantara keduanya. Selama bagi lansia untuk berhubungan dengan kerabat
tinggal di panti tentu lansia memiliki lain seperti sepupu, keponakan dan juga
keluarga baru yang terbentuk karena teman-temannya yang mungkin sudah sulit
adanya kesamaan aktifitas. Hal ini tentu ditemui. Biasanya keluarga yang akan
secara pribadi akan membuat lansia membawakan pesan atau justru mengantarkan
memiliki relasi di luar keluarga inti. mereka bertemu dengan lansia yang ada di
Kebutuhan untuk bersosialisasi dan panti. Selain itu dukungan informasional juga
memiliki relasi dengan sesama adalah diberikan dengan meminta memberikan
salah satu aspek kebutuhan sosial lansia. informasi kepada lansia baik kabar maupun
Oleh sebab itu keluarga memberikan saran agar mereka tetap dapat menjalankan
kebebasan bagi lansia untuk bergaul
perannya di lingkungan masyarakat. Hal ini
dengan siapa pun yang mereka inginkan. dilakukan juga agar mereka merasa terbuang
Sebagaimana kebutuhan sosial yang meskipun saran yang diberikan sulit untuk
menyangkut interaksi keluarga juga tidak dipahami dan terkadang justru memicu konflik
pernah berusaha memutus hubungan karena lebih banyak disampaikan secara tidak
antara lansia dengan teman-temannya di langsung yakni melalui telepon atau konseling
luar panti. Ketika ada teman lansia yang dengan petugas panti.
bertanya terkait keberadaan lansia tersebut Berdasarkan fenomena ini maka tidak
maka mereka tidak segan untuk mengajak banyak keluarga lansia yang secara rutin
menengok ke panti atau melakukan kunjungan langsung ke panti.
mengantarkannya. Tidak hanya itu Biasanya mereka hanya berkomunikasi
keluarga juga menyertakan lansia dalam melalui telepon, video call dan berkirim
acara keluarga seperti pernikahan, arisan gambar saja. Oleh sebab itu tidak adanya
dan gathering. Apa yang dilakukan komunikasi langsung diantara kedua belah
keluarga ini sesuai dengan peran informal pihak seringkali menimbulkan konflik dan
keluarga yaitu menjadi penghubung percekcokan di keluarga. Akibatnya lansia
keluarga. Semenjak lansia memasuki menjadi mudah sakit, murung dan sedih karena
fasenya maka berbagai kemunduruan fisik perbedaan pendapat dan komunikasi yang
dan psikis yang dialami membuat mereka kurang baik maka sebaiknya panti sebagai
terbatas ruang geraknya terutama untuk lembaga pelayanan sosial dapat turut andil
berinteraksi. Akibatnya anak dan cucu membuat jadwal kunjungan rutin keluarga
sebagai generasi penerus lah yang sebagai langkah monitoring kondisi lansia dan
memelihara dan menghubungkan lansia keluarganya pula demi keberlangsungan hidup
untuk berinteraksi dengan lingkungan mereka.
sekitar sebagaimana yang tergambar
dalam ecomap mereka. Hal ini tentunya
akan menimbulkan perasaan puas
tersendiri bagi lansia

37
118SHARE: SOCIAL WORK ISSN:2339 -0042 (p)
VOLUME: 7 NOMOR: 1 HALAMAN: 1 - 129
JURNAL ISSN: 2528-1577 (e)

Daftar Pustaka Sosial dan Kesejahteraan Sosial”, Edisi


Azizah, Lilik Ma’ rifatul. 2011. Keperawatan Revisi Buku, Unpad Press
Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Santoso & Ismail, A. 2009. Memahami Krisis
Ilmu Bagi Lansia. BPK Gunung Mulia,
Cobb, S. 1987. Social Support as Moderator of Jakarta
live Stress Psycholomatic Medicine. Sarafino, E.P. 2006. Health Psychology:
Jurnal of Consulting and Clinical Biopsychosocial Interactions. Fifth
Psychology Edition. USA: John Wiley & Sons.
http://data.menkokesra.go.id/content/p
Sarason, I.G., dkk. 1983. Assessing Social
emberdayaan-lansia Support: The Social Support
Cutrona, C.E. 1999. Behavior Manifestations of Questionare. Journal of Personality and
Social Support: Amic Roanalytic Social Psychology
Investigation. Journal of Personality and
Social Psychology
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga
http://data.menkokesra.go.id/content/pemberd
ayaan-lansia
Koller, Marvin R. 1968. Social Gerontology.
New York: Random House
Lalenoh, Tody. 1993. Gerontologi dan
Pelayanan Lanjut Usia. Jakarta: Socialia
Lowy, Louis. 1979. Social work With Aging: The
Chalenge and Promise of the Later
Years. London: Harper & Row Publish
Lueckenotte. 1997. Pengkajian Gerontologi.
Jakarta: EGC
Maliki, Zainuddin. 2003. Narasi Agung: Tiga
Teori Sosial Hegemonik. Surabaya:
LPAM
Raharjo, ST. 2015. “Pekerjaan Sosial
Generalis, Suatu Pengantar Bekerja
Bersama Organisasi dan Komunitas”,
Edisi Revisi Buku, Unpad Press,
Raharjo, ST. 2015. “Dasar Pengetahuan
Pekerjaan Sosial”, Buku, Unpad Press
Raharjo, ST., Taftazani, BM., Apsari, NC.,
Santoso, MB. 2016. “PANDUAN
PRAKTIKUM MIKRO (Konseling
dan Pengembangan Diri)”. Buku .
Unpad Press.
Raharjo, ST. 2015. “Assessment dan
Wawancara dalam Prakti Pekerjaan

38

Anda mungkin juga menyukai