Anda di halaman 1dari 19

Oleh :

Dr. Dapot P. Gultom, Sp.KJ, M.Kes


I. PENDAHULUAN

 Tidur : Suatu Keadaan Berulang, teratur, mudah reversibel


yang ditandai dengan keadaan relatif tidak bergerak dan
tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimulus
external.
 Fungsi tidur : - Homeostatik yang bersifat menyegarkan
- Penyimpanan energi.
 Kebutuhan tidur tiap orang berbeda
 Tidur normal 7 - 9 jam dalam 24 jam
 Long – sleeper : lebih dari 9 jam
 Short – sleeper : kuran dari 6 jam
II. ELEKTROFISIOLOGI TIDUR
A. POLISOMNOGRAM

a. NREM (Non Rapid Eye Movement) terdiri 4 stadium


1. Thetawave, tegangan rendah, frek. 3 – 7 eps.
2. Spindle-shaped (pilin), frek. 12 – 14 cps, ada
komplex K
3. Deltawave, tegangan tinggi, gelombang lambat
frek. 0,5 – 2,5 cps, dibawah 50%
4. Gelombang delta di atas 50%.
b. REM (Rapid Eye Movement)
1. Kira-kira 1,5 jam setelah tidur
2. Pola EEG : gel cepat, tegangan
rendah, gel. Gigi gergaji
3. EMG : Penurunan tonus otot
4. Gerakan mata konjugasi yang cepat
B. FISIOLOGI TIDUR

Tidur NREM :
Std 1 & 2 : - Relatif tenang
- Denyut jantung melambat, TD rendah
- Respirasi melambat
- Gerakan tubus epissodik involunter
- Aliran darah ke jaringan tubuh menurun
Std 3 dan 4 : - Jika orang dibangunkan (1/2-1 jam)
setelah tidur : disorientasi, pikiran
terdisorganisasi, amnesia
- Terbangun Std 3 atau Std 4 : enuriesis,
somnabolisme
- Terbangun Std 4 : night terror
Tidur REM :
 Kec. Denyut jantung, pernafasan dan TD tinggi
 Pemakaian O2 otak meningkat
 Ereksi penis
 Paralisis hampir lengkap, pada otot skeletal
 Mimpi (60 - 90%) : abstrak dan aneh pada
NREM : jelas dan bertujuan
III. PENGATURAN TIDUR
• Ada sistem (terutama batang otak) yang saling mengaktifasi
dan menginhibisi
• Serotonin (badan sel banyak di n. rafe dorsalis batang otak)
menurun mengurangi tidur
• NE (badan sel di locus serolous) : peningkatan “tembakan”
pengurangan tidur REM & peningkatan keadaan terjaga
• Asetil kolin : supersensitifitas depresi
• Kolinergik (di basal prosenfalon) : menurun tidur REM
berkurang (Cth. Demensia)
• Sekresi melatonin dari kel. Pineal dihambat oleh cahaya
terang (siang hari) melatonin rendah terjaga
• Dopamin efek menyiagakan, penghambatan dopamin
(Cth. CPZ) meningkatkan waktu tidur
IV. KLASIFIKASI
F51 : Gangguan tidur non organik

DYSSOMNIA
F51 0 : Insomnia non organik
F51. 1 : Hipersomnia non organik
F51. 2 : Gangguan Jadwal Tidur –
A. PPDGJ III Jaga Non Organik

PARASOMNIA
F51 . 3 : Somnabolisme
F51. 4 : Teror Tidur
F51 .5 : Mimpi Buruk
F51. 8 : Gangguan Tidur Non Organik Lainnya
F51. 9 : Gangguan Tidur Non OrganikYTT
B. DSM IV TR
1. GT. Primer
1. Dyssomnia : Insomnia, Hipersomnia, Narkolepsi,
GT. Terkait Pernapasan (Apnoe, Hipnoe)
GT. Irama Sirkardian : Jetlag, Shiftwork, dll
2. Dyssomnia tak tergolongkan
Restless legs syndrom, Mioclonus nocturnal, dll
3. Parasomnia : Somnabolisme, teror tidur, mimpi buruk
4. Parasomnia tak tergolongkan : Paralisis waktu tidur,
somniloquy
2. GT. Lain
a. GT. (Insomnia, hipersomnia dll)
Akibat KMU : Bangkitan epilepsi terkait
tidur, gejala CV terkait tidur, dll
b. GT.Yang dicetuskan zat
INSOMNIA
I. ANAMNESIS

Keluhan sulit masuk tidur, sering terbangun,


sulit mempertahankan tidur, kualitas tidur buruk

II. FAKTOR RESIKO


- Gangguan organik (seperti penyakit jantung,
endokrin)
- Adanya gangguan psikiatrik seperti gangguan,
psikotik, depresi, gangguan cemas, dan
gangguan akibat zat psikoaktif
III. FAKTOR PREDISPOSISI
 Sering bekerja di malam hari
 Jam kerja tidak stabil
 Penggunaan alkohol , cafein, atau zat
adiktif yang berlebihan
 Efek samping obat
 Kerusakan otak seperti encefalitis,
stroke, dll
 Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau
mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang
buruk
 Gangguan terjadi minimal tiga kali seminggu selama
minimal satu bulan.
 Adanya preokupasi tidak bisa tidur dan peduli yang
berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang hari.
 Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas
tidur menyebabkan penderitaan yang cukup berat
dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan
pekerjaan
A. Gangguan psikiatri
B. Gangguan medik umum
C. Gangguan neurologis
D. Gangguan lingkungan
E. Gangguan ritme sirkadian

Dapat terjadi penyalahgunaan Zat


VII. PENATALAKSANAAN
a. Pasien diberikan penjelasan tentang faktor-faktor
resiko yang dimilikinya dan pentingnya untuk
memulai pola hidup yang sehat dan mengatasi
masalah yang menyebabkan terjadinya insomnia.
b. Untuk obat-obatan, pasien dapat diberikan
Lorazepam 0,5 – 2 mg atau Diazepam 2 – 5 mg
pada malam hari. Pada orang yang berusia lanjut
atau mengalami gangguan medik umum
diberikan dosis minimal efektif.

Konseling dan Edukasi


Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga agar
mereka dapat memahami tentang insomnia dan dapat
menghindari pemicu terjadinya insomnia
VIII. Kriteria Rujukan
Apabila setelah 2 minggu pengobatan tidak
menunjukkan perbaikan, atau apabila terjadi
perburukan walaupun belum sampai 2 minggu,
pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan sekunder
yang memiliki dokter spesialis kedokteran jiwa

IX. Sarana Prasarana


Tidak ada sarana prasarana khusus

X. Prognosis
Prognosis pada umumnya bona

Anda mungkin juga menyukai