Anda di halaman 1dari 110

Tutorial Skenario 1

OLEH : KELOMPOK TUTORIAL 15


SKENARIO 1
Gangguan mood
“Dok, saya kok merasa tak punya kesenangan, tak enak rasanya hidup
ini..”
Seorang perempuan 40 tahun pegawai negri, datang ke poliklinik
karena insomnia selama 3 bulan terakhir. Ia juga mengatakan : “Dok saya
sudah tidak punya semangat hidup lagi, saya mudah sekali lelah, kegiatan
sedikit saja sudah lelah.” Ia juga mengalami anhedonia. Bahkan belakangan
ini mengalami social withdrawal. Sehari-hari dulu dia sering sekali shopping
dan berjalan-jalan bersama keluarga, kini ia tak pernah melakukannya lagi.
Selain itu ia juga mengalami anoreksia, dan sering muncul keluhan
tension headache. Belakangan ini bahkan ia tak mau lagi ke kantor
tempatnya bekerja, karena katanya percuma di kantorpun ia merasa tak
bermanfaat apapun.
Dua hari terakhir ini ia beberapa kali mengatakan tak ada gunanya lagi hidup ini, lebih
baik meninggalkan segala-galanya saja. Ia bahkan pernah tentamen suicide.
Suaminya merasa heran karena 8 bulan yang lalu pasien justru berperilaku
menyenangkan. Ia waktu itu begitu euphor, dan cenderung logorrhea. Pandangan pandangan
hidupnya sangat optimis. Dalam bercerita ia begitu antusias mengutarakan isi pikirannya. sering
bahkan flight of ideas. Saat itu ia sangat memperhatikan penampilannya dimana ia menjadi
sangat rapi, bahkan berdandan berlebihan saat ke kantor
keyword
Perempuan 40 tahun
Insomnia
Anhedonia
Mudah lelah
social withdrawal
8 bulan yang lalu berperilaku menyenangkan
gangguan mood
Euphoria
Logorrhea
Flight of ideas
Tentamen suicide
Klarifikasi Istilah
Anoreksia
◦ Kondisi seseorang kehilangan selera makan. (Moore, 2018)
Anhedonia
◦ Suatu Kondisi psikologis yang membuat kehilangan ketertarikan atau kesenangan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. (Michael Riodan, 2012)

Tentamen suicide
◦ Merupakan kematian yang diperbuat oleh pelaku sendiri secara sengaja. (Kaplan & Saddock, 2010)

Flight of idea
◦ `Salah satu karakteristik dari mania, berbicara cepat, dengan pergeseran topik yang sering. (Grinnell,
2016)
Euphoria
◦ Merupakan suasana hati yang meningkat tajam melampaui tingkat kebahagiaan yang realistis dapat
disebabkan oleh obat-obatan, orgasme, semangat keagamaan, atau berbagai bentuk psikopatologi.
(Grinnell, 2018)

TTH
◦ Nyeri kepala bilateral yang menkan, mengikat, dan tidak berdenyut. Tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk karena aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang tidak disertai mual dan muntah serta
disertai photophobia dan fonophobia. (CDK 214/Vol. 41 No. 3 Tahun 2014)

Social withdrawal
◦ Kecenderungan konsisten untuk menyendiri dan menarik diri dari kegiatan sosial disertai dengan
kecemasan ketika bersama orang lain. (Kenneth, 2016)
Rumusan Masalah
1. Mengapa terjadi insomnia, TTH, mudah lelah, dan anorexia?
2. Mengapa terjadi perubahan drastis dari perilaku pasien dari 8 bulan yang lalu hingga
sekarang?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pasien?
4. Bagaimana status psikiatri pasien?
5. Apa diagnosis dan DD pasien tersebut?
6. Bagaimana tatalaksana pasien tersebut?
7. Bagaimana cara percegahan agar tidak kambuh-kambuhan?
8. KIE apa yang diberikan kepada keluarga pasien?
Mengapa terjadi insomnia, TTH, mudah
lelah, dan anorexia?
Karena pada pasien ini terdapat gangguan pada sistem limbik, ganglia basalis, dan disfungsi
hipotalamus.
Yang berpengaruh pada pasien ini adalah disfungsi hipotalamus. Dimana menyebabkan
perubahan tidur nafsu makan, perilaku seksual, dan perubahan ideologis.

Perubahan tidur  insomnia, mudah lelah


Perubahan nafsu makan  anoreksia
Stress  TTH
Mengapa terjadi perubahan drastis dari
perilaku pasien dari 8 bulan yang lalu hingga
sekarang?
8 bulan yang lalu  perilaku menyenangkan, logorrhea, dll : Mania, overactivation
neurotransmitter terutama pada serotonin dan norepinefrin
Sekarang  fase depresi, underactivation neurotransmitter
Faktor apa saja yang mempengaruhi
perilaku pasien?
1. Genetik : riwayat keluarga dengan gangguan mood
2. Hormonal : perempuan >>
3. Sosioekonomi : ekonomi rendah >>
4. Biologis : gangguan patologis sistem limbik, ganglia basalis , dan hipotalamus

Faktor dalam diri :


 Helplessness  tidak memiliki kontrol atas stress
 Psikologis
Bagaimana status psikiatri pasien dan
diagnosis multiaxial?
Kesan umum : pasien tampak tidak bersemangat dan mudah lelah
Kontak/komunikasi: positif, lamban
Kesadaran : DBN
Kemauan : menurun
Afek/emosi : sedih
Psikomotor : menurun
Proses berfikir : ada bentuk pemikiran  realistis
◦ Arus pikiran  lamban
◦ Isi pikiran  rasa tak berguna dan rasa lelah
◦ Intelegensi : DBN
◦ Insight : Baik
Axis I : gangguan suasana dan perasaan : F31.4
Axis II : Gangguan kepribadian emosional : F60.3
Axis III : Tidak ada
Axis IV : Masalah pekerjaan
Axis V : Galfscale 20-11 : Bahaya mencederai diri atau orang lain, disabilitas sangat berat dalam
berkomunikasi, dan mengurus diri
Apa diagnosis dan DD pasien tersebut?
Diagnosis :
Gangguan afektif bipolar episode kini depresi dengan gejala somatik
Bipolar Tipe 1

DDx :
Hipotiroid (dari gejala mudah lelah)
Depresi (dari gejala tentamen suicide)
Gangguan personality/kepribadian
Skizoafektif disorder (karena sama-sama memiliki gejala depresi dan mania)  bagaimana membedakan dengan mania
dengan gejala psikotik

Bagaimana membedakan hipomania dan mania


Bagaimana tatalaksana pasien tersebut?
MRS karena ada resiko bunuh diri, dan penelantaran diri
Anti depresan : SSRI (fluoxetin dosis 1x20 mg) atau golongan trisiklik (Amitriptilin dosis 2x25mg)
Mood stabilizer : litium karbonat dosis 2-3x250 mg  sediaan lithium
Psikoterapi :
◦ Interpersonal and social rhythm therapy atau IPSRT
◦ Family focus therapy for bipolar disorder
◦ Family psychoeducation
◦ cognitive behavior therapy
ECT
Minimal selama 6 minggu

Perbedaan SSRI dan golongan trisiklik


Dosis obat IV
Bagaimana cara percegahan agar tidak
kambuh-kambuhan?
1. Rutin ke psikiater
2. Rutin minum obat
3. Edukasi keluarga dan penderita
KIE apa yang diberikan kepada keluarga
pasien?
•Edukasi mengenai penyakit
•Keikutsertaan keluarga dalam pengobatan
•Menjelaskan prognosis

•Batas terapi? Sampai sembuh :


•Awal monoterapi  kombinasi  ECT
Learning objectives
1. Fisiologi tidur dan insomnia serta kerja neurotransmitternya
2. Gangguan mood (episode depresi, episode mania, dan gangguan bipolar)
 penyebab, gejala, tatalaksana
LO 1
FISIOLOGI TIDUR DAN INSOMNIA SERTA KERJA
NEUROTRANSMITTERNYA
FISIOLOGI TIDUR
AKTIFITAS TIDUR

RAS (reticular activating BSR (bulbar


system ) synchronizing regional )
(Sherwood, Ed 8)
TAHAPAN TIDUR
NREM (non rapid eye movement)
REM (rapid eye movement)
(Sherwood, Ed 8)
Siklus tidur-bangun
Siklus tidur-bangun, serta berbagai tahapan tidur, disebabkan oleh
hubungan siklik tiga sistem saraf:
(1) sistem kejagaan yang melibatkan RAS di batang otak
(2) pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus yang mengandung sleep-on neuron, yang
menginduksi tidur gelombang lambat;
(3) pusat tidur paradoks

(Sherwood, Ed 8)
Neurotransmitter yang berpengaruh
dalam proses tidur
1. Melatonin
2. GABA
3. Adenosine
4. Uridine
Melatonin
Cahaya mempengaruhi retina  sinyal
ini masuk ke nukleus chiasmatic (yang
terhubung ke kelenjar pineal).
Pada siang hari, sekresi melatonin
dihambat oleh sistem ini.
Sedangkan pada malam hari, akibat
tidak ada rangsangan cahaya pada inti
chiasma, memungkinkan sekresi
melatonin
Apa efek melatonin
pada tidur?
Melatonin berikatan dengan reseptor
MT1 dan MT2.
Melatonin menginduksi tidur dibawah
pengaruh fase sirkadian.
Fase transisi dari bangun ke
kecenderungan tidur yang tinggi cocok
dengan peningkatan melatonin pada
malam hari.
Melatrogenic agents
Terdapat 2 agen melatrogenik yang
tersedia, yaitu :
1. Ramelton  hipnotis yang
merupakan agonis MT1 dan MT2
2. Agomelatine  antidepresan yang
tidak tersedia di AS, yaitu MT1,
agonis MT2, dan antagonis 5HT2C
GABA
GABA adalah neurotransmitter
penghambat utama. pada tingkat sel,
GABA menyebabkan penghambatan
neuron dengan meningkatkan
konduktansi ion klorida.
GABA memfasilitasi tidur dengan
menghambat daerah otak yang terlibat
pada saat terjaga.
Adenosine
Adenosine adalah bagian dari ATP (molekul energi). Penumpukan adenosine sepanjang hari
dapat menyebabkan rasa kantuk, dan kadar adenosine yang cukup diperlukan untuk tidur yang
baik.
Pelepasan ATP dari astrosit berkontribusi pada tingkat adenosine antara sel-sel di otak.
Adenosine mengurangi transmisi sinaptik (komunikasi antar neuron)  mengurangi fungsi otak.
Ada 4 reseptor adenosine, yaitu: A1R, A2A, A2BR, dan A3R. Dimana A1R dan A2AR memainkan
peran utama dalam homeostatis tidur.
Reseptor 2AR membuat kita mengantuk
dengan :
Menghambat neuron pelepas histamin
Menyalakan neuron tidur-aktif di bagian VLPO dari hipotalamus
Meningkatkan pelepasan asetikolin dalam pembentukan reticular pontine, yang menghasilkan
peningkatan waktu pada SWS dan tidur REM
Uridine
Uridine menginduksi tidur melalui reseptor uridin di sistem saraf pusat. Uridine berikatan
dengan reseptor P2Y di area otak yang mengatur tidur alami.
Daftar Pustaka
Psychopharmacology of Sleep and Wakefulness: Understanding Neurotransmitters and Pathways
in Clinical Practice. 2018. psychopharmacology institute.
Wannirsorn, Nattha. How Brain Health & Neurotransmitters Affect Sleep. 2019.
Insomnia
Insomnia
gangguan insomnia ditandai oleh ketidakpuasan kronis dengan kuantitas atau kualitas tidur yang
berhubungan dengan kesulitan tidur, sering terbangun malam hari dengan kesulitan kembali
tidur, dan / atau bangun lebih awal di pagi hari daripada yang diinginkan.
Faktor Genetik
keterlibatan multigene dalam patofisiologi insomnia.
Gen yang terkait dengan fungsi otak, regulasi gairah, dan proses bangun tidur telah
berhubungan dengan insomnia.
Interaksi yang kompleks dari gen-gen
Mekanisme pasti masih diteliti lebih lanjut
Mekanisme Seluler
molekul pengatur tidur memengaruhi neuron secara lokal tempat neuron diproduksi
 teori tidur oleh Krueger et al - > tidur didefinisikan sebagai sifat dasar yang muncul dari neuron yang sangat
saling berhubungan, atau kolom kortikal
 kecenderungan tidur lokal dan amplitudo gelombang lambat -> tergantung pada akumulasi zat pengatur tidur
(misalnya, tumor necrosis factor-α dan IL-1β) yang dihasilkan dari penggunaan neuronal sebelumnya
 penembakan sinkron dalam kolom kortikal dipostulatkan untuk menyebarkan aktivitas gelombang lambat di
daerah yang berdekatan melalui interaksi humoral dan listrik, yang pada akhirnya menyebabkan keadaan tidur
"global" di seluruh organisme
insomnia -> aktivasi Fos lokal terlokalisasi secara simultan di kedua tempat tidur dan daerah yang membangunkan
selama tidur global
aktivitas otak listrik regional yang meningkat pada pasien dengan insomnia selama gerakan mata yang tidak cepat (
NREM)
insomnia mungkin disebabkan oleh kelompok neuron terisolasi yang tetap aktif selama tidur
Dinamika di otak ini mungkin dialami sebagai terjaga oleh banyak pasien dengan insomnia dan salah dikategorikan
sebagai tidur "normal"
Sleep-wake regulation in insomnia
Wake system
VLPO & MnPO dihambat
Aktivasi arousal system
Sleep system
 VLPO dan MnPO  hypothalamus arousal system dihambat
Farmakoterapi
Obat Dosis
Lorazepam 2-4mg PO qhs
Doxepin 3-6 mg PO qhs
Trazodone 50-100mg PO qday
Suvorexant 10mg PO qhs
Levenson, J. C., Kay, D. B., & Buysse, D. J. (2015). The pathophysiology of insomnia. Chest, 147(4),
1179–1192. doi:10.1378/chest.14-1617
LO 2
GANGGUAN MOOD (EPISODE DEPRESI, EPISODE MANIA, DAN
GANGGUAN BIPOLAR)
Episode Depresi
Definisi
Episode depresi termasuk dalam kelompok gangguan mood yaitu perubahan suasana perasaan
(mood) atau afek ke arah depresi. Perubahan afek ini biasanya disertai dengan suatu perubahan
pada keseluruhan tingkat aktivitas.
meliputi perubahan nafsu makan dan berat badan, perubahan tidur dan aktivitas, kurangnya
energi, perasaan bersalah, masalah berpikir dan membuat keputusan, dan pikiran berulang
tentang kematian atau bunuh diri.

Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th
Edition
EPIDEMIOLOGI
SEX
insiden tahunan dari depresi berat adalah 1,59 persen (wanita, 1,89 persen; pria, 1,10 persen).

AGE
Umur sekitar 40 tahun, 50 persen onset antara usia 20 dan 50.
Dapat juga dimulai pada masa kanak-kanak atau di usia tua
Terbaru bisa kurang dari 20 tahun. Ini mungkin terkait dengan peningkatan penggunaan alkohol dan
penyalahgunaan obat-obatan pada kelompok umur ini.
EPIDEMIOLOGI
Status
Gangguan depresi paling sering terjadi pada orang tanpa hubungan interpersonal yang dekat atau
pada mereka yang bercerai atau berpisah.

Socioeconomic
Tidak ada korelasi yang ditemukan antara status sosial ekonomi dan gangguan depresi mayor. Depresi
lebih sering terjadi di daerah pedesaan daripada di daerah perkotaan

Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition
ETIOLOGI
Faktor genetic
-Family
-Twin studies

Faktor organobiologik
◦ Dilaporkan terdapat kelainan/disregulasi pada metabolit amin biogenik seperti 5-hydroxyindoleacetic
acid (5-HIAA), homovanilic acid (HVA), dan 3-methoxy-4-hydroxyphenyl-glycol (MHPG) di dalam darah,
urin, dan CSF pasien dengan gangguan mood
◦ serotonin yang berkurang di celah sinap dikatakan bertanggung jawab untuk terjadinya depresi
◦ aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi
Etiologi
Faktor psikososial
◦ Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan
◦ Kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun
◦ Kehilangan pasangan
◦ Kehilangan pekerjaan
◦ Faktor kepribadian  semua orang, apapun pola kepribadiannya dapat mengalami depresi sesuai
dengan situasinya
Etiologi
Norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmitter yang paling terlibat dalam patofisiologi
gangguan mood
Reseptor b2-presinaptik mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan norepinefrin pada
depresi
Reseptor b2-presinaptik juga terletak pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan
serotonin. Serotonin yang berkurang di celah sinap bertanggung jawab untuk terjadinya depresi
Gejala Klinis
Gejala utama:
◦ Afek depresif
◦ Kehilangan minat dan kegembiraan
◦ Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah
yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya:
◦ (a) konsentrasi dan perhatian berkurang
◦ (b) harga diri dan kepercayaan diri berkurang
◦ (c) gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
◦ (d) pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
◦ (e) gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
◦ (f) tidur terganggu
◦ (g) nafsu makan berkurang
Diagnosis
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi episode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis : episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)

Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry,
10th Edition
Episode depresif ringan
(F32.0)
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti tersebut di atas
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang dilakukannya
Episode depresif sedang
(F32.1)
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama gangguan depresif seperti tersebut diatas
Ditambah sekurang-kurangnya 3 gejala lainnya (a) sampai (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata dalam meneruskan kegiatan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga
Episode depresif berat
(F32.2)
Semua 3 gejala utama gangguan depresif harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas
berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikometer) yang mencolok, maka penderita
mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode gangguan depresif berat masih
dapat dibenarkan
Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala
amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam
kurun waktu kurang dari 2 minggu
Sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau rumah
tangga kecuali pada tarif yang sangat terbatas.
Episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3)
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas Disertai waham,
halusinasi atau stupor. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam, dan penderita merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran
atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor
Jika diperlukan, waham atau halusisnasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi
dengan afek (mood congruent)
Terapi Farmakologis
Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada penderita bahwa
ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan depresif :
Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala
Fase kelanjutan untuk mencegah relaps
Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren
Terapi
FARMAKOLOGIS:
Antidepresan  terlihat efeknya dalam 4 sampai 12 minggu, sebelum ia
mengurangi atau menghapus gejala-gejala gangguan depresif meski hasilnya
dirasakan sudah membuat perbaikan dalam 2 sampai 3 minggu
Golongan SSRI (Fluoxetine, Sertraline, dll.) dosis: 20 mg sehari pada pagi hari,
maksimum 80 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi.
Golongan Trisiklik ( Amitriptyline, dll.)  dosis: 25 mg dapat dinaikan secara
bertahap sampai dosis maksimum 150-300 mg sehari.
Golongan Tetrasiklik (Maprotiline), gol. “Atypica” (Trazodone), gol. MAOI
Reversible (Moclobemide)
NON-FARMAKOLOGIS:
Intervensi psikologis, seperti terapi perilaku kognitif (CBT), untuk mengubah pola berpikir, perilaku dan
kepercayaan yang terkait dengan depresi.
Terapi interpersonal, membantu orang untuk memahami efek dari hubungan interpersonal pada emosi
mereka.
Perubahan gaya hidup, seperti olahraga fisik seprti latihan aerobik dapat membantu melawan depresi
ringan karena meningkatkan kadar endorfin dan menstimulasi neurotransmitter norepinefrin, yang
berhubungan dengan suasana hati.
Mengurangi alkohol dan penggunaan obat-obatan berbahaya lainnya, membantu orang untuk pulih dari
depresi.
Terapi elektrokonvulsif (ECT)  efektif dan aman , dapat menjadi pilihan bagi orang dengan depresi berat
yang tidak mrespon terhadap obat antidepresan.
Keluarga dan teman-teman orang dengan gangguan depresi sering merasa bingung dan tertekan.
Dukungan dan pendidikan, serta pemahaman masyarakat yang lebih baik, adalah bagian penting dari
perawatan.
Komplikasi
Penyalahgunaan obat
Percobaan bunuh diri: perlu dilakukan penilaian resiko bunuh diri
Obesitas
Malnutrisi
Progresi penyakit jantung dan metabolik
Gangguan psikotik
Gangguan panik
Masalah sosial dan ekonomi
Prognosis
Rekurensi dan komplikasi depresi merupakan faktor yang menentukan prognosis pasien.
Meskipun prognosis untuk episode depresi baik, dengan sebagian besar pasien kembali ke fungsi
normal setelah episode selesai, pada 20 - 30% kasus gejala depresi akan bertahan.
Sumber
National Institute of Mental Health. Depression Basic. 2016.

Grobler, Gerhard. 2013. Major Depressive Disorder. South African Journal of Psychiatry. Diakses 08 April, 2019 dari:
https://www.researchgate.net/publication/293569074_Major_Depressive_Disorder

Lyness J, Roy-Byrne P, Solomon D. Unipolar depression in adults: Assessment and diagnosis. 2016. Diakses 08 April, 2019 dari:
https://www.uptodate.com/contents/unipolar-depression-in-adults-assessment-and-diagnosis

Halverson J, Bienenfeld D. Depression. Medscape. 2017. Diakses 08 April, 2019 dari: https://emedicine.medscape.com/article/286759

American Psychiatric Association. Depressive disorders. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Washington DC:
American Psychiatric Publishing; 2013. h. 155-88.

Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Cetakan 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unila Atma
Jaya. Jakarta: 2013.

Maslim, Rusdi. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Cetakan 4. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unila Atma Jaya. Jakarta:
2014.
Episode Mania
Definisi
Gangguan mood dimana suasana hatinya terus meningkat (meluap-luap)
Mania
Mania Tanpa Gx Psikotik
◦ Berlangsung >1 minggu
◦ Peningkatan aktivitas, bicara, kurang tidur, grandiose, optimistik >>.
◦ Keg. sehari2 kacau

Mania Dg Gx Psikotik
◦ > berat dr Mania Tanpa Psikotik
◦ Waham kebesaran, iritabel, waham kejar.
◦ Waham & halusinasi= mood congruent
Etiology
Neurotransmiter
Psikososial
Informasi status mental
Terapi
Farmako terapi
Mood stabilizer
Anti psikosis (sedative)

Non farmako terapi


Menghindarkan dari faktor pencetus
Mengawasi kebiasan
Hypomania
Definisi
Mania dan hipomania adalah gejala gangguan mood, terutama gangguan bipolar. Orang dengan
gangguan bipolar tipe 1 dapat mengalami mania, sementara orang dengan gangguan bipolar
tipe 2 lebih cenderung mengalami hipomania.
Hipomania adalah kondisi dimana seseorang mengalami perasaan yang menarik/bergairah,
gembira, banyak ide dan disertai dengan kegiatan yang meningkat
Etiologi
•Tingkat stres yang tinggi
•Perubahan pola tidur atau kurang tidur
•Penggunaan stimulan seperti obat-obatan atau alkohol
•Perubahan signifikan dalam hidup
•Persalinan
•Kehilangan
•Kekerasan, trauma, atau pelecehan
•Kondisi kehidupan yang sulit
•Efek samping dari pengobatan
•Efek samping dari penyakit fisik atau kondisi neurologis
•Riwayat keluarga
•Kimia otak
Gejala Klinis
•Suasana hati euforia, tinggi, mudah tersinggung dan peningkatan energi
•Harga diri yang berlebihan
•Keinginan untuk tidur menurun
•Lebih banyak bicara daripada biasanya atau merasa tertekan untuk terus berbicara
•Mengekspresikan ide dengan cepat - dengan cepat mengubah topik
•Kesulitan fokus
•Gelisah
•Terlibat dalam kegiatan yang kemungkinan besar memiliki konsekuensi negatif, misalnya
pergaulan bebas
Perbedaan Mania dan Hipomania
Mania
◦ Berlangsung min. 1 minggu
◦ Cukup berat sehingga pekerjaan atau kegiatan
kacau
◦ Bisa terdapat gejala psikotik

Hypomania
◦ Berlangsung beberapa hari
◦ Pekerjaan atau kegiatan terganggu
◦ Tidak ada gejala psikotik
Terapi
Mood stabilizer
◦ Lithium (Camcolit, Liskonum, Priadel)  300 mg b.i.d – t.i.d
◦ Valproate semisodium (Depakote)  750 dibagi mg b.i.d – t.i.d
◦ Carbamazepine (Tegretol)  100 – 200 mg dibagi 1 – 2 x
◦ Lamotrigine (Lamictal)  25 mg dititrasi perlahan

Psikoterapi
◦ Cognitive behavioural therapy (CBT)
◦ Mindfulness-based cognitive therapy (MBCT)
◦ Psychoeducation
◦ Interpersonal therapy
◦ Family-focused therapy

ECT
Stovall J, Keck P, Solomon D. Bipolar disorder in adults: pharmacotherapy for acute mania, mixed states, and
hypomania. UpToDate. www.uptodate.com. Accessed April 1, 2011
Gangguan Bipolar
Definisi
Gangguan bipolar merupakan salah satu penyakit kejiwaan (Biasa
dikenal dengan sebagai depresi-manik) yang sangat umum dimana
penderitanya memiliki banyak gagasan/ide dan perubahan suasana
hati yang tidak bisa diprediksi.

Smyth, Roger & Semple,


David. 2013. Oxford
Handbook of Psychiatry. 3rd
Edition. xford University Press
Etiologi
Genetik
Anak dari keluarga yang memiliki riwayat bipolar mempunyai resiko 7 kali
lebih besar daripada populasi lainnya
Gen yang berperan : ANK3 dan CACNA1C

Neuroimaging
 Penurunan aktivasi dan penyempitan gray matter pada area yang
berhubungan dengan regulasi emosi
 Peningkatan aktivitas ventral limbik yang memediasi respon emosi
Smyth, Roger & Semple,
David. 2013. Oxford
Handbook of Psychiatry. 3rd
Edition. xford University Press
Etiologi
Faktor Biokimia
◦ Epinefrin dan norepinefrin
◦ Dopamin
◦ Serotonin
◦ Hormonal - HPA Axis
Faktor Lingkungan
 Lingkungan penuh tekanan

Smyth, Roger & Semple,


David. 2013. Oxford
Handbook of Psychiatry. 3rd
Edition. xford University Press
Klasifikasi Bipolar

Bipolar Tipe I Bipolar Tipe II


terjadi episode mania saja terjadi episode depresi berat
atau episode mania serta dan diikuti satu atau lebih
diikuti episode depresi. episode hipomania atau
episode campuran

Kaplan and Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed 2


Kriteria diagnosis Gangguan Bipolar
Bipolar I
Memenuhi paling sedikit satu episode mania
Adanya episode mania dan episode depresi mayor yang tidak menunjukkan gangguan skizoafektif,
skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, dan gangguan psikotik lainnya

Kaplan and Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed 2


Bipolar II
Paling sedikit harus terpenuhi satu episode hipomania dan satu episode depresi mayor
Tidak pernah mengalami episode mania
Keberadaan episode hipomania dan episode depresi mayor tidak menunjukkan gangguan psikotik
Gejala-gejala depresi disebabkan oleh seringnya pergantian antara periode hipomania dan depresi
sehingga menyebabkan penderitaan yang bermakna

Kaplan and Sadock, Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed 2


Diagnosis Bipolar
Gangguan Bipolar I
Episode manik tunggal

Sadock, BJ, Sadock VA, Ruiz P.


Kaplan. 2017. Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 10th Edition
Gangguan Bipolar I
Episode terkini manik

Sadock, BJ, Sadock VA, Ruiz P.


Kaplan. 2017. Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 10th Edition
Gangguan Bipolar I
Episode terkini
hipomanik

Sadock, BJ, Sadock VA, Ruiz P.


Kaplan. 2017. Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 10th Edition
Gangguan Bipolar I
Episode terkini depresi

Sadock, BJ, Sadock VA, Ruiz P.


Kaplan. 2017. Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 10th Edition
Gangguan Bipolar I
Episode terkini
campuran

Sadock, BJ, Sadock VA, Ruiz P.


Kaplan. 2017. Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 10th Edition
Gangguan Bipolar I
Episode kini tidak
tergolongkan

Sadock, BJ, Sadock VA, Ruiz P.


Kaplan. 2017. Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 10th Edition
Gangguan Bipolar II

Sadock, BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan. 2017. Kaplan & Sadock's
Comprehensive Textbook of Psychiatry. 10th Edition
Tatalaksana
Farmakoterapi untuk gangguan
bipolar

Agency for Healthcare Research and Quality.


Treatment for Bipolar Disorder in Adults: A
Sistematic Review. 2015.
Agency for Healthcare Research and Quality.
Treatment for Bipolar Disorder in Adults: A
Sistematic Review. 2015.
Psikoterapi

Cognitive Behavior Therapy (CBT)


Model psikoterapi yang sering diterapkan
Fokus dari CBT  mengidentifikasi semua pola pikir dan perilaku
negatif dan menata ulang dengan pola pikir yang positif

Family Psychoeducation (FPE)


Tindakan perawatan khusus yang tepat diberikan pada keluarga
dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
baik penyakit fisik maupun gangguan jiwa.
Agency for Healthcare Research and Quality. Treatment for Bipolar Disorder in Adults: A
Sistematic Review. 2015.
Interpersonal and social rhytm therapy (IPRST)
◦ Dirancang untuk membantu orang meningkatkan suasana hati
mereka dengan memahami dan bekerja dengan ritme biologis
dan sosial mereka.
Pembahasan
DIAGNOSIS
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR EPISODE KINI
DEPRESI DENGAN GEJALA SOMATIK
Gangguan bipolar  karena terjadi 2 kali episode , yaitu :
1. Episode manik
2. Episode depresi
EPISODE MANIK
Dialami 8 bulan yang lalu.

Mania Tanpa Gx Psikotik


◦ Berlangsung >1 minggu
◦ Peningkatan aktivitas, bicara, kurang tidur, grandiose, optimistik >>.
◦ Keg. sehari2 kacau

Mania Dg Gx Psikotik
◦ > berat dr Mania Tanpa Psikotik
◦ Waham kebesaran, iritabel, waham kejar.
◦ Waham & halusinasi= mood congruent
EPISODE DEPRESI
3 bulan terakhir (depresi mulai memberat biasa pada usia 40th)
Kriteria
Depresi Ringan:
◦ Min. 2 dr 3 Gx utama
◦ + min 2 dr Gx lainnya. Dg. atau tanpa keluhan somatik
◦ Sedikit kesulitan kegiatan & tugas sehari hari.
Depresi Sedang:
◦ Min. 2 dr 3 Gx
◦ + min. 3-4 Gx lainnya. Dg. atau tanpa keluhan somatik
◦ Sulit kegiatan & tugas sehari2

Depresi Berat:
◦ 3 Gx utama
◦ + 4 Gx lainnya. Dg. atau tanpa gangguan psikotik
◦ Tak bisa kegiatan & tugas sehari2
Gx Utama:
◦ Afek depresif  menarik diri dari lingkungnnya (ga mau kerja)
◦ Hilang minat & kegembiraan  tidak punya semangat hidup
◦ Mudah lelah & aktivitas turun  mudah lelah , melakukan kegiatan sedikit saja sudah lelah.
Gx lain:
◦ Konsentrasi & atensi turun
◦ Harga diri & PD turun
◦ Rasa salah & useless
◦ Pesimis & future view suram  merasa tidak bermanfaat
◦ Gagasan suicide  tentamen suicide
◦ Tidur & makan terganggu  insomnia
TATALAKSANA
1. MRS > suicide
2. Farmakologis :
-Anti Depresan :
◦ SSRI : Fluoxetine, Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine
◦ Trisiklik : Amitriptyline (sediaan tablet 10 & 25mg, 100mg/10mL > 150-300mg/hari)
◦ Tetrasiklik : Maprotiline, Amoxapine, Mianserine
◦ MAOI : Moclobemide
◦ Atypical : Trazodone

-Anti Mania :
Lithium Carbonat (sediaan tablet 200mg &400 mg >
1200-2400mg/hari)
Asam Valproat (sediaan tablet 250mg, 250mg/5mL)
Carbamazepine (sediaan tablet 200mg, 100mg/5mL)
-ECT
3. Non Farmakologis :
a. Family Psychoeducation (FPE) adalah tindakan perawatan khusus yang
tepat untuk diberikan pada keluarga dengan anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan baik penyakit fisik maupun gangguan
jiwa. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat edukasi
dan pragmatik.
b. Interpersonal and social rhytm therapy (IPRST) dirancang untuk membantu
orang meningkatkan suasana hati mereka dengan memahami dan bekerja
dengan ritme biologis dan sosial mereka.
c. Terapi perilaku kognitif (CBT) merupakan perawatan psikoterapi berbasis
bukti yang paling baik yang dipraktikkan dalam perawatan kesehatan mental,
dengan cara memutus siklus pikiran negatif.

Anda mungkin juga menyukai