Anda di halaman 1dari 33

Gangguan Tidur

Kelompok 1
Antonia Mariani 1308011003
Indriani Listya Purwanti 1308011005
Chaerani Salam 1308011007
Umbu .A. E. Putra 1308011009
Maria .M. Sihandi 1308011014
Sectio Intan. P. S1308012018
Ilham Revan Ananda 1308012022
Maria Ovellia .L 1308012027
Aleksander .J. Keraf 1308012028
Athanasius .G. D. P 1308012035
Hanifa.I. I. Situmorang 1308012036
Selestinus .L. Lobeqmato 1308012038
Maria .Y. R. Maan 1308012041
Monika. S. Wulang 1308012042
Natalia Maedy 1308012045
Yuliana .D. N. T. Lagut 1308012048
Edwardus .T. Adar 1308012050
Vindy. D. P. Manik 1308012052
Gleen .G. A. J. I. Saudale 1308012055
Elisabeth. S. I. Ikun1308012057
Basterlita .Y. Rumere 1308015058
Skenario 1
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke seorang
dokter dengan keluhan sulit memulai tidur dan sering
terbangun dini hari. Ia mengeluh sakit kepala dan mudah
lelah, terus menerus merasa sedih, energi juga
berkurang, kurang minat terhadap hobi yang biasanya,
kemampuan berkonsentrasi berkurang,kadang-kadang
muncul ide-ide bunuh diri. Dia mengatakan bahwa dia
mendengar suara-suara gurunya yang mengatakan dia
tidak akan berhasil dan kadang-kadang mengomentari
tentang tingkah lakunya yang selalu negatif. Dia
mengatakan bahwa dia telah mendengar suara ini selama
beberapa tahun, Dia menyangkal menggunakan obat-
obatan atau alkohol dan dia tidak mempunyai masalah
medis.
Kata kunci
Laki laki
28 tahun
Sulit memulai tidur
Terbangun dini hari
Sakit kepala
Mudah lelah
Merasa sedih
Energi berkurang
Minat berkurang
Konsentrasi berkurang
Muncul ide bunuh diri
Halusinasi Auditorik
Onset tahunan
Bukan pengguna Napza
Bukan gangguan mental organik
Substrat anatomi
Keadaan tidur merupakan
keadaan yang mekanismenya
kompleks meliputi organ
sistemik, dan berbagai substrat
anatomik di otak. Tidur
merupakan suatu mekanisme
terintegrasi antara thalamus,
sistem limbik, hypothalamus,
dan ARAS di batang otak.
ARAS
Network system.
Brainstem (Medulla,
Pons, Midbrain).
Medulla spinalis.
( Caudally continuous).
Hypothalamus, Thalamus
Masih tentang ARAS
Keadaan tidur erat kaitannya dengan sistem
ARAS yang bekerja dibawah pengaturan
berbagai neurotransmitter seperti serotonin,
norepinefrin, dkk. Diperkirakan, konsentrasi
serotonin berpengaruh pada keadaan tidur
seseorang dan adanya gangguan tidur. Dan
bagian dari otak yang paling banyak
mengandung serotonin adalah nukleus raphe
di batang otak. Dengan demikian ARAS atau
substantia reticularis bisa juga disebut
dengan pusat tidur.
Cortex prefrontalis dengan
schizophrenia
Pada gangguan kejiwaan berat /
schizophrenia, substrat anatomi otak
yang diduga ikut berperan adalah
cortex prefrontalis dengan aktivitas
dopaminergik yang banyak. Kegagalan
fungsi ini menimbulkan berbagai gejala
gangguan schizofrenia dan gejala
gangguan psikotik lainnya.
Fisi Nuk
leu
olo s
sup
rac
gi hia
sm
Tid a
ur
Nuk
leu
s
Rap
he
Klasifikasi Tingkatan Tidur
5 tingkatan tidur :
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3 NREM
Tingkat 4
Tingkat 5
REM
Pengertian Gangguan Tidur

Masalah yang berhubungan


dengantidur yang berulang kali dan
terus menerus, ada yang
menyebabkan distress atau hendaya
untuk berbagai fungsi yang baik.
Klasifikasi Gangguan Tidur
Gangguan tidur dikelompokkan dalam
dua katergori utama :
Dissomnia (dyssomnias), adalah
gangguan tidur yang memiliki
karakteristik terganggunya jumlah,
kualitas, atau waktu tidur.
Parasomnia (parasomnias) adalah
perilaku abnormal yang muncul pada saat
tidur atau pada ambang batas antara
terjaga dan tidur.
Disomnia (dyssomnias)

Ada lima tipe khusus yaitu :


1. Insomnia primer,
2. Hipersomnia primer,
3. Narkolepsi,
4. Gangguan tidur yang berhubungan
dengan pernafasan,
5. Gangguan irama tidur sirkadia
(circadian rhythm sleep).
Parasomnia

Ada tiga bentuk parasomnia yang umum,


yaitu :
1. Gangguan Mimpi Buruk (Nigthmare
Disorder)
2. Gangguan Teror dalam Tidur (Sleep
Teror Disorder)
3. Gangguan Tidur Sambil Berjalan
(Sleepwalking Disorder atau
SOMNAMBULISME)
Patofisiologi Gangguan Tidur
Neurotransmiter yang terlibat pada gangguan tidur sampai sekarang belum
diketahui secara jelas. Namun ada dugaan gangguan ini melibatkan
neurotransmitter serotonin, asetilkolin, norepinefrin, asam aminobutirat
(GABA), dan mungkin juga dopamine. Bukti-bukti terakhir menunjukkan
bahwa serotonin memungkinkan induksi tidur oleh faktor lain, yang
kemungkinan suatu peptide. Dan pada keadaan tidur REM kadar asetil kolin
menunjukkan peningkatan dalam cairan serebrospinal. Asam amino butirat
juga berperan dalam proses tidur terutama perannya sebagai transmitter
inhibitor utama dalam susunan saraf pusat, karena nampaknya
benzodiazepine bekerja sebagai potensiator GABA. Penemuan terakhir
adalah DSIP (peptide delta penyebab tidur), suatu hipno toksin yang
menimbulkan tidur pada penelitian hewan.ditemukan dalam konsentrasi
terbesar dalam thalamus dan mempunyai efek serupa dengan
benzodizepin.

Siklus bangun tidur merupakan ritme siklik, memperlihatkan ritme


sirkadian yang serupa dengan ritme untuk suhu tubuh, pelepasan hormon
(hormone pertumbuhan, melatonin, dan kortisol), eskresi urin, dan bahkan
aktivitas enzim hepar. Siklus ini dimodulasi oleh siklus gelap-terang yang
mempengaruhi jam tubuh manusia
Kriteria Diagnostik Skizofrenia
Harus ada sedikitnya 1 dari gelaja berikut yg
amat jelas:
1. a. Thought echo.
b. Thought insertion or withdrawal.
c. Thought broadcasting.
2. a. Delusion of control.
b. Delusion of influence.
c. Delusion of passivity.
d. Delusional perception.
3. Halusinasi auditorik.
4. Waham waham menetap.
Atau paling sedikit 2 gejala berikut harus selalu
ada secara jelas:
1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja.
2. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan.
3. Perilaku katatonik.
4. Gejala gejala negatif.
Kriteria Diagnostik Skizofrenia (Cont.)
Adanya gejala gejala khas tersebut telah
berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih.
Harus ada suatu perubahan yang konsisten
dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku
pribadi (personal behaviour), bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tidak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri (self absorbed attitude),
dan penarikan diri secara sosial.
Kriteria Diagnostik Episode Depresif
Berat dengan Gejala Psikotik
Semua 3 gejala utama depresi berikut harus
ada:
1. Afek depresif.
2. Kehilangan minat dan kegembiraan.
3. Berkurangnya energi mudah lelah.
Ditambah sekurang kurangnya 4 dari gejala
lainnya berikut:
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh
diri.
6. Gangguan tidur (biasanya mudah terbangun).
7. Nafsu makan berkurang.
Kriteria Diagnostik Episode Depresif
Berat dengan Gejala Psikotik (Cont.)
Episode depresif biasanya harus berlangsung
sekurang kurangnya 2 minggu, akan tetapi
jika gejala amat berat dan beronset sangat
cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu
kurang dari 2 minggu.
Disertai gejala psikotik seperti waham,
halusinasi atau stupor depresif.
Kriteria Diagnostik Distimia
Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung
sangat lama yang tidak pernah atau jarang sekali
cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan
depresif berulang ringan atau sedang
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa
dan berlangsung sekurang kurangnya beberapa
tahun, kadang kadang untuk jangka waktu tidak
terbatas. Jika onsetnya pada usia lebih lanjut,
gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan
suatu episode depresif tersendiri dan berhubungan
dengan masa berkabung atau stres lain yang
tampak jelas.
DIFFERENSIAL DIAGNOSIS
Aspek F20.0 F32.3 F34.1
Laki-laki + + +
28 tahun + + +
Sakit kepala + + -
Mudah lelah - + +
Merasa sedih - + +
Energi berkurang - + +
Kurang minat + + +
Konsentrasi + + +
Ide bunuh diri +/- + -
Halusinasi auditori onset + + -
tahunan
Tidak ada penggunaan obat + + +
Tidak ada riwayat medis + + +
Sulit memulai tidur + + +
Terbangun dini hari + + +
Epidemiologi
Depresi
Prevalensi 7-12% untuk pria dan 20-25%
untuk wanita. Alasan perbedaan angka
prevalensi antara pria dan wanita tidak
banyak bisa dijelaskan, tapi faktor biologikal
dan sosial-budaya juga mempengaruhi.
Sekitar 12-20% pada orang yang mengalami
episode depresi akut berkembang menjadi
sindrom depresi kronis, dan diatas 15%
pasien yang mengalami depresi lebih dari 1
bulan dapat melakukan bunuh diri.
Depresi Berat
Gangguan depresi berat adalah suatu
gangguan yang sering terjadi, dengan
prevalensi seumur hidup kira-kira 15 % dan
kemungkinan sekitar 25 % terjadi pada wanita.
Terlepas dari kultur atau negara, prevalensi
gangguan depresi berat dua kali lebih besar
pada wanita dibandingkan laki-laki.
Beberapa data juga menyatakan bahwa
insidensi gangguan depresi berat mungkin
meningkat pada orang-orang yang berusia
kurang dari 20 tahun. Jika pengamatan
tersebut benar, mungkin berhubungan dengan
meningkatnya penggunaan alkohol dan zat-zat
lain pada kelompok usia tersebut.
ETIOLOGI

Dasar umum untuk gangguan depresi


berat ini pada umumnya belum
diketaui,tetapi di duga karena adanya
beberapa faktor dibawah ini sebagai
berikut:
1. Faktor biologis
berhubungan dengan norepinefrin dan
serotonin. Penurunan serotonin dapat
mencetuskan depresi dan pada beberapa
pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi
2. Faktor Genetika
Dari hasil penelitian terhadap anak
kembar menunjukan kesesuian dimana
pada kembar monozigot adalah kira2
50% dan dizigot 10-25 %

3. Faktor Psikososial
Berhubungan dengan peristiwa
kehidupan,stres lingkungan dan didalam
keluarga sendiri
Penengakan Diagnosa

Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F32.3
Episodie Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Aksis II : Z03.2 tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada (none)
Aksis IV : Tidak ada (none)
Aksis V: GAF = 40-31
PenataLaksanaan
Farmakologi
1. Antidepresan Trisiklik antidepresan generasi pertama.
Dosis obat :Imipramine 75-200 mg
Amitriptilin 75-200mg
Clomipramine 75-300 mg
Efek samping :
mengantuk,tremor,penglihatan
kabur,konstipasi,bingung,hipotensi
ortostatik,kejang,penambahan bb,gngguan seksual

2. Agen Genarasi kedua dan generasi berikutnya obat ini serupa


dg antidepresan trisiklik. Bbrp obat memiliki metabolit aktif.
Dosis obat :Amoxapine 150-300 mg
Bupropion 200-400 mg
Duloxetine 40-120 mg
Efek samping : pusing,mulut kering,
berkeringat,tremor,potensi timbul
kejang pd dosis tinggi
3. Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI) obat ini lbh tdk toksik dri
Trisiklik dan generasi kedua
dosis : citalopram 20-60 mg
Fluoxetine 10-60 mg
Fluvoxamine 100-300 mg
Efek samping : ansietas, insomnia,gejala
gastrointestinal,penurunan
libido,disfungsi seksual.
4. Penghambat Monoamin
Oksidase(MAO) obat ini mudah di
absorbsi di saluran cerna.
Dosis obat :Phenelzine : 45-75 mg
Tranyclypromine :10-30 mg
Efek samping : nyeri
kepala,mengantuk,mulut
kering,penambahan bb,hipotensi
postural,gangguan deksualitas.
Penatalaksanaan
Non- Farmakologi
1. Psikoterapi
Cognitive Therapy
Behavioral Therapy
Interpersonal Therapy
Group Therapy
Marital Therapy
2. ECT (Electroconvulsive Therapy)
Prognosis
Gangguan depresi berat bukan
merupakan gangguan yang ringan.
Keadaan ini cenderung mengalami
relaps.
Insidensi relaps adalah jauh lebih
rendah dibanding pasien yang
meneruskan terapi psikofarmakologi
dan pada pasien yang hanya
mengalami satu atau dua episode
depresi.

Anda mungkin juga menyukai