Seorang wanita 36 tahun datang ke dokter keluarga dengan keluhan utama sakit
kepala. Sejak tiga bulan lalu, pasien sering merasa sakit kepala dan menjadi lebih
baik setelah mengambil obat dari toko tetapi hanya untuk sementara waktu. Keluhan
lain yang kesulitan dalam tidur , sering palpitasi jantung dan dingin keringat. Pasien
tidak mengeluh tentang mual, muntah , atau demam. Keluhan merasa hampir setiap
hari sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari pasien . selama beberapa waktu
pasien tidak datang untuk bekerja.
Akhir-akhir ini, pasien sering khawatir tentang putri pertamanya mengalami
keterbelakangan mental . Saat ini putrinya adalah remaja, sudah menstruasi dan
dilanjutkan kekhawatiran tentang banyak hal.
Pemeriksaan Vital sign: T = 110/80 mmHg , N = 88 bpm , R = 20 x / menit , T = 36,5
oC
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
I.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Retaradasi mental
adalah
penurunan
fungsi
intelektual
yang
adaptasi
sosial
dan
bermanifestasi
yang
bersifat
selama
masa
subjektif,
tidak
II.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa pasien mengeluh sakit kepala kemudian hilang ketika minum
obat, mengalami kesulitan tidur, palpitasi jantung dan keringat dingin?
1
2.
3.
4.
5.
III.
ANALISIS MASALAH
1. Mengapa pasien mengeluh sakit kepala kemudian hilang ketika minum
obat, mengalami kesulitan tidur, palpitasi jantung dan keringat dingin?
Nyeri kepala:
Primer
nyeri yang tidak jelas kelainan anatominya
Sekunder
nyeri yang jelas kelainan anatominya
Pada kasus diskenario, kemungkinan pasien mengalami nyeri
kepala primer karena nyeri yang dirasakan tidak jelas kelainan
anatominya. Sehingga dimungkinkan etiologinya adalah karena
pengaruh dari faktor psikis. Hal ini diperkuat dengan adanya
keterangan bawha pemberian obat hanya akan menyembuhkan pasien
secara semenatara (simptomatik) akan tetapi nyeri kepala tetap muncul
hingga sekarang pasien dibawa ke dokter yang artinya penyebab
utamanya belum bisa disembuhkan.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan gejala klinis pasien ini
yaitu :
a. Faktor predisposisi
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
Peristiwa traumatic
Konflik emosional
Konsep diri terganggu
Frustasi
Gangguan fisik
Pola mekanisme koping keluarga
Riwayat gangguan kecemasan
Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan
b.
(benzodiazepin )
Faktor presipitasi
Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu :
kekurangan
nutrisi,
tidak
dalam
penyesuaian
terhadap
peran
baru.
mengancam. keprihatinan
Biasanya
tidak
Sistem motor
Tidak tenang, gugup, kaget
dan terhadap suasana yang terjadi
pada secara
tiba-tiba.
Simtom
yang
menyenangkan
mungkin
tidak rangsangan
kognitif
yang
usaha
untuk
yang
dirasanya
mengancam.
(Sadock, 2007).
dan
kesadaran;
memberi
stimulus
(EEG),
elektro-okulogram
(EOG),
dan
elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
(a) Tidur NREM. tidur NREM disebut juga sebagai tidur
gelombang-pendek karena gelombang otak yang ditunjukkan
oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa
dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM
terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping
itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital,
metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri
terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur
ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur
dalam (deep sleep atau delta sleep).
1)
Tahap 1 NREM
Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
Tahap berakhir beberapa menit
Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan
penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan
metabolisme
Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus
2)
3)
Tahap 2 NREM
Kemajuan relaksasi
Tahap 3 NREM
4)
Tahap 4 NREM
(b) Tidur REM. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan
berlangsung selama 5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak
tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.
Selama tidur REM,otak cenderung aktif dan metabolismenya
meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi sulit
untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba,
tonus otot terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi
jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur (Tarwoto,
2010).
Berikut adalah gangguan tidur menurut Internasional Classification of Sleep
Disorders :
A. Dissomnia
a) Gangguan tidur intrisik
kepala
Stress
Penyebabnya adalah hormone yang telah aktif untuk melawan
stress tiba tiba turun kemudian memicu pembuluh darah
melebar selain itu stres dapat menyebabkan ketegangan di
c.
d.
MSG
Minuman
The, kopi, alcohol
f.
Telat makan
Hipoglikemi atau hiperglikemi
g.
Kurang tidur
Ikuti pola tidur yang beratur dan berimbang tidur yang cukup
e.
serta tidur dan bangun pada waktu yang sama tiap hariu
termasuk saan liburan (Elvira, 2010).
2. Apakah ada hubungan dengan penyakit anaknya dengan keluhan?
Terdapat hubungan antara dampak kecemasan simptom
suasana hati, symptom kognitif, symptom motor. Ada hubungan
faktor
psikososial
yang
menyebabkan
perkembangan
bahwa
pasien
tidak
memiliki
gangguan
pada
terjadi muntah dan presepsi mual yang muncul. Perubahan zat kimia
diotak (Serotonin, Endorpin). Proses perubahn biokimia diotak akan
mengaktivkan jalur nyeri terhadap otak dan mengganggu kemampuan
otak untuk menekan nyeri (Sadock J Bejamin,2010).
4. Bagaimana tindakan dokter selanjutnya untuk mendiagnosis kasus ini?
Tindakan dokter selanjutnya untuk kasus ini adalah dengan
melakukan anamnesis yaitu dengan dua cara autoanamnesis dan
alloanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan dengan tehnik
autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap
pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dokter
dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis terbaik
karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa
yang
sesungguhnya
dia
rasakan.
Meskipun
demikian
dalam
gambaran
kepribadian
R46.8)
Aksis III
Kondisi Medik Umum
Aksis IV
Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan
social, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses
11
IV.
SKEMA
12
Perempuanusia 36 tahun
GejalaPenyerta
KeluhanUtama:
NyeriKepala
Sekunder
Palpitasi
Primer
KeringatDingin
SulitTidur
Psikogenik
>>Simpatis
FaktorPresipitasi :AnakRetardasi Mental yang sudahtumbuhremaja
Cemas
Differential Diagnose
GAD (Generalized Anxiety Disorder)
Panik
Fobia
MAD (Mixed Anxiety Disorder)
Anamnesis, PF
Diagnosis Multiaxial:
Axis I : GAD
Axis II :belumdiketahui
Axis III: belumdiketahui
Axis IV: anakRetardasi Mental
Axis V : GAF scale 70-61
Penatalaksanaan
13
V.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai gangguan
cemas menyeluruh
2. Mahasiswa dpaat mengetahui dan memahami mengenai gangguan
panic
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai gangguan
fobia
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai gangguan
campuran anxietas dan depresi
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami PTSD (Post Traumatic
VI.
VII.
Stress Disorder)
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mengenai stress akut
BELAJAR MANDIRI
BERBAGI INFORMASI
1. Gangguan cemas menyeluruh
a. Definisi
Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas
menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan
yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang-kurangnya
selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas
disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan
gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi fungsi lainnya.
Sedangkan menurut ICD-10 gangguan ini merupakan
bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menatap
selama beberapa minggu atau bulan yang ditandai oleh adanya
kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, dan
aktivitas otonomik yang berlebihan(Idrus, 2006)
b.
Epidemiologi
Gangguan kecemasan umum adalah suatu kondisi yang
sering ditemukan, tetapi dengan kriteria ketat dari DSM-III-R
dan DSM-IV, gangguan kecemasan umum sekarang mungkin
lebih jarang ditemukan dibandingkan jika digunakan kriteria
14
kecemasan
umum
kemungkinan
merupakan
gastrointenterologi
untuk
spesifik gangguan(Kaplan,1997)
Etiologi
Seperti pada sebagian
besar
mencari
pengobatan
gangguan
mental,
15
1)
Faktor biologis
Manfaat terapeutik benzodiazepin dan azapirone
sebagai contohm buspirone telah memusatkan usaha
penelitian
biologis
pada
sistem neurotrannsmiter
kecemasan,
sedangkan
flumazenil
beta-carboline
(agonis
kebalikan
reseptor
dihipotesiskan
terlibat
didalam
gangguan
Sistem
sasaran
neurotranmiter
penelitian
umum adalah
sistem
lainnya
pada
yang
gangguan
neurotransmiter
16
Hanya
sejumlah
pada
pasien
gangguan
kecemasan
umum
suatu
gangguan
penggunaan
alkohol.
dan
15%
pada
kembar
dizigotik.
(Maramis, 2004).
Berbagai kelainan elektroensefalogram (EEG)
telah ditemukan dalam irama alfa dan potensial cetusan.
Penelitian EEG tidur telah melaporkan peningkatan
diskontinuitas tidur, penurunan tidur REM (rapid eye
movement). Perubahan pada arsitektur tidur adalah
berbeda dari perubahan yang ditemukan pada gangguan
2)
yang
menyebabkan
perkembangan
pandangan
yang
terlalu
negatif
tentang
menghipotesiskan
bahwa
kecemasan
kecemasan
adalah
berhubungan
dengan
18
(didapatkan
dari
orangtua
yang
detil-detil
negative
dalam
kehidupan,
kehidupan pasien.
Ketegangan motorik seperti sakit kepala, kelelahan, dan
bergetar.
19
Hiperaktivitas
autonom
seperti
berkeringat,
palpitasi,
e.
2014).
Kewaspadaan kognitif seperti iritabilitas dan mudahnya pasien
merasa terkejut (Kaplan, 2010).
Kriteria Diagnosis
(a) Menurut PPDGJ-III
Harus menunjukan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa bulan,
tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
tertentu
saja
(sifatnya
free
floating
atau
mengambang).
Gejala-gejala mencakup :
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa
seperti diujung tanduk, sulit konsentrasi dan
sebagainya)
Ketegangan
motorik
(gelisah,
sakit
kepala,
pusing
kepala,
mulut
kering,
dan
sebagainya)
Pada anak-anak telihat kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) dan keluhan somatik
(Maslim, 2001).
(b) Menurut DSM IV-TR
Kecemasan berlebihan setiap hari selama
sekurangnya 6 bulan tentang aktivitas
atau
pekerjaan.
20
satu nomor.
1)
Kegelisahan
2)
Mudah lelah
3)
Sulit konsentrasi atau pikiran kosong
4)
Iritabilitas
5)
Ketegangan otot
6)
Gangguan tidur.
Fokus kecemasan tidak terbatas pada gangguan
aksis I.
Kecemasan membuat penderitaan secara klinis atau
f.
Terapi
Farmakoterapi
(a) Benzodizepin
Merupakan pilihan obat pertama. Dimulai
dengan dosis terendah dan tingkatkan mencapai respon
terapi. Untuk mencegah efek yang tidak diinginkan
dengan penggunaan sediaan waktu peruh menengah
dan dosis terbagi. Lama pengobatan 2 sampai 6
minggu, selanjutnya tapering off selama 1 sampai 2
minggu (Elvira, 2014).
(b) Buspiron
Efektif 60-80% pada GAD dan memperbaiki gejala
kognitif pada GAD. Tidak menyebabakan withdrawl.
Kekurangannya yaitu efek klinisnya baru terasa 2
sampai 3 minggu. Dapat diguankan bersama anatara
benzodizepin
dengan
buspiron
lalu
tapering
21
(c) Venlanfaksin
Efektif untuk mengobati insomnia, konsentrasi yang
buruk, kegelisahan, iritabilitas dan dan ketegangan otot
yang berlebihan akibat gangguan anxietas menyeluruh
(Kaplan, 2010)
(d) SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor)
Sertraline dan paroxetin merupakan pilihan yang lebih
baik dari fluoxetin. Fluoxetin dapat meningkatkan
anxietas sesaat. SSRI selektif terutama pada GAD
dengan riwayat depresi (Elvira, 2014).
(e) Obat lain.
Obat trisiklik dan tetrasiklik.
Antagonis -adrenergik mengurangi manifestasi
somatik anxietas tapi tidak keadaan mendasari
dan penggunaannya terbatas pada anxietas
Psikoterapi
Pendekatan Kogniti dan Perilaku
Pedekatan kognitif secara langsung ditunjukan pada
distorsi kognitif pasien yang didalilkan dan pendekatan
perilaku ditunjukan pada gejala somatik (relaksasi dan
g.
biofeedback).
Terapi suportif
Menawarkan pasien
keamanan
(Kaplan, 2010)
Prognosis
Merupakan keadaan kronis yang
dan
kenyamanan
mungkin berlangsung
22
adalah 3 5.6 %.
Sebanyak 3-6 juta orang Amerika menderita gangguan
panic
Banyak terjadi pada umur remaja dan dewasa menuju
umur 40 tahun-an
Jenis Kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena dari
pada laki-laki
Lebih sering terjadi bersamaan dengan gangguan mood
b. Etiologi
Menurunnya sensitivitas terhadap reseptor 5 HT1A dan
5 HT 2A/2C
Peningkatan aktivitas discharge dari reseptor adrenergik
alfa-2 katekolamin aktivasi aksis HPA/ hipotalamus-
pituitari-adrenal
Meningkatnya aktivitas
metabolik
pada
keadaan
tercekik,
nyeri
depersonalisasi,
parestesia, flushes
Pasien tidak mampu menyebutkan sumber ketakutanya
Dapat terjadi kebingungan dan kesulitan memusatkan
perhatian
23
sebagai
adanya
3)
diantara
serangan-serangan
panik
antipsikotik
(terjadi
setelah
24
dizigotik
Fobia spesifik
2/3 sampai 3/4 pasien mempunyai sekurangnya satu
sanak keluarga derajat pertama dengan fobia spesifik
Perjalanan penyakit
Agorafobia
Fobia spesifik
Dicetuskan
gangguan
Bila
Fobia sosial
panik.
gangguan
masa
yatu
anak-anak
untuk
tipe
hewan, lingkungan
kronik,
agorafobianya akan
alam,
menunjukkan gangguan
membaik.
tersebut
berlangsung
mengganggu
darah-luka.
penelitian
Agorafobia
tanpa
lama,
riwayat
panik
lain
aktivitas sehari-hari.
sering
menjadi
kronis,
adanya
gangguan
depresi
seperti
fobia
situasional.
dan ketergantungan
alkohol
memperberat
perjalanan
agorafobia
Fobia spesifik
Fobia sosial
26
Menghindari
situasi
sulit
Ketakutan
Adanya
ketakutan
terhadap
untuk
menetap
atau
mendapatkan
tidak beralasan
bantuan
terbatas
pada
atau
objek
atau
memungkinkan ia dinilai
ditemani teman
situasi
yang
atau
spesifk
Lebih
suka
anggota
keluarga
dan
situasi
tampil
soaial
di
depan
situasi
yang
pusat perhatian
Tipe : hewan,
ditempat-
lingkungan
akan
tempat tertentu
alam,
memalukan/
darah-
luka
dan
berperilaku
menampakkan
situasional.
merendahkan
dirinya
-
Pemeriksaan
mental
didapati
adanya
kondisi
ego
situasi.
27
thd
kesepuluh
dari
International
Statistical
atau tidak
beralasan, ditandai oleh adanya atau antisipasi dari suatu obyek atau
situasi spesifik (misalnya, naik pesawat terbang, ketinggian, binatang,
mendapat suntikkan, melihat darah).
B.
6 bulan.
G. Kecemasan, serangan panik, atau penghindaran fobik dihubungkan
dengan objek atau situasi spesifik tidak lebih baik dijelaskan oleh
gangguan
mental
lain,
seperti
Gangguan
Obsesif-Kompulsif
28
serangan
panik.
Kontras
dengan
yaitu
hipotensi
yang
disusul
dengan
29
DSM-IV-TR
untuk
fobia
sosial
kecemasan, dapat berupa seragan panik yang berhubungan dengan situasi atai
30
Situasi sosial atau memperlihatkan perilaku dihindari atau kalau dihadapi adalah
Pada individu yang berusia dibawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.
G.
Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena efek fisiologis langsung dari
zat (misalnya, penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum dan
tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain ( misalnya, Gangguan Panik
Dengan atau Tanpa Agorafobia, Gangguan Cemas Perpisahan, Gangguan Dismorfik
Tubuh, Gangguan Perkembangan Pervasif, atau Gangguan Kepribadian Skizoid).
H.
Jika terdapat suatu kondisi medis umum atau gangguan mental dengannya
misalnya takut adalah bukan gagap, gemetar pada penyakit Parkinson, atau
memperlihatkan perilaku makan abnormal pada Anoreksia Nervosa atau Bulimia
Nervosa.
Sebutkan Jika :
Menyeluruh : jika ketakutan termasuk situasi yang paling sosial (juga pertimbangkan
diagnosis tambahan Gangguan Kepribadian Menghindar)
31
Gejala
psikologis/otonomik
yang
timbul
harus
tersebut
sedapat
mungkin
dihindarinya.
3. Fobia Sosial
Semua kriteria di bawah
fobik
harus
33
34
demikian,
sejunlah
klinisi
dan
peneliti
50
persen,
walaupun
perkiraan
konservatif
(Tom, 2000).
Etiologi
Empat garis bukti penting mengesankan bahwa gejala
ansietas dan gejala depresif terkait secara kausal pada sejumlah
pasien yang mengalamigejala ini. Pertama , sejumlah peneliti
melaporkan temuan neuroendokrin yang serupa pada gangguan
depresif dan ansietas, terutama gangguan panik, termasuk
menumpulnya respons kortisol terhadap hormon adenokort,
kotropik, respon hormon pertumbuhan yang tumpul terhadap
klonidin ( Catapres), dan respon TSH (thyroid stimulating
hormone)
serta
prolaktin
yang
tumpulterhadap
TRH
35
norepnefrin
3-methoxy-4-hydroxyphenylglycol
menunjukkanbahwa
gejala
ansietas
dan
depresif
bervariasi,
diagnosis
Gangguan
Anxietas Menyeluruh ditegakkan apabila dijumpai gejalagejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu
untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada
hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana perasaan
tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga
pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh.
Selain itu spesifik untuk Gangguan Anxietas Menyeluruh
adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus
mencakup situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan,
kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya, cemas
kehilangan
kontrol,
cemas
akan`mendapatkan
serangan
Hiperaktivitas Otonomik
37
diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan
di nilai berdasarkan ungkapan pribadi atau hasil pengamatan
orang lain misalnya keluarga pasien (Kaplan, 2010).
e.
Diagnosis
Kriteria DSM-IV-TR mengharuskan adanya gejala
subsindrom ansietas dan depresi serta adanya beberapa gejala
38
ini
dapat
mencerminkan
kurangnya
label
Gangguan
Campuran Ansietas
Depresif
Mood disforik yang berulang atau menetap dan bertahan sedikitnya 1 bulan
Mood disforik disertai empat (atau lebih) gejala berikut selama sedikitnya 1 bulan :
1.
Kesulitan berkonsentrasi atau pikiran kosong
2.
Gangguan tidur (sulit untuk jatuh tertidur atau tetap tidur atau gelisahm tidur tidak
puas)
3.
4.
Iritabilitas
5.
Khawatir
6.
Mudah nangis
7.
Hipervigilance
8.
9.
10.
Harga diri yang rendah atau rasa tidak berharga
Gejala menimbulkan penderitaan yang secara klinis bermakna atau hendaya dalam area
fungsi sosial, pekerjaan atau area fungsi penting lain.
Gejala tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (cth. Penyalahguanaan obat atau
pengobatan) atau keadaan medis umum
Semua hal berikut ini :
1.
Kriteria saat ini tidak memenuhi gangguan mood atau ansietas lain (termasuk
ditemukan
walaupun
tidak
terus-menerus,
berat
untuk
menegakkan
masing-masing
diagnosis
gangguan
campuran
tidak
dapat
Penatalaksanaan
Non-farmakologi
1) Konseling dan edukasi pada pasien dan keluarga
Karena gangguan campuran cemas depresi
dapat mengganggu produktivitas pasien, keluarga perlu
memahami bahwa hal ini bukan karena pasien malas
atau tidak mau mengerjakan tugasnya, melainkan
karena gejala-gejala penyakitnya itu sendiri, antara lain
mudah lelah serta hilang energi. Oleh sebab itu,
keluarga perlu memberikan dukungan agar pasien
mampu dan dapat mengatasi gejala penyakitnya.
Gangguan campuran anxietas dan depresi
kadang-kadang memerlukan pengobatan yang cukup
40
dalam
pikiran
perasaan
tentang
gejala
somatik
yang
aktivitas
yang
disenangi
serta
41
benzodiazepin ditappering-off
perlahan,
sebelum di tappering-off.
Prognosis
Pada umumnya prognosis gangguan ini adalah bonam.
5. Gangguan PTSD
a. Definisi
PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder adalah
Gangguan kejiwaan pada seseorang yang dialami dan
berkembang setelah pengalaman traumatik, atau menyaksikan
suatu kejadian yang mengancam jiwa, mencederai luka, atau
ancaman terhadap integritas dari tubuh, biasanya diiringi
dengan
ketidakmampuan
seseorang
untuk
beradaptasi.
(gempa
bumi,
banjir,
topan),
kecelakan,
anggota
keluarga
atau
sahabat
secara
mendadak.
42
2)
attack
seperti:
korban
dari
4)
b.
(Hibbert, 2009).
Faktor Resiko PTSD
1)
Jenis kelamin perempuan, 2 hingga 4 kali lipat
dibandingkan pada laki-laki meskipun laki-laki lebih
2)
anxiety
gangguan jiwa.
Adanya gangguan psikiatrik sebelum trauma baik pada
4)
5)
maupun seksual.
Ciri kepribadian ambang, paranoid, dependent, atau
6)
antisosial.
Mempunyai karakter yang bersifat introvert atau isolasi
sosial; adanya problem menyesuaikan diri.
43
7)
8)
secara bermakna.
Terpapar oleh kejadian-kejadian dalam kehidupan yang
luar biasa sebelumnya baik tunggal maupun ganda dan
dirasakan secara subjektif oleh suatu kondisi atau
peristiwa yang menimbulkan penderitaan bagi dirinya
c.
(Hibbert, 2009).
Epidemiologi
Pada Studi community-based yang dilakukan di AS
mendokumentasikan prevalensi seumur hidup pada PTSD
sekitar 8% dari populasi orang dewasa. Menurut National
Comorbidity Survey Replication gambaran ini sekitar 6,8 %.
Kejadian PTSD muncul paling tinggi terutama pada orang
yang mengalami trauma (muncul pada 1/3 hingga dari
mereka yang mengalami pemerkosaan, perang, penculikan,
pengasingan dengan alasan politik, dan genosida.
Studi epidemiologi menunjukkan PTSD seringkali
kronik, dengan jumlah orang yang secara signifikan bergejala
beberapa tahun setelah kejadian awal. Untuk menegaskan
pandangan ini, data epidemiologis menunjukkan frekuensi.
Sebagai contohnya,studi dari the National Vietnam Veterans
Readjustment menemukkan prefalensi seumur hidup, 30,9%
hingga 15,2 % pada pria dan 26,9% hingga 8,5% pada
perempuan. Pada populasi korban perkosaan, illpatrick dan
colleagues menemukan prevalensi seumur hidup 75,8% dan
prevalensi 39,4%. Pada studi oleh Pynoos and associates pada
anak-anak menunjukkan tingkat prevalensi 58,4% pada anakanak yang mendapat serangan sniper di AS dan 70,2% pada
mereka yang terkena gempa bumi di Armenia. Kessler and
colleagues
mendokumentasikan
1/3
dari
mereka
yang
44
dari
PTSD
berdasarkan
studi
tidak
dapat
dikendalikan
oleh
ego
dan
ego
menghukum
menjadi
dan
rentan,
menyebabkan
superego
individu
dapat
merasa
terkendali.
Biologis
45
dengan
sendirinya
akan
keberbahayaan
peristiwa
yang
menilai
dialami,
kondisi
serta
neurotransmitter
serta
bahan-bahan
darurat kepada:
Sistem saraf simpatis (katekolamin)
Sistem saraf parasimpatis
Aksis hipotalamus-hipofisis-kelenjar adrenal (aksis
HPA)
Akibat dari perangsangan pada sistem saraf simpatis
sehingga
membuat
seseorang
sanggup
untuk
Cortico-Releasing Factor
hormone
(ACTH)
yang
akhirnya
47
ini
dikaitkan
dengan
terjadinya
konsolidasi
d.
Etiologi
1)
Faktor Biologi
Pasien dengan
peningkatan
PTSD
norepinephrine
kronis
di
mengalami
sirkulasi
dan
anterior
paralimbic
region
ke
stimulus
yang
perubahan
sebelumnya
sebagai
hasil
individu
yang
lain
tidak.
Dapat
49
membentuk
PTSD
pada
masing-masing
variasi
dan
konsentrasi,
defisit
auditorik
dan
individu
yang
selamat
setelah
kejadian
cortisol,
vasopressin,
epinephrine,
oxytocin,
pada
stress
norepinephrine,
awal
terjadi
hormon,
monoaminergic,
dan
gamma-
50
ekskresi
cortisol
urin
24
jam,
dexamethasone,
menumpulnya
respon
reseptor
menunjukkan
glukokortikoid,
PTSD
kronis
hal
ini
diikuti
oleh
pada
pemaparan
mengingatkannya
terhadap
berulang
trauma.
stress
yang
Selain
itu
vietnam
yang
bertarung
langsung
yang
PTSD
51
mempengaruhi
motor
speech,
dapat
pula
pada
PTSD
menunjukkan
fungsi
pada
trauma,
sehingga
individu
yang
52
mengalami
kerusakan
hippocamus,
cenderung
aktivasi
Anterior
Cingulate
Cortex
53
tingkat
cortisol
diasosiasikan
dengan
kerusakan
cortisol
diasosiasikan
dengan
kerusakan
otak
gagal
memproses
informasi,
memori,
gejala
ASD/
PTSD:
54
area
pada
regio
Gejala
Klien dengan PTSD dapat saja tidak menunjukkan
gejala-gejala khas PTSD secara kontinu dan dalam kurun
waktu yang tentu. Gejala dapat timbul sewaktu-waktu
bergantung pada stimuli yang diterima klien. Gejala PTSD,
meskipun tidak spesifik, meliputi indikasi yang khas. Terdapat
tiga tipe gejala, flight, fight, dan freeze. Ansietas dan
55
yang menyedihkan.
2. Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan
dengan:
menghindari
aktivitas,
tempat,
berpikir,
Akibat
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan
sejumlah
gangguan
fisik,
kognitif,emosi,behavior
(perilaku),dan sosial.
1. Gejala gangguan fisik:
Pusing
56
gangguan pencernaan
sesak napas
tidak bisa tidur
kehilangan selera makan,
impotensi, dan sejenisnya (Maslim, 2001).
2. Gangguan kognitif:
gangguan pikiran seperti disorientasi,
mengingkari kenyataan,
linglung, melamun berkepanjangan, lupa,
terus menerus dibayangi ingatan yang tak
diinginkan,
tidak fokus dan tidak konsentrasi
tidak mampu menganalisa dan merencanakan
2001).
3. Gangguan emosi :
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang
menekan,
berbahaya,
dan
memerlukan
larut,
kecemasan dan ketakutan (Maslim, 2001).
4. Gangguan perilaku :
menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan
tubuh yang minimal. Contoh, duduk berjam-jam
dan perilaku repetitif (berulang-ulang) (Maslim,
2001).
5. Gangguan sosial:
memisahkan diri dari lingkungan,
menyepi,
agresif, prasangka,
konflik dengan lingkungan, merasa ditolak atau
g.
8)
tahanan perang
Bencana alam baik yang alamiah maupun yang dibuat
9)
10)
h.
oleh manusia
Kecelakaan mobil yang berat
Didiagnosis mengalami penyakit
berat
yang
58
59
yang
kronik
dan
berulang
serta
sering
3)
bulan.
Exposure therapy merupakan terapi dengan pendekatan
psikososial terbaik yang dianjurkan dan sebaiknya
dilanjutkan selama 6 bulan (Maslim, 2001).
Penatalaksaan pada psychology pada pasien dengan
intrepretasi yang
menambahkan
learning
theory
untuk
60
unuk
mengurangi
anxiety,
terapi
ini
pengaturan
pada
fear-antagonistic
state,
4)
(Maslim, 2001).
Training in Coping Skills
Pada penatalaksaan
ini
dilakukan
untuk
61
b.
62
paranoid,
penghentian
perkembangan
emosional,
beberapa
penyempitan
bidang
kesadaran
dan
dan
kecemasan
overeaktifitas.
(takikardia,
Tanda-tanda
berkeringat,
panik
kemerahan)
otonom
yang
63
Seseorang
dengan
Gangguan
Stress
akut
dapat
yang
dialami
kembali
terus-menerus
dalam
64
4)
(Maslim, 2001).
Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan
diri memegang peranan dalam terjadinya atau beratnya
d)
65
KESIMPULAN
Pada skenario tutorial kali ini seorang wanita 36 tahun datang
ke dokter keluarga dengan keluhan utama sakit kepala, keluhan lain
sulit tidur, palpitasi jantung dan keringat dingin, keluhan hampir setiap
hari sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari dalam hal ini pasien
juga khawatir akan anaknya yang mengalami retardasi mental.
Pemeriksaan tanda-anda vital dan pemeriksaan neurologi dalam batas
normal. Ada beberapa penyebab yang mungkin terjadi pada pasien ini,
namun pada skenario kali ini gangguan pasien bukan termasuk
penyakit yang mendasari karena pada skenario dijelaskan pemeriksaan
fisik dalam batas normal, gangguan pasien ini termasuk gangguan
cemas karena faktor pencetus dari anaknya yang mengalami retardasi
mental.
Generelized Anxiety Disorder (GAD) merupakan kondisi
gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan, kondisi ini berlangsung hampir setiap hari. Kecemasan
yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan
gejala-gejala somatik seperti palpitasi, kesulitan tidur, keringat dingin,
kegelisahan sehingga menyebabkan penderita yang jelas dan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan. Penyebab
terjadinya GAD dapat dijelaskan melalui beberapa teori, antara lain
teori biologi, teori genetik, teori psikoanalitik dan teori kognitifperilaku. Gambaran klinis yang dapat muncul antara lain anxietas
berlebihan, ketegangan motorik bermanifestasi sebagai bergetar,
kelelahan, sakit kepala, hiperaktivitas otonom timbuldalam bentuk
napas pendek, berkeringat, palpitasi. Untuk pedoman diagnosis dengan
PPDGJ III F41.1 ataupun DSM-4, DSM-5 untuk menegakkan
diagnosis Generelized Anxiety Disorder pada skenario kali ini.
Penatalaksanaan GAD meliputi farnakoterapi, golongan benzodiazepin
merupakan drug of choice sebab mempunyai efek anti-anxietas,
66
spesifitas, potensi dan keamanan yang paling baik. Selain itu, pasien
juga diberikan psikoterapi, berupa terapi kognitif-perilaku (CBT),
terapi suportif dan psikoterapi berorientasi tilikan. Dalam menentukan
prognosis dari GAD, perlu diingat bahwa banyak segi yang harus
dipertimbangkan. Hal ini berhubungan dengan dinamika terjadinya
GAD serta terapinya yang begitu komplek. Keadaan penderita,
lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut berperan
dalam menentukan prognosis GAD agar diperoleh hasil prognosis
yang baik.
67
SARAN
Hambatan
1
2
Harapan
1
2
3
dengan lancar.
Mengetahui dan memahami semua Learning Objectif yang diberikan dan akan
dipresentasikan.
68
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, S.D., Hadisukanto, G. 2010. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran
Universitas
Kaplan H.I, Sadok B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri, edisi 7 jilid 1. Bina Rupa Aksara
: Jakarta
Mansjoer T, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius;
2008
Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University
Press: Surabaya.
Maslim. Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III: Reaksi
Atmajaya.
Nevid, Jefrey S et all.2003.Psikologi Abnormal Edisi Kelima Jilid
1.Jakarta:Erlangga
Redayani, P. 2010.
FKUI : Jakarta
Tarwoto & Wartonah. 2010.
69