Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kasus

Episode Depresif Sedang tanpa Gejala Somatik

Disusun Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Periode 17 September – 22 Oktober 2018

Ha Sakinah Se, S.Ked 04054821719029


Fahmi Nur Swandi, S.Ked 04054821719032
Shepty Ira Luthfia, S.Ked 04054821719136

Pembimbing: dr. Bintang Arroyantri P, SpKJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:


Episode Depresif Sedang tanpa Gejala Somatik

Oleh:

Ha Sakinah Se, S.Ked 04054821719029


Fahmi Nur Swandi, S.Ked 04054821719032
Shepty Ira Luthfia, S.Ked 04054821719136

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Palembang/ Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang periode
17 September – 22 Oktober 2018.

Palembang, Oktober 2018

dr. Bintang Arroyantri P, SpKJ

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul
“Episode Depresif Sedang tanpa Gejala Somatik” untuk memenuhi tugas
ilmiah yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran kepaniteraan klinik,
khususnya di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/ Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Bintang Arroyantri P, SpKJ selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan bimbingan dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah
ini, semoga bermanfaat.

Palembang, Oktober 2018

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS ...................................................................................3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................16

BAB IV ANALISIS KASUS ................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................43

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk gangguan mood yang sering terjadi pada semua usia di
masyarakat yaitu gangguan depresi. Depresi merupakan satu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh
diri.1 Sedangkan menurut Sinopsis Psikitari, mood adalah keadaan emosional
internal yang meresap dari seseorang. Emosi adalah kompleksitas perasaan yang
meliputi psikis, somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.2
World Health Organistaion (WHO) menempatkan depresi sebagai
peringkat keempat penyebab disabilitas di seluruh dunia, dan diperhitungkan pada
tahun 2020, akan menjadi penyebab utama yang kedua.3 Kessler dkk (2005)
melaporkan dari 9282 responden 6,7% diidentifikasi sebagai depresi, dalam
kelompok itu terdapat, 30,4% depresi berat, 50,1% depresi sedang, dan 19,5%
Depresi ringan.4
Meskipun informasi langsung tentang prevalensi depresi tidak ada untuk
sebagian besar negara, data yang tersedia menunjukkan variabilitas yang tinggi
dalam tingkat prevalensi. Prevalensi depresi di Indonesia cukup tinggi sekitar 17-
27 %, sedangkan di dunia diperkirakan 5-10 % pertahun dan life time prevalence
bisa mencapai dua kali lipatnya.5 Data organisasi kesehatan dunia menyebutkan
bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi beban global penyakit kedua di
dunia setelah penyakit jantung iskemik.6
Pasien depresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa
bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir untuk mati dan
bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual
dan ritme biologi yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya

1
interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan. Neurotransmitter yang mungkin
berkurang pada gangguan depresi adalah norepineprin, dopamin, dan serotonin.7
Gangguan depresif menjadi perhatian kesehatan masyarakat baik di
Indonesia maupun di dunia.8 The Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders, edisi kelima (DSM-V) mengklasifikasikan gangguan depresi menjadi
tiga tingkat yang berbeda, yaitu ringan, sedang, atau berat, berdasarkan intensitas
gejala depresi, jumlah gejala, dan derajat gangguan fungsional.9 Dari segi
diagnosa, major depressive disorder tidak mengalami perubahan dari DSM-IV ke
DSM-V.
Depresi semakin diakui sebagai penyakit kronis atau berulang.
Berdasarkan hasil penelitian sejumlah studi pada pasien depresi yang dirawat oleh
spesialis, hampir 50% pasien tidak sembuh dalam kurun waktu 6 bulan dan 10%
memiliki perjalanan penyakit yang kronis. Para peneliti meyakini bahwa lebih
dari setengah kasus bunuh diri terjadi pada orang yang mengalami depresi. Ini
menunjukkan depresi dapat memiliki efek yang menghancurkan. Namun pada
kebanyakan orang, penyakit ini bisa diobati. Ketersediaan pengobatan yang
efektif dan pemahaman yang lebih baik tentang dasar biologis terjadinya depresi
dapat mengurangi hambatan dalam deteksi dini, diagnosis yang akurat serta
keputusan untuk mencari perawatan medis.10

2
BAB II
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny.R
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Menikah
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Pedamaran OKI
Kunjungan ke RS
- Hari/ Tanggal : Senin, 24 September 2018
- Tempat : Poliklinik RS Ernaldi Bahar
- Cara : bersama Suami

II. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS dan ALLOANAMNESI)


A. ALLOANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pasien tidak bergairah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

b. Riwayat Perjalanan Penyakit


Susunan RPP:
Sejak ± 4 bulan SMRS pasien merasa putus asa, gampang
tersinggung, nafsu makan menurun. Pasien sering merasa dirinya tidak
seberuntung orang lain. Pasien mengatakan anaknya tahun ini kuliah di
Universitas swasta di kota Palembang dan membutuhkan lebih banyak

3
biaya. Pasien merasa cemas apakah anaknya dapat menyelesaikan
kuliahnya dengan baik.
Sejak ± 1 minggu SMRS pasien sulit tidur. Pasien memerlukan
waktu lebih dari satu jam untuk bisa tertidur. Pasien biasanya memulai
tidur sekitar pukul 21.00-23.00 dan segera terbangun setengah jam
kemudian. Saat tertidur pasien mudah terbangun tengah malam namun
masih bisa melanjutkan tidurnya walau sebentar-sebentar. Pasien
mengaku memikirkan banyak hal sebelum tidur.
Sejak ±1 hari SMRS pasien mengeluh tidak bergairah melakukan
aktivitas seperti biasa. Pasien sering terlihat menangis ketika ditanyakan
pasien menjawab bahwa hidupnya tidak beruntung, tidak dapat seperti
orang lain mendapatkan apa yang ia mau, pasien mengatakan bahwa
anaknya sekarang kuliah di salah satu universitas swasta di Kota
Palembang dan membutuhkan lebih banyak biaya. Untuk aktivitas sehari-
hari, pasien masih bisa melakukannya dengan baik, sosialisasi dengan
keluarga maupun tetangganya agak berkurang. Pasien cenderung menarik
diri dari lingkungan sekitarnya karena merasa dirinya tidak bergairah dan
rendah diri karena tidak seperti orang lain yang dengan mudah
mendapatkan apa yang diinginkan. Pasien menyangkal adaanya keluhan
sakit perut, sakit punggung, nyeri di persendian, sakit kepala dan keluhan
somatik lainnya. Pasien menyangkal melihat adanya bayangan maupun
mendengar bisikan-bisikan, keinginan untuk bunuh diri pun disangkal
pasien. Pasien berobat ke Poli RS Ernaldi Bahar.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat gejala yang sama sebelumnya : tidak ada
- Riwayat trauma kepala : tidak ada
- Riwayat demam tinggi : tidak ada
- Riwayat kejang : tidak ada
- Riwayat hipertensi : ada

4
- Riwayat diabetes mellitus : tidak ada
- Riwayat alergi obat : tidak ada
- Riwayat asma : tidak ada
- Riwayat penggunaan NAPZA : tidak ada
- Riwayat minum alkohol : tidak ada
- Riwayat gaya hidup : pasien tidak merokok
d. Riwayat Keluarga
- Pasien adalah anak ketiga dari 5 bersaudara
- Pasien sudah menikah
- Riwayat keluarga dengan gangguan Jiwa ada
- Hubungan dengan anggota keluarga terjalin cukup baik.
- Status ekonomi menengah cukup.

Keterangan : : Pasien
: Kakak pasien menderita Skizofrenia

e. Riwayat Pribadi
- Prenatal dan perinatal
Pasien lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis. Pasien lahir
secara normal dan proses persalinan dibantu oleh dukun beranak.
Riwayat merokok, sakit, konsumsi obat-obatan, dan alkohol pada ibu
saat hamil tidak diketahui.
- Riwayat masa anak-anak

5
Pasien mudah bergaul, periang dan memiliki banyak teman.
Hubungan pasien dengan saudara baik.
- Riwayat masa kanak akhir dan remaja (usia 12-18 tahun)
Pasien mudah bergaul, memiliki beberapa teman dekat.

- Dewasa
 Riwayat pekerjaan
Sebagai Ibu Rumah tangga
 Riwayat perkawinan dan hubungan
Pasien sudah menikah
 Riwayat militer
Tidak ada
 Riwayat Pendidikan
SD : tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
SMP :-
SMA : -
S1 :-
 Agama
Pasien melakukan sholat 5 waktu.
 Aktivitas sosial
Hubungan pasien dengan tetangga dan lingkungan sekitar cukup
baik.
 Situasi kehidupan terkini
Pasien kini tinggal bersama suami dan anak laki-lakinya.
 Riwayat hukum
Pasien tidak pernah terjerat masalah hukum

B. OBSERVASI
Wawancara dan observasi dilakukan pada Senin, 24 September 2018
pukul 10.30 s.d. 11.00 WIB di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar

6
Palembang. Penampilan pasien cukup kurang rapi, pasien menggunakan
kaos polos panjang bewarna abu-abu dengan bawahan celana dasar
bewarna hitam, pasien mengenakan jilbab langsung berwarna hitam.
Pasien berperawakan sedang dengan tinggi sekitar 155 cm dan berat badan
60 kg, warna kulit sawo matang. Pemeriksa dan pasien duduk berhadapan.
Selama wawancara pasien kurang nyaman dan ada kontak mata dengan
pemeriksa. Pasien hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh pemeriksa.Wawancara dilakukan menggunakan bahasa Indonesia.

Pemeriksa Pasien Interpretasi


(Psikopatologi)
Selamat pagi, Bu. Pagi, (pasien menatap mata Compos mentis,
Kami dokter muda pemeriksa, berjabat tangan) Verbalisasi ada,
yang bertugas pagi ini. Kontak mata ada
(pemeriksa tersenyum Kontak fisik ada
sambil menatap mata Kooperatif
pasien dan mengajak
bersalaman)
Siapa nama nya Bu? Nama Saya Ny. R Pasien kooperaatif
Daya ingat baik
Boleh ya Buk kita Iya, boleh Pasien kooperatif
ngobrol-ngobrol
sebentar ya.

Kalo boleh tahu Usia saya 48 Tahun Pasien kooperatif


usianya berapa Bu? Daya ingat baik

Sekarang kita dimana? Di RS Ernaldi Bahar Orientasi tempat baik

Hari ini hari apa ya Senin Orientasi waktu baik

7
Bu? Daya ingat baik

Ibu kesini sama siapa? Sama Suami (Sambil menunjuk Orientasi orang baik
(sambil menunjuk suaminya)
keluarga pasien)
Kenapa Ibu ke sini? Saya merasa tidak bergairah Discriminative insight
baik
Sekarang apa yang Ibu Saya merasa tidak ada gairah untuk Discriminative insight
rasakan? beraktifitas baik

Tidurnya gimana bu? Saya sangat sulit untuk memulai Gangguan tidur (+)
tidur dan sering terbangun.
Ibu masih suka (pasien menggelengkan kepala) Kehilangan minat
melakukan hobi di
rumah?

Ada masalah apa Saya banyak fikiran, susah tidur, Kontak verbal ada
memangnya Bu? saya merasa dunia ini tidak adil, saat kooperatif
ini anak saya kuliah dan
membutuhkan lebih banyak biaya.
saya selalu kefikiran.
Apakah ibu sering Tidak pernah Gejala somatik (-)
merasa sakit perut,
sakit pinggang, nyeri
sendi, pusing akhir-
akhir ini?
Ibu pernah ingin Tidak pernah, hanya saja rasanya Keinginan bunuh diri (-)
bunuh diri? ingin mati

8
Ibu sering dengar (pasien hanyamenggeleng kepala) Halusinasi auditorik (-)
bisikan-bisikan?

Kalau melihat (pasien hanyamenggeleng kepala) Halusinasi visual (-)


bayangan-bayangan
atau hal-hal lain yang
tidak terlihat orang
lain?

Ibu pernah merasa (pasien hanyamenggeleng kepala) Waham (-)


badan atau pikiran
seperti ada yang
mengendalikan,
merasa ada yang
aneh?
Dulu Ibu pernah Tidak pernah Riwayat penyakit yang
merasa seperti ini? sama sebelumnya tidak
ada
Baiklah kalau begitu Iya. terima kasih kembali Pasien kooperatif
terimakasih ya Bu
sudah mau diajak
cerita-cerita. Silahkan
tunggu diluar dulu
yaa, nanti dipanggil
kembali untuk
bertemu dokter
spesialis jiwa-nya.
Terimakasih Bu.

9
III. PEMERIKSAAN
A. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Suhu : 36,7 °C
Nadi : 86 x/ menit
Pernafasan : 22 x/ menit
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
Turgor : <2 detik
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 155 cm

B. STATUS NEUROLOGIKUS
a. GCS : 15
E : membuka spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
b. Fungsi sensorik : tidak ada kelainan
c. Fungsi motorik :
Lengan Tungkai
Fungsi Motorik
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Normal
Kekuatan 5/5
Tonus Eutonik Eutonik Eutonik Eutonik
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -

d. Ekstrapiramidal sindrom: tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal


sindrom seperti tremor, bradikinesia, dan rigiditas.

10
e. Refleks fisiologis : normal
f. Refleks patologis : tidak ditemukan

C. STATUS PSIKIATRIKUS
Keadaan Umum
a. Sensorium : Compos mentis
b. Perhatian : Inatensi selektif
c. Sikap : Kooperatif
d. Inisiatif : tidak ada
e. Tingkah laku motorik: hipooaktif
f. Ekspresi fasial: sedih
g. Verbalisasi : kurang jelas
h. Cara bicara : terbata-bata
i. Kontak psikis
Kontak fisik : ada
Kontak mata : kurang
Kontak verbal : ada

Keadaan Spesifik
a. Keadaan afektif
Afek : tumpul
Mood : hipotimik
b. Hidup emosi
Stabilitas : stabil
Dalam-dangkal : dalam
Pengendalian : tidak terkendali
Adekuat-Inadekuat : adekuat
Echt-unecht : echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirasakan

11
c. Keadaan dan fungsi intelektual
Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : baik
Orientasi orang/waktu/tempat : baik
Luas pengetahuan umum : sesuai
Discriminative judgement : baik
Discriminative insight : baik
Dugaan taraf intelegensi : baik
d. Kelainan sensasi dan persepsi
Ilusi : tidak ada
Halusinasi : auditorik (-), visual (-)
Keadaan proses berpikir
Psikomotilitas : cukup
Mutu : cukup
a. Arus pikiran
Flight of ideas : tidak ada
Inkoherensi : tidak ada
Sirkumstansial : tidak ada
Tangensial : tidak ada
Terhalang(blocking) : tidak ada
Terhambat (inhibition) : tidak ada
Perseverasi : tidak ada
Verbigerasi : tidak ada
b. Isi pikiran
Waham : tidak ada
Pola Sentral : tidak ada
Fobia : tidak ada
Konfabulasi : tidak ada
Perasaan inferior : ada
Kecurigaan : tidak ada
Rasa permusuhan/dendam : tidak ada

12
Perasaan berdosa/salah : tidak ada
Hipokondria : tidak ada
Ide bunuh diri : tidak ada
Ide melukai diri : tidak ada
Lain-lain : tidak ada

Pemilikan pikiran
Obsesi : tidak ada
Aliensi : tidak ada

Bentuk pikiran
Autistik : tidak ada
Simbolik : tidak ada
Dereistik : tidak ada
Simetrik : tidak ada
Paralogik : tidak ada
Konkritisasi : tidak ada
Overinklusif : tidak ada
c. Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan
Hipobulia : tidak ada
Vagabondage : tidak ada
Katatonia : tidak ada
Stupor : tidak ada
Pyromania : tidak ada
Raptus/Impulsivitas : tidak ada
Mannerisme : tidak ada
Kegaduhan umum : tidak ada
Autisme : tidak ada
Deviasi seksual : tidak ada
Logore : tidak ada
Ekopraksia : tidak ada

13
Mutisme : tidak ada
Ekolalia : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
d. Kecemasan : ada
e. Reality testing ability : baik

D. PEMERIKSAAN LAIN
a. Pemeriksaan radiologi/foto thoraks : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan darah rutin : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan urin : tidak dilakukan
f. Pemeriksaan LCS : tidak dilakukan
g. Pemeriksaan elektroensefalogram : tidak dilakukan

IV. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


AKSIS I : F 32.10 Episode depresif sedang tanpa gejala somatik
AKSIS II : Tidak ada diagnosa
AKSIS III : Hipertensi
AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial dan ekonomi
AKSIS V : GAF Scale adalah 80-71

V. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
1. F 32.11 : Episode depresif sedang dengan gejala somatik
2. F51.0 : Insomnia non-organik
3. F41.2 : Gangguan campuran anxietas dan depresi

VI. TERAPI
a. Psikofarmaka
- Fluoxetine 1 x 20 mg
- Captopril 2 x 12,5 mg

14
b. Psikoterapi
Suportif
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam
menghadapi masalah.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur
- Memberikan lingkungan yang nyaman bagi pasien terutama dalam
sisi kekeluargaan
Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat
adanya suatu pikiran preokupasi yang mempengaruhi perasaan dan
perilaku pasien. Pasien disarankan untuk mengikuti terapi kognitif-
perilaku.
Keluarga dan lingkungan
Memberikan penyuluhan bersama dengan pasien yang diharapkan
keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan pasien.
Keluarga juga diharapkan untuk membangun hubungan yang erat
dengan pasien.
Sosial-Budaya
Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu luang dengan melakukan
hobi atau pekerjaan yang disukai pasien dan bermanfaat. Terapi
rekreasi dapat berupa berlibur atau bepergian ke suatu daerah yang
disenangi pasien, terutama bersama keluarga.
Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah
sesuai ajaran agama yang dianutnya, yaitu menjalankan sholat lima
waktu, menegakkan amalan sunah seperti mengaji, berzikir, dan
berdoa kepada Allah SWT.
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan


dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan
pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.
Terdapat gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi
jangka pendek atau masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan
sedih yang mendalam dan perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia,
sebagai reaksi terhadap stressor) dengan kondisi mood yang menurun. 2,3
Depresi merupakan gangguan suasana hati atau mood yang dalam edisi
Dignostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) yang dikenal
sebagai gangguan afektif. Meskipun gangguan depresif sering kali dinamakan
gangguan afektif, tetapi patologi utama dalam gangguan tersebut adalah mood,
yaitu keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek,
yaitu ekspresi eksternal dari isi emosional saat itu.5 Dari segi diagnosa, moderate
depressive disorder tidak mengalami perubahan dari DSM-IV ke DSM-V.
Etiologi
Patofisiologi MDD belum diketahui secara pasti, tetapi etiologi selalu
diasumsikan oleh banyak faktor sebagai diagnosis MDD dengan melihat beberapa
sindrom yang ada dengan gejala yang berhubungan. Faktor biologis, psikologis,
dan sosial berkaitan dengan MDD, tetapi penemuan terbaru menyatakan genetic,
gambaran neurologis, dan biologi molekuler sudah menjelaskan beberapa
hubungan dengan tekanan yang besar ini, terutama pada modulasi dari kehidupan
pada proses genetic dan neurobiology.1,2,5
Genetik
Penemuan keluarga, kembar, dan adaptasi
Studi keluarga menunjukkan risiko relatif bahwa setidaknya dua atau tiga
kali lebih besar untuk MDD dalam keluarga garis pertama dengan MDD, dengan
onset umur dan depresi berulang memberikan resiko yang lebih besar.Studi

16
adopsi, kebanyakan dari mereka di Skandinavia, menemukan bahwa depresi jauh
lebih mungkin dengan adanya kekerabatan biologis dibandingkan dengan orang
tua asuh untuk menderita depresi.Studi anak kembar yang membandingkan
kembar monozigot dan dizygot, memperlihatkan pada pembedahan genetik dari
pengaruh lingkungan terhadap risiko penyakit.Perkiraan dari studi anak kembar
kapasitas depresi diturunkan secara genetik antara 33 dan 70%, tanpa memandang
jenis kelamin.hasil yang konsisten dari berbagai penelitian menunjukkan dasar
genetik untuk MDD.1
Neurobiologi
Monoamin
Hipotesis monoamina telah menjadi dasar teori neurobiologis depresi
selama 50 tahun terakhir.Berdasarkan pengamatan dari mekanisme kerja
antidepresan, hipotesis ini menyatakan bahwa depresi merupkan hasil dari defisit
serotonin (5-HT) di otak atau neurotransmisi norepinefrin pada
sinaps.Antidepresan bertindak dengan menghalangi transpor serotonin (SERT),
yang meningkatkan ketersediaan neurotransmiter ke dalam celah sinaps.Namun,
teori ini tidak sesuai dengan penundaan onset efek terapi antidepresan karena
kenaikan neurotransmiter sinapsi terjadi segera penghambatan pengambilan
kembali. Studi tryptophan deplesi dan katekolamin juga belum menghasilkan
bukti untuk defisit sederhana di tingkat neurotransmitter atau fungsi pada
MDD.1,2,5
Tidur
Keluhan tidur (insomnia, hipersomnia) telah lama dianggap sebagai fitur
utama dari depresi klinis sehingga tidak mengherankan bahwa studi biologi telah
difokuskan pada disregulasi tidur pada MDD. polysomnography digunakan untuk
mendeteksi gangguan tidur di MDD, dan memperlihatkan beberapa dari tanda-
tanda biologis yang paling kuat di depresi. Masih ada kontroversi tentang apakah
depresi menyebabkan perubahan dalam tidur adalah penanda karakteristik,
mendahului onset depresi, dan memprediksi relaps pada pasien yang dilaporkan,
sehingga menunjukkan peran pathoogenetic untuk gangguan tidur diMDD.1,5
Kotak 1. Abnormalitas Tidur Polisomnografi pada gangguan depresi mayor 1

17
 Onset awal REM (Rapid Eye Movement)
 Peningkatan tidur REM
 Peningkatan lamanya REM
 Penurunan tidur gelombang lambat/slow wave sleep (SWS)
 Perubahan SWS yang terjadi pada awal saat malam
 Gangguan pada slow wave activity (SWA)

Neuropsikologi
Kognitif dan Daya Ingat
Pasien depresi memperlihatkan gangguan pada fungsi kognitif dan daya
ingat, terutama pada perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat yang tersamar.
Sebagai tambahan, ada beberapa defisit ingatan dalam jangka panjang dan
pengambilan daya ingat yang diucapkan, dan fungsi kognitif khusus seperti
pemilihan strategi dan pemantauan performa.1
Hipokampus adalah yang terpenting dalam proses daya ingat, sebagai jalur
neuron dalam memproses informasi dan membenntuk emosi dan menjabarkan
ingatan. Volume hipokampus menurun pada pasien depresi, terutama dengan
episode yang berulang atau kronis atau trauma masa lalu.1
Lingkungan dan kejadian kehidupan
Depresi selalu diikuti oleh stres psikososial yang berat, terutama pada
episode depresi pertama atau kedua.Pengalaman masa kanak yang berat seperti
kekerasan pada anak, kehilangan orang tua, dan dukungan sosial yang buruk
adalah stres yang paling umum yang terjadi pada pasien depresi. Peningkatan
bukti yang menyatakan bahwa stres dan trauma dapat mengakibatkan gangguan
sistem biologik pada depresi.1,2,5
Studi kembar memperlihatkan innteraksi antara resiko genetik dan kejadian
saat hidup dalam berkembangya depresi. Kehidupan yang penuh dengan stres
tidak terdapat resiko dalam menghasilkan depresi pada wanita dengan faktor
genetik yang rendah., tetapi kejadian saat hidup dapat meningkatkan resiko
depresi dengan adanya peningkatan faktor genetik pada depresi.1
Epidemiologi

18
Gangguan depresif berat adalah suatu gangguan yang sering, dengan
prevalensi seumur hidup adalah kira-kira 15 persen, kemungkinan setinggi 25
persen pada wanita. Insidensi gangguan depresif berat juga lebih tinggi daripada
biasanya pada pasien perawatan primer, yang mendekati 10 persen, dan pada
pasien medis rawat inap, yang mendekati 15 persen. Hanya kira-kira separuh
pasien dengan gangguan depresif berat pernah mendapatkan terapi spesifik.
Walaupun National Institute of Mental Health (NIMH) telah memulai suatu
program untuk meningkatkan kesadaran akan depresi di populasi umum dan di
antara dokter-dokter, gejala depresi sering kali secara keliru dihilangkan sebagai
reaksi yang dapat dimengerti terhadap stres, bukti-bukti kelemahan keinginan,
atau semata mata suatu usaha sadar untuk mendapatkan suatu keuntungan
sekunder. 5
Permasalahan kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban
kesehatan yang signifikan. Data dari Riskesdas tahun 2013, prevalensi gangguan
mental emosional (gejala-gejala depresi dan ansietas), sebesar 6% untuk usia 15
tahun ke atas. Hal ini berarti lebih dari 14 juta jiwa menderita gangguan mental
emosional di Indonesia. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional
tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta,
dan Nusa Tenggara Timur. 10

Patofisiologi
Banyak penelitian tentang perjalanan penyakit dan prognosis gangguan
mood telah mendapatkan kesimpulan bahwa gangguan mood cenderung memiliki
perjalanan penyakit yang panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan.
Walaupun gangguan mood sering dianggap ringan berbeda dengan skizofrenia,
tetapi tidak seluruhnya benar; gangguan mood banyak meminta korban pada yang
menderitanya. Kesimpulan umum lainnya dari penelitian adalah bahwa stresor
kehidupan sering kali mendahului episode pertama gangguan mood dibandingkan
episode selanjutnya. Temuan tersebut telah diinterpretasikan sebagai menyatakan
bahwa stres psikososial mungkin memainkan peranan di dalam penyebab awal
gangguan mood dan bahwa, walaupun episode pertama dapat menyembuh,

19
perubahan yang berlangsung lama di dalam biologi otak menempatkan pasien
berada pada risiko benar untuk mengalami episode selanjutnya. 5
Kira-kira 50 persen dari pasien di dalam episode pertama gangguan
depresif berat mengalami gejala depresif yang bermakna sebelum episode pertama
yang diidentifikasi. Satu implikasi dari pengamatan tersebut adalah bahwa
identifikasi awal dan terapi gejala awal dapat mencegah perkembangan episode
depresif yang lengkap. Walaupun gejala mungkin ditemukan, pasien dengan
gangguan depresif berat biasanya tidak memiliki gangguan kepribadian
premorbid. Episode depresif pertama terjadi sebelum usia 40 tahun pada kira-kira
50 persen pasien. Onset yang lanjut adalah berhubungan dengan tidak adanya
riwayat keluarga gangguan mood, gangguan kepribadian antisosial, dan
penyalahgunaan alcohol. 5
Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan;
sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira tiga bulan.
Menghentikan antidepresan sebelum tiga bulan hampir selalu menyebabkan
kembalinya gejala. Saat perjalanan penyakit berkembang, pasien cenderung
menderita episode yang lebih sering yang berlangsung lama. Selama periode 20
tahun angka episode rata-rata adalah lima sampai enam. 5
Kira-kira 5 sampai 10 persen pasien dengan diagnosis awal gangguan
depresif berat menderita suatu episode manik 6 sampai 10 tahun setelah episode
depresif awal. Usia rata-rata untuk pergantian tersebut adalah 32 tahun, dan
keadaan ini sering terjadi setelah dua sampai empat episode depresif. Walaupun
data tidak konsisten dan kontroversial, beberapa klinisi melaporkan bahwa depresi
pada pasien yang selanjutnya diklasifikasikan sebagai pasien gangguan bipolar I
sering kali ditandai oleh hipersomnia, retardasi gejala psikotik, riwayat episode
pascapersalinan riwayat keluarga gangguan bipolar I, dan riwayat hipomania
akibat antidepresan. 5

Gejala Klinik
Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan
gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa

20
murung, putus asa, dalam kesedihan, tidak berguna. Pasien terdepresi kadang-
kadang mengeluh tidak dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat
mereka membaik. Kira-kira duapertiga dari semua pasien terdepresi merenungkan
bunuh diri, dan 10 sampai 15 persennya melakukan bunuh diri. 5
Mood yang rendah.
Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood
yang rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda secara
kualitatif dengan orang yang mengalami kesedihan dalam batas normal atau rasa
kehilangan yang dialami oleh orang pada umumnya. Beberapa menyampaikannya
dengan menangis, atau merasa seperti ingin menangis, lainnya memperlihatkan
respon emosional yang buruk.1
Minat.
Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada
merupakan salah satu tanda penting pada depresi.Anhedonia juga memperlihatkan
sebagai pembedanya, dan tetap ada walaupun penderita tidak memperlihatkan
mood yang turun. Kehilangan minat seksual, keinginan, atau fungsi juga umum
terjadi, dimana dapat menyebabkan masalah dalam hubungan terdekat atau
konflik rumah tangga.1,6
Tidur.
Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur.Hal yang klasik
adalah terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal
insomnia), tetapi tidur dengan kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah
malam (insomnia pertengahan) juga umum terjadi.Kesulitan tertidur pada malam
hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya terlihat saat cemas menyertai.
Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa menjadi gejala yang
umum terjadi pada pasien depresi.1
Tenaga.
Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti
sulit untuk memulai suatu pekerjaan.Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik,
dan bisa berhubungan dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang
berat, aktivitas rutin seperti kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan

21
terganggu. Pada bentuk yang ekstrem dari kelelahan adalah kelumpuhan yang
dibuat, dimana pasien menggambarkan bahwa tubuhnya yang membuat hal ini
atau mereka seperti berjalan di air.1
Rasa bersalah.
Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum
dipikirkan oleh pasien yang dalam episode depresi.Pasien depresi sering salah
menginterpretasikan kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung jawab kejadian
negative diluar kemampuan mereka, ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa
cemas yang berlebihan dapat menyertai dan rasa bersalah yang muncul kembali.1
Konsentrasi.
Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah hal yang
sering dialami oleh pasien depresi.Keluhan tentang daya ingat biasanya
menyebabkan permasalahan pada perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan
kognitif bisa salah didiagnosis sebagai dementia onset dini.1
Nafsu makan/berat badan.
Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan
menyebabkan kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus
memaksa dirinya sendiri untuk makan. Bagaimanapun, pasien lainnya harus
mendapatkan karbohidrat dan glukosa ketika depresi, atau perlakuan sendiri
dalam mendapatkan kenyamanan dalam makan. Tetapi, berkurangnya aktifitas
dan olahraga akan menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom metabolic.
Perubahan berat badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan harga diri.1
Aktivitas psikomotor.
Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada fungsi motorik
tanpa adanya kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat pada
depresi.Kemunduran psikomotor meliputi sebuah perlambatan (melambatnya
gerakan badan, buruknya ekspresi wajah, respon pembicaraan yang lama) dimana
pada keadaan yang ekstrem dapat menjadi mutisme atau katatonik. Kecemasan
juga dapat bersamaan dengan agitasi psikomotorik (berbicara cepat, sangat
berenergi, tidak dapat duduk diam).1,6

22
Bunuh diri.
Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri
diharapkan semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut,
terjadi pada 2/3 orang dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal
yang serius, pasien depresi sering kekurangan tenaga dan motivasi untuk
melaksanakan bunuh diri.Tetapi, bunuh diri merupakan hal yang menjadi pusat
perhatian karena 10-15% pasien yang dirawat inap adalah pasien yang matinya
karena bunuh diri. Waktu resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri adalah saat
awalan pengobatan, ketika tenaga dan motivasinya mulai berkembang baik selain
gejala kognitif (keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin bertindak seperti
apa yang mereka pikirkan dan rencanakan untuk bunuh diri.1
Gejala lain.
Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum
pada depresi.Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam
kemarahan dan kesedihan, dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal kecil
adalah yang sering terlihat.Variasi diurnal mood, dengan kekhawatiran pada pagi
hari, dapat muncul.Depresi sering menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri
dan harga diri dengan pemikiran bahwa dirinya tidak berguna didukung dengan
keputusasaan. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi sakit fisik,
seperti sakit kepala, sakit punggung, dan kondisi nyeri kronis lainnya.1,6
Gejala pada orang tua
Gejala klinis depresi lanjut usia sedikit berbeda dengan usia yang lebih
muda, sering hanya gangguan emosi berupa apatis, penarikan diri dari aktivitas
sosial, dan gangguan kognitif seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi
serta fungsi kognitif yang memburuk.
Perubahan Pikiran
 Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit
mengungat informasi.
 Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.
 Kurang percaya diri.
 Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.

23
 Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi.
 Adanya pikiran untuk bunuh diri.
Perubahan Perasaan
 Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan
suami istri.
 Merasa bersalah, tak berdaya.
 Tidak adanya perasaan.
 Merasa sedih.
 Sering menangis tanpa alas an yang jelas.
 Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.
Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari
 Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan.
 Menghindari membuat keputusan.
 Menunda pekerjaan rumah.
 Penurunan aktivitas fisik dan latihan.
 Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.
 Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.

Diagnosis
DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan
depresi mayor/ major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang
tidak terklasifikasikan.1
MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi
mayor (Kotak 2).kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada
pada waktu yang sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun
durasinya terkadang lebih lama dari waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga
harus memperlihatkan perubahan fungsi yang signifikan. Akhirnya, bereavement
dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat disingkirkan.1,5

24
Episode depresi berdasarkan ICD-10 6
Kriteria Umum
1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu
2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria
untukepisode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan
individu
3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik
Gejala Utama
1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir
untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak
responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu
2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya
menyenangkan
3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat
Gejala Lainnya
1. Kehilangan percaya diri atau harga diri
2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak
tepat
3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri
4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi,
seperti keraguan atau kebimbangan
5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6. Gangguan tidur
7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat
badan yang sesuai
Kotak 2. DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor 1,5
A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan
memperlihatkan perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood
depresi (2)kehilangan minat
1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari,
diindikasikan dengan laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong)
atau yang dilihat oleh orang sekitar. Note : pada anak dan remaja, dapat

25
mudah marah
2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau
penurunan atau peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note :
pada anak-anak, berat badan yang tidak naik
4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang
lain, bukan perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan
atau lamban)
6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa
terjadi delusi) hampir setiap hari
8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari
9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang
tanpa perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.
B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran
C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan
secara klinis
D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat,
obat-obatan) atau kondisi medis umum (hipotiroid)
E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

Berdasarkan DSM-V, Major Depressive Disorders (MDD) merupakan


sindrom yang ditandai dengan perasaan tertekan atau hilangnya ketertarikan atau
perasaan senang dalam kebanyakan aktivitas. Gejala lainnya berupa perasaan
tidak berharga atau bersalah, gagasan untuk bunuh diri, percobaan bunuh diri,
agitasi psikomotor atau kelambanan psikomotor, insomnia atau hypersomnia,
penurunan atau peningkatan berat badan, terganggunya konsentrasi, kesulitan
berpikir, dan kehilangan tenaga (American Psychiatric Association, 2000).
Berikut kriteria Major Depressive Episodes menurut DSM-V:
A. Lima (atau lebih) gejala berikut hadir selama periode dua minggu dan
menampilkan perubahan dari kebiasaan sebelumnya. Setidaknya satu
gejala merupakan mood tertekan atau kehilangan ketertarikan atau rasa
senang. Gejala yang dihasilkan kondisi medis tidak dihitung.
1. Perasaan tertekan pada sebagian besar waktu, hampir setiap hari,
ditunjukkan oleh laporan pribadi (contoh: merasa sedih atau kosong)

26
atau observasi orang lain (contoh: kelihatan takut). Catatan: Pada
anak-anak dan remaja, dapat berupa perasaan marah.
2. Kehilangan ketertarikan atau kesenangan pada sejumlah besar
aktivitas, hampir setiap hari (ditunjukkan oleh pendapat pribadi
ataupun observasi orang lain).
3. Penurunan/peningkatan berat badan atau perubahan selera makan
yang signifikan ketika tidak melakukan diet.
4. Insomnia atau hypersomnia hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (harus dapat
diobservasi dan bukan perasaan subjektif)
6. Kelelahan atau kehilangan tenaga hampir setiap hari
7. Merasa tidak berharga atau memiliki rasa bersalah yang berlebihan
(mungkin saja bersifat delusi) hampir setiap hari.
8. Penurunan kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, sulit menentukan
pilihan, hampir setiap hari.
9. Pikiran tentang kematian yang berulang, pikiran tentang bunuh diri
yang berulang, baik tanpa rencana atau dengan rencana yang jelas
dalam bunuh diri.
B. Gejala menyebabkan kesedihan signifikan atau gangguan dalam pekerjaan,
hubungan sosial, ataupun bidang lain yang penting dalam hidup.
C. Episode ini tidak terkait dampak psikologis dari penggunaan obat-obatan.
D. Kemunculan episode ini tidak diterangkan lebih baik dengan
schizophrenia, gangguan delusi, atau psychotic disorder.
E. Tidak ada sejarah hypomanic atau manic episode.
MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita
atau saat kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi
mayor dengan jarak penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga
memiliki beberapa sub tipe yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi
dan derajat keparahan.1
Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan
pola dari episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan

27
maksud agar pemilihan terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan
prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan kriteria-kriteria depresi dengan beberapa
kunci-kuncinya.1
Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD1,2,6
Sub tipe Spesifikasi DSM-IV- Kunci
TR
Depresi melankolis Dengan gambaran Mood nonreaktif,
melankolis anhedonia, kehilangan
berat badan, rasa bersalah,
agitasi dan retardasi
psikomotorik, mood yang
memburuk pada pagi hari,
terbangun di pagi buta
Depresi atipikal Dengan gambaran Mood reaktif, terlalu
atipikal banyak tidur, makan
berlebihan, paralisis yang
dibuat, sensitive pada
penolakan interpersonal
Depresi psikotik Dengan gambaran Halusinasi atau waham
(waham) psikotik
Depresi katatonik Dengan gambaran Katalepsi, katatonik,
katatonik negativism, mutisme,
mannerism, echolalia,
echopraxia (tidak lazim
pada klinis sehari-hari)
Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan
kriteria MDD
Gangguan afektif Musiman Onset yang seperti biasa
musiman dan kambuh pada saat
musim tertentu (biasanya

28
musim gugur/dingin)
Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4
minggu postpartum

DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan


MDD menjadi tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-IV-TR membagi
tngkat keparahannya berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal
sosial/pekerjaan dan tanggung jawab individu dan ada atau tidaknya gejala
psikotik.ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat keparahan depresi berdasarkan
jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat seseorang menderita depresi.
Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat
keparahan.1,7
Tabel 4. Derajat keparahan depresi 1
Keparahan Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10
depresi
Ringan 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 2 gejala tipikal
minat + 4 gejala depresi lainnya 2. 2 gejala inti
2. Gangguan minor sosial/ lainnya
pekerjaan
Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 2 gejala tipikal
minat + 4 atau lebih gejala 2. 3 atau lebih gejala
depresi lainnya inti lainnya
2. Gangguan sosial/pekerjaan yang
bervariasi
Berat 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 3 gejala tipikal
minat + 4 atau lebih gejala 2. 4 atau lebih gejala
depresi lainnya inti lainnya
2. Gangguan sosial atau pekerjaan Juga dapat dengan
yang berat atau ada gambaran atau tanpa gejala
psikotik psikotik

29
Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.
Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :
• Semua gejala utama depresi :
 afek depresif
 kehilangan minat dan kegembiraan
 berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
• Gejala lainnya:
 konsentrasi dan perhatian berkurang
 harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 pandangan masa depan yang suram dan pesimis
 gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
 tidur terganggu
 nafsu makan berkurang
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.
Episode depresif ringan menurut PPDGJ III
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti
tersebut di atas
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode
berlangsungsekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.
Episode depresif sedang menurut PPDGJ III
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya
(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu
(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan,
dan urusanrumah tangga.

30
Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :
(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat
(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok,
maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh
terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :
Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas
(F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.
Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.
Halusinasi auditorik atau alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran.Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada
stupor.
Asesmen Depresi
 Geriatric Depression Scale (GDS)
Terdiri dari 30 pertanyaan, biasanya dipergunakan untuk memisahkan apakah
pasien tersebut masuk ke dalam kelompok depresi. Alat ukur GDS ini memiliki
sensitivitas 88,9% dan spesifisitas 47,8%. Penilaian skala ini berdasarkan aspek
kekhawatiran somatik, penurunan afek, gangguan kognitif, berkurangnya orientasi
terhadap masa yang akan datang, dan kurangnya harga diri. Skala ini telah
direkomendasikan agar dipergunakan dalam situasi klinis oleh Institute of
Medicine.

31
Diagnosis Banding
1. Bereavement (Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)
Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena putusnya suatu
hubungan dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan episode depresi mayor.
Tingkat keparahan dan durasi dari gejala dan dampaknya pada fungsi sosial dapat
membantu dalam menyingkirkan antara kesedihan yang mendalam dan MDD.1
Tabel 5. Pembeda antara bereavement dan episode depresi mayor1
Gejala Bereavement Episode depresi
mayor
Waktu Kurang dari 2 bulan Lebih dari 2 bulan
Perasaan tidak berguna/tidak Tidak ada Ada
pantas
Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada
Rasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada
Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat
Gangguan fungsi Ringan Sedang –Berat

2. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Kondisi Medis Umum


Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis
khusus yang terjadi sebelumnya.Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis
utama sulit untuk dapat didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD.The
Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) sangat berguna untuk alat deteksi
pasien dengan penyakit medis dimana digunakan pertanyaan yang memfokuskan
pada gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya. MDD sama
banyaknya dengan penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes,
penyakit tiroid, dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson, multiple
sklerosis).1
3. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Zat
Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan
gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus
dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti dari

32
riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratories digunakan untuk dapat
menentukan adanya suatu pengalahgunaan, ketergantungan,
intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang secara fisoilogis akan
menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh obat
dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus
obat dapat berlangsung selama beberapa bulan.1
Kotak 6. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan
gangguan mood yang dipengaruhi zat1
 Alcohol
 Amfetamin
 Anxiolitik
 Kokain
 Zat-zat halusinogen
 Hipnotik
 Inhalant
 Opioid
 Phencycline
 Sedative

Tatalaksana
Pengobatan pasien dengan gangguan mood harus diarahkan pada sejumlah
tujuan. Pertama, keamanan pasien harus dijamin. Kedua, pemeriksaan diagnostik
yang lengkap pada pasien harus dilakukan. Ketiga, suatu rencana pengobatan
harus dimulai yang menjawab bukan hanya gejala segera tetapi juga kesehatan
pasien selanjutnya. Walaupun penekanan sekarang ini adalah pada farmakoterapi
dan psikoterapi yang ditujukan pada pasien individual, peristiwa kehidupan yang
menyebabkan stres juga berhubungan dengan meningkatnya angka kekambuhan
pada pasien dengan gangguan mood. Jadi, terapi harus menurunkan jumlah dan
keparahan stresor pada kehidupan pasien.5

33
1. Perawatan di Rumah Sakit
Keputusan pertama dan paling kritis bagi dokter adalah apakah perlu
merawat pasien di rumah sakit atau mencoba terapi rawat jalan. Indikasi
jelas untuk perawatan di rumah sakit adalah perlunya prosedur diagnostik,
risiko bunuh diri atau membunuh, dan penurunan jelas kemampuan pasien
untuk mendapatkan makanan atau tempat berlindung. Riwayat gejala yang
berkembang dengan cepat dan hancurnya sistem pendukung pasien juga
merupakan indikasi untuk perawatan di rumah sakit.5
2. Terapi Psikososial
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek –terapi kognitif, terapi
interpersonal, dan terapi perilaku telah diteliti tentang manfaatnya di dalam
pengobatan gangguan depresif berat. Psikoterapi berorientasi psikoanalitis,
walaupun belum diteliti dengan baik tentang manfaatnya pada gangguan
depresif berat, telah lama digunakan untuk gangguan depresif, dan banyak
klinisi mengunakan teknik sebagai metode utamanya. Apa yang
membedakan tiga modalitas psikoterapi jangka pendek dari pendekatan
berorientasi psikoanalitis adalah peranan aktif dan mengarahkan dari ahli
terapi, tujuan yang dikenali langsung, dan titik akhir terapi jangka pendek.5
Tabel 6. Ciri Utama Tiga Pendekatan Psikoterapeutik untuk Depresi5
Ciri-ciri Pendekatan Pendekatan Kognitif Pendekatan
Psikodinamik Interpersonal
Ahli teori Freud, Abraham, Plato, Adler, Beck, Meyer, Sullivan,
utama Jacobson, Kohut Rush Klerman, Weissman
Konsep Regresi ego: harga diri Pikiran terdistorsi: Hubungan
patologi dan yang terluka dan disforia karena interpersonal yang
penyebab konflik yang tidak pandangan negatif terganggu: tidak
terpecahkan karena yang dipelajari adanya atau tidak
kehilangan objek dan tentang diri sendiri, memuaskannya ikatan
kekecewaan pada masa orang lain, dan dunia sosial yang bermakna
anak-anak
Tujuan Untuk menimbulkan Untuk memberikan Untuk memberikan
utama dan perubahan kepribadian peringanan gejala keringanan somatik
mekanisme melalui pengertian melalui perubahan melalui pemecahan
perubahan konflik masa lalu; pikiran sasaran; untuk masalah interpersonal

34
untuk mencapai tilikan mengidentifikasi sekarang; untuk
ke dalam pertahanan, kognisi yang menurunkan stres yang
distorsi ego, dan defek menghancurkan diri melibatkan keluarga
superego; untuk sendiri; untuk atau pekerjaan, untuk
memberikan memodifikasi meningkatkan
model peran, untuk anggapan salah yang keterampilan
memungkinkan spesifik; untuk interpersonal
pelepasan katartik dari mempermudah
agresi engendalian diri
terhadap pola
Teknik Ekspresif-empatik: Perilaku kognitif Komunikatif-
utama dan menganalisis mencatat dan lingkungan:
praktik transferensi dan memonitor kognisi; menjelaskan dan
resistensi secara penuh mengoreksi tema menangani hubungan
atau parsial, yang menyimpang maladaptif dan
konfrontasi dengan dengan tes logika dan mempelajari hubungan
pertahanan eksperimental; yang baru melalui
menjelaskan distorsi memberikan isi latihan komunikasi dan
ego dan superego pikiran alternatif; keterampilan sosial;
pekerjaan rumah memberikan informasi
tentang penyakit
Peranan Interpreter reflektor: Pendidik pembentuk: Penggali penginstruksi:
ahli terapi– menegakkan dan hubungan positif hubungan positif
hubungan menggali transferensi, bukannya transferensi tanpa
terapeutik ikatan terapeutik untuk transferensi; interpretasi; peran aktif
ketegantungan ringan empirisisme kerja ahli terapi untuk
dan pengertian yang sama sebagai dasar mempengaruhi dan
empatik untuk tugas ilmiah nasihat
bersama (logika)
Peran Kerahasiaan pribadi Menggunakan Peran pasangan
perkawinan– yang penuh pasangan sebagai integral dalam terapi,
keluarga menyingkirkan orang pelapor objektif; pemeriksaan peranan
lain yang penting terapi pasangan untuk pasangan dalam
kecuali dalam situasi gangguan kognisi predisposisi pasien
yang membahayakan yang menetap dalam terhadap depresi dan
hubungan perkawinan efek penyakit terhadap
perkawinan
3. Terapi Farmakologis
Indikasi penggunaan antidepresan ditujukan untuk mengendalikan
gejala pada episode depresi berat, (misalnya gangguan pola tidur dan

35
makan, mengamuk, cemas, putus asa, berkurangnya energi dan konsentrasi,
serta penurunan libido) 5
Terdapat lima klasifikasi agen antidepresan, yaitu:
a. Derivat trisiklik, contohnya imipramine, amitriptilin, nortriptilin;
b. Derivat tetrasiklik, contohnya maproptilin, mianserin;
c. Derivat monoamin oksidase inhibitor (MAOI), contohnya
moclobemide;
d. Derivat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), contohnya
sertraline, fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, escitalopram;
e. Derivat serotonin norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI), contohnya
venlafaxine, duloxetine.
Tabel 7. Farmakodinamik Agen Antidepresan5
Antidepresan Dosis Efek Samping Kontraindikasi
Derivat Trisiklik
Amitriptilin 50-150 Sedasi atau letargi Riwayat alergi terhadap
(usia pada minggu obat, infark miokard
5-12 pertama dalam 6 minggu terakhir,
tahun: pemberian, retensi riwayat glaucoma sudut
10- urin, pingsan, tertutup akut, hamil atau
100) overdosis, psikosis, menyusui usia < 4 tahun,
halusinasi, hipertrofi prostat,
delirium, gejala hipotensi.
manik, perubahan
EKG, glaucoma.
SSRI
Fluoxetine 20-80 Psikosis, Riwayat alergi pada obat,
Paroxetin 20-50 halusinasi, usia muda (anak-anak),
e 50-200 delirium, gejala hamil atau menyusui.
Sertraline manik, rash,
urtikaria, agitasi
berat, akatista.

36
MAOI (irreversibel)
Tranylcypromine 30-90 Sedasi atau letargi, Riwayat alergi obat, infark
Phenelzine 30-60 agitasi, nyeri miokard dalam 6 minggu
kepala berat, terakhir, usia < 12 tahun,
penurunan hamil atau menyusui.
kesadaran,
psikosis,
halusinasi,
delirium, gejala
manik, overdosis.
MAOI (reversible)
Moclobemide 300- Agitasi, psikosis, Riwayat alergi pada obat,
600 halusinasi, delirium, usia muda (anak-
delirium, gejala anak), hamil atau
manik, overdosis, menyusui.
kebingungan.
Golongan obat antidepresan secara umum bekerja dengan
meningkatkan jumlah neurotransmitter serotonin di pascasinaps.
Antidepresan trisiklik, tetrasiklik, dan SSRI bekerja dengan menghambat re-
uptake serotonin di pascasinaps, tetapi SSRI selektif pada neurotransmitter
serotonin 5-HT2. Golongan obat MAOI menghambat pemecahan serotonin
di presinaps. Golongan antidepresan SNRI menghambat re-uptake serotonin
dan norepinefrin. Peningkatan aktivitas dopamine dan serotonin di otak
akan mengurangi gejala depresi dan memperbaiki mood pasien. 5
Antidepresan diberikan mulai dari dosis terendah, lalu ditingkatan
bertahap hingga mencapai dosis terapeutik. Efek terapeutik akan terlihat
mulai minggu kedua atau ketiga sehingga pada minggu awal dapat diberikan
kombinasi dengan benzodiazepine (diazepam, lorazepam, atau alprazolam)
yang efek terapinya lebih cepat, sambil menunggu efek antidepresan.
Setelah timbul efek terapi yang diinginkan, lanjutkan dosis pemeliharaan
selama minimal 6 bulan, bahkan hingga 3-5 tahun. 5

37
Prognosis
Gangguan depresif berat bukan merupakan gangguan yang ringan.
Keadaan ini cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung
mengalami relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama
gangguan depresif berat memiliki kemungkinan 50 persen untuk pulih di dalam
tahun pertama. Persentasi pasien yang sembuh setelah perawatan di rumah sakit
menurun dengan berjalannya waktu, dan pada waktu lima tahun pasca perawatan
di rumah sakit, 10 sampai 15 persen pasien tidak pulih. Banyak pasien yang tidak
sembuh tetap menderita gangguan distimik. Rekurensi episode depresif berat juga
sering. Kira-kira 25 persen pasien mengalami suatu rekurensi dalam enam bulan
pertama setelah pulang dari rumah sakit, kira-kira 30 sampai 50 persen dalam dua
tahun pertama, dan kira-kira 50 sampai 75 persen dalam lima tahun. Insidensi
relaps adalah jauh lebih rendah daripada angka tersebut pada pasien yang
meneruskan terapi psikofarmakologis profilaksis dan pada pasien yang hanya
mengalami satu atau dua episode depresif. Pada umumnya, saat pasien mengalami
lebih banyak episode depresif, waktu antara episode memendek, dan keparahan
masing-masing episode meningkat. 5
Banyak penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi indikator
prognostik yang baik dan buruk di dalam perjalanan gangguan depresif berat.
Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, dan tinggal di rumah sakit dalam
waktu yang singkat adalah indikator prognostik baik. Indikator psikososial
perjalanan penyakit yang baik adalah riwayat persahabatan yang erat selama
remaja, fungsi keluarga yang stabil, dan fungsi sosial yang biasanya kokoh selama
lima tahun sebelum penyakit. Tanda prognostik baik tambahan adalah tidak
adanya gangguan psikiatrik komorbid, tidak adanya gangguan kepribadian, tidak
lebih dari satu kali perawatan rumah sakit sebelumnya untuk gangguan depresif
berat, dan usia onset yang lanjut. Kemungkinan prognosis buruk meningkat oleh
adanya penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala
gangguan kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode depresif sebelumnya.
Laki-laki lebih mungkin mengalami perjalanan penyakit yang secara kronis
mengganggu dibandingkan wanita. 5

38
BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang perempuan usia 58 tahun, ibu rumah tangga dan sudah menikah,
datang ke rumah sakit bersama suaminya, kondisi pasien compos mentis, dengan
sebab utama pasien merasa tidak bergairah.
Sejak ± 4 bulan SMRS pasien merasa putus asa, gampang tersinggung,
nafsu makan menurun. pasien sering merasa dirinya tidak seberuntung orang lain.
Pasien mengatakan anaknya tahun ini kuliah di Universitas swasta di kota
Palembang dan membutuhkan lebih banyak biaya. Pasien merasa cemas apakah
anaknya dapat menyelesaikan kuliahnya dengan baik.
Sejak ± 1 minggu SMRS pasien sulit tidur. Pasien memerlukan waktu
lebih dari satu jam untuk bisa tertidur. Pasien biasanya memulai tidur sekitar
pukul 21.00-23.00 dan segera terbangun setengah jam kemudian. Saat tertidur
pasien mudah terbangun tengah malam namun masih bisa melanjutkan tidurnya
walau sebentar-sebentar. Pasien mengaku memikirkan banyak hal sebelum tidur.
Sejak ±1 hari SMRS pasien mengeluh tidak bergairah melakukan
aktivitas seperti biasa. Pasien sering terlihat menangis ketika ditanyakan pasien
menjawab bahwa hidupnya tidak beruntung, tidak dapat seperti orang lain
mendapatkan apa yang ia mau, pasien mengatakan bahwa anaknya sekarang
kuliah di salah satu universitas swasta di Kota Palembang dan membutuhkan lebih
banyak biaya. Untuk aktivitas sehari-hari, pasien masih bisa melakukannya
dengan baik, sosialisasi dengan keluarga maupun tetangganya agak berkurang.
Pasien cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya karena merasa dirinya
tidak bergairah dan rendah diri karena tidak seperti orang lain yang dengan mudah
mendapatkan apa yang diinginkan. Pasien menyangkal adaanya keluhan sakit
perut, sakit punggung, nyeri di persendian, sakit kepala dan keluhan somatik
lainnya. Pasien menyangkal melihat adanya bayangan maupun mendengar
bisikan-bisikan, keinginan untuk bunuh diri pun disangkal pasien. Pasien berobat
ke Poli RS Ernaldi Bahar.

39
Saat dilakukan wawancara psikiatri, pasien dapat menjawab dengan lisan
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, namun hanya menjawab seperlunya saja.
Penilaian keadaan dan fungsi intelektual, arus pikiran dan bentuk pikiran, serta
reality testing ability pada pasien baik, namun pada penilaian keadaan pada isi
pikiran terdapat perasaan inferior, kecemasan. Pasien hanya menjawab beberapa
pertanyaan dengan gesture kepala dan lisan. Pasien merasa kehilangan minat hobi
dan melakukan aktivitas di rumah. Pasien juga tidak pernah mendengar bisikan-
bisikan, melihat hal-hal yang tidak jelas dan merasa badan atau pikiran seperti ada
yang mengendalikan.
Status psikiatri pasien berupa keadaan umum kompos mentis terganggu,
tampak sedih, perhatian dan konsentrasi berkurang, kontak psikis yang kurang,
mood/afek hipotimik/tumpul. Bentuk pikir, arus pikir dan perasaan inferior baik,
tetapi isi pikir terdapat perasaan inferior, rasa bersalah dan tidak berguna dan ide
bunuh diri tidak ada. Persepsi halusinasi auditorik tidak ada. Dapat disimpulkan
pasien memiliki kelainan kesadaran, kelainan perhatian, serta kelainan pikiran dan
perasaan sehingga pasien dapat disimpulkan mengalami gangguan jiwa. Gejala
tersebut didominasi dengan gejala non psikotik sehingga didiagnosis gangguan
jiwa non psikotik.
Pada status internus tidak ditemukan adanya kelainan dan pada
pemeriksaan status neurologi juga tidak ditemukan adanya kelainan, sehingga
gangguan mental organik dapat disingkirkan dan didiagnosis gangguan jiwa non
psikotik non organik.
Dari autoanamnesis, aloanamnesis, dan pemeriksaan status mental pasien
didapatkan 3 gejala utama depresi yang dialami sejak beberapa bulan ini berupa
kehilangan minat dan kegembiraan, dan afek depresif (hipotimia), disertai 4
gejala tambahan berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, tidur teganggu, dan
nafsu makan berkurang, dan pandangan masa depan yang suram (gagasan tentang
rasa tidak berguna). Berdasarkan PPDGJ III dapat ditegakkan diagnosis aksis I
sebagai Episode depresif sedang tanpa gejala somatik (F32.10). Diagnosis aksis II
tidak ada diagnosis. Aksis III hipertensi. Aksis IV masalah berkaitan dengan
lingkungan ekonomi dan sosial. Aksis V GAF scale saat ini 80-71.

40
Depresi merupakan salah satu gangguan mood. Pasien dengan mood
terdepresi (yaitu, depresi) merasakan hilangnya energi dan minat, perasan tidak
berguna, sulit berkonsentrasi, hilang nafsu makan, dan pikiran tentang kematian
atau bunuh diri. Gangguan depresi sedang merupakan suatu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada psikomotor, kemampuan kognitif,
pembicaraan dan fungsi vegetatif. Diagnosis episode depresi sedang pada pasien
dapat ditegakkan berdasarkan minimal adanya 2 dari gejala utama episode
depresif ditambah dengan minimal 3 (sebaiknya 4) gejala lainnya, lama episode
lebih dari 2 minggu, dan pasien menghadapi kesulitan yang nyata untuk
meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.
Adanya gejala somatoform, yaitu keluhan penyakit organik yang tidak
terbukti secara klinis, tidak dikeluhkan oleh os. Karena itu, diagnosis lengkap
yang ditegakkan adalah episode depresif sedang tanpa gejala somatik, dengan
kode F32.10 berdasarkan PPDGJ-III.
Insomnia non-organik ditegakkan sebagai diagnosis banding berdasarkan
3 kriteria diagnosis berikut, yaitu (1) kesulitan masuk tidur, kesulitan
mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yang buruk, (2) gangguan minimal 3
kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan, (3) gangguan tidur mempengaruhi
sosial dan pekerjaan, seperti depresi, kecemasan atau obsesi. Namun untuk
menegakkan diagnosis insomnia non-organik masih memerlukan pengawasan
pada os selama setidaknya 2 minggu ke depan, untuk menilai apakah gejala
menetap selama 1 bulan.
Penyebab dari gangguan depresi terdiri dari faktor biologis, faktor
genetika dan faktor psikososial. Pada hipotesis timbulnya depresi dihubungkan
dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik. Hipotesis tersebut menjadi
dasar penggunaan dan pengembangan obat-obat anti depresan.
Tatalaksana pasien dengan gangguan depresi sedang terdiri dari
psikososial dan farmakologi. Tatalaksana psikososial dapat berupa psikoterapi
keluarga yaitu edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai depresi dan
pentingnya dukungan keluarga agar dapat membantu kesembuhan pasien serta

41
psikoterapi suportif yaitu memotivasi pasien agar meminum obat secara teratur
dan rutin kontrol. Pemberian terapi farmakologi pada pasien berupa anti depresan
dan anti anxietas. Dimana dosis dan lama pemberiannya berbeda-beda. Pada kasus
ini, emosi pasien yang relatif stabil dan masih dapat dikendalikan menurut
keluarga, maka pasien dilakukan rawat jalan dan diberi anti depresan berupa
fluoxetine tablet 1 x 20 mg
Fluoxetine merupakan antidepresan golonganSSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor). Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dipilih karena
SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil dan kordiotoksisitas lebih
rendah dibanding dengan antidepresan golongan lainnya. SSRIbertindak secara
khusus pada neurotransmitter serotonin. Obat ini menghambat pengambilan
kembali serotonin dari sinaps ke sel saraf, sehingga meningkatkan kadar serotonin
pada celah sinaps. Fluoxetine merupakan obat SSRI yang memiliki efek
kardiologik, sedasi, dan otonomik yang minimal. Oleh karena itu, obat ini cocok
digunakan untuk retarded depression, yaitu depresi yang disertai perlambatan
tindakan dan pikiran seperti halnya yang ditemukan pada pasien ini. Dosis yang
diberikan pada pasien merupakan dosis inisial terapi.
Prognosis bergantung pada diagnosis yang tepat dan sedini mungkin,
terapi yang adekuat, serta dukungan dari keluarga. Pasien depresi membutuhkan
terapi jangka panjang agar dapat mengurangi relaps atau rekurensi. Karena
beragamnya penyebab depresi, beberapa modalitas terapi dapat digunakan.
Kombinasi farmakoterapi dengan psikoterapi lebih efektif untuk mengobati
depresi dan mencegah relaps atau rekurensi, dibandingkan dengan hanya far-
makoterapi atau psikoterapi.

42
Daftar Pustaka
1. W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck
Institutes. 2000. p. 1-57.
2. Anonim. depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [13
septmber 2013]: Available from : http://www. depressive_disorder.htm.
3. Anonim. Moderate Depressive Disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited
on [13 September 2013]: Available from: http://www.All About
Depression.com.
4. Kessler RC, Chiu WT, Demler O, Walters EE (2005). Prevalence,
severity, and comorbidity of twelve-month DSM-IV disorders in the
National Comorbidity Survey Replication (NCS-R). Archives of General
Psychiatry 62, 617–627.
5. Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams
& Wilkins. 2007. p. 1-89.
6. Data Prevalensi Depresi di Dunia dan Indonesia [internet]. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2004 [diakses tanggal 4 Mei 2015].
Tersedia dari: www.depkes.go.id.
7. W. Long P. Moderate depressive Disorder, Treatment. [online]. Updated
on Feb. 9, 1998. Cited on [20 Agustus 2018]. p 1-31. Available from :
http://www.mentalhealth.com.
8. Bromet E, Andrade LH, Hwang I, Sampson NA, Alonso J, de Girolamo G,
Kessler RC (2011). Cross-national epidemiology of DSM-IV major
depressive episode. BMC Medicine 9, 90.
9. American Psychiatric Association (APA) (2013). Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). American Psychiatric
Publishing: The United States.
10. Anonim. Depression in Older Adults, in : Mental Health: A report of the
surgeon general. [online]. Update 0n 2012. Cited on [20 Agustus 2018]:
Available from : http://www.Mental Health.com.

43
11. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/52.2015. 2015. (http://www.depkes.go.id/
resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf, diakses pada tanggal 30
September 2018).

44

Anda mungkin juga menyukai