BEDAH THORAKS
Oleh:
Pembimbing:
2018
EMFISEMA SUBKUTIS
Pendahuluan
Rongga toraks merupakan suatu rongga yang diisi oleh berbagai organ
tubuh yang sangat vital, diantarannya : jantung, paru, pembuluh darah besar.
Rongga toraks dibentuk oleh suatu kerangka dada berbentuk cungkup yang
tersusun dari tulang otot yang kokoh dan kuat, namun dengan konstruksi yang
lentur dan dengan dasar suatu lembar jaringan ikat yang sangat kuat yang disebut
Diaphragma. Konstruksi kerangka dada tersebut diatas sangat menunjang
fleksibelitas fungsinya, diantaranya : fungsi perlindungan terhadap trauma dan
fungsi pernafasan. Hanya trauma tajam dan trauma tumpul dengan kekuatan yang
cukup besar saja yang mampu menimbulkan cedera pada alat / organ dalam yang
vital tersebut diatas.
Definisi
Patofisiologi
Trauma terhadap thoraks terdiri atas trauma tajam dan trauma tumpul.
Pada trauma tajam, terdapat luka pada jaringan kutis dan subkutis, mungkin lebih
mencapai jaringan otot ataupun lebih dalam lagi hingga melukai pleura parietalis
atau perikardium parietalis. Dapat juga menembus lebih dalam lagi, sehingga
merusak jaringan paru, menembus dinding jantung atau pembuluh darah besar di
mediastinum.
Trauma tajam yang menembus pleura parietalis akan menyebabkan kolaps
paru, akibat masuknya udara atmosfer luar kedalam rongga paru. Bila pleura
viseralispun tertembus, kemungkinan trauma tajam terhadap jaringan paru sangat
besar, sehingga selain terjadi penurunan ventilasi akibat hubungan pendek
bronkho – udara luar melalui luka tajam, mungkin terjadi pula Hemoptoe massif
dengan akibat – akibatnya.
Trauma tajam yang melukai perikardium parietalis dapat menimbulkan
tamponade jantung dengan tertimbunya darah dalam rongga pericardium, yang
akan mampu meredam aktivitas Diastolik jantung. Eksanguinasi akibat tembusnya
dinding jantung atau pembuluh darah besar di mediasternum, mampu
menimbulkan henti jantung dalam waktu 2 – 5 menit, tergantung derajat
perdarahannya.
Satu jenis lain dari trauma tajam, yaitu trauma tertembus peluru. Fatalitas
akibat trauma peluru ini lebih besar dari jenis trauma tajam lainnya, karena faktor
kerusakan jaringan yang lebih besar akibat rotasi berkecepatan tinggi dari pleura,
berakibat luka tembus keluar yang relatif lebih besar dari luka tembus masuk.
Trauma tumpul toraks, bila kekuatan trauma tidak cukup besar, hanya akan
menimbulkan desakan terhadap kerangka dada, yang karena kelenturannya akan
mengambil bentuk semula bila desakan hilang. Trauma tumpul demikian, secara
tampak dari luar mungkin tidak memberi gambaran kelainan fisik, namun mampu
menimbulkan kontusi terhadap otot kerangka dada, yang dapat menyebabkan
perdarahan in situ dan pembentukan hematoma inter atau intra otot, yang kadang
kala cukup luas, sehingga berakibat nyeri pada respirasi dan pasien tampak seperti
mengalami dispnea
Trauma tumpul dengan kekuatan cukup besar, mampu menimbulkan patah
tulang iga, mungkin hanya satu iga, dapat pula beberapa iga sekaligus, dapat
hanya satu lokasi fraktur pada setiap iga, dapat pula terjadi patahan multiple,
mungkin hanya melibatkan iga sisi unilateral, mungkin pula berakibat bilateral.
Trauma tumpul jarang menimbulkan kerusakan jaringan jantung, kecuali
bila terjadi trauma dengan kekuatan cukup besar dari arah depan, misalnya : akibat
dorongan kemudi atau setir mobil yang mendesak dada akibat penghentian
mendadak mobil berkecepatan sangat tinggi yang menabrak kendaraan atau
bangunan didepannya. Desakan setir mobil tersebut mampu menimbulkan
tamponade jantung, akibat perdarahan rongga pericardium ataupun hematoma
dinding jantung yang akan meredam gerakan sistolik dan diastolik.
Dorongan atau pukulan tumpul terhadap dinding kerangka dada yang
demikian kuatnya, sehingga melebihi kekuatan kelenturan iga, dapat
menimbulkan fraktur iga dan ujung fragmen fraktur dapat merusak pleura
parietalis ataupun bahkan pleura viseralis dan jaringan paru. Setelah trauma
hilang, fragmen iga yang fraktur tersebut akan kembali kepada kedudukan semula
akibat kelenturannya, dan akibat kelengkungan bentuk iga yang menggembung
kearah keluar kerangka, serta pengikatan antar iga oleh otot inter-oseus/otot
intekostalis.
Keadaan tersebut diatas, meskipun secara morfologis hanya di dapat
fraktur sederhana dan tertutup dari iga dalam kedudukan baik, namun mampu
menimbulkan hematotoraks atau pneumotoraks, bahkan tidak tertutup
kemungkinan terjadi “Tension Pneumotorax”, karena terjadi keadaan dimana
alveoli terbuka, pleura viseralis dengan luka yang berfungsi “Pentil” dan luka
pleura parietalis yang menutup akibat desakan udara yang makin meningkat di
rongga pleura. Tension pneumotoraks selanjutnya akan mendesak paru unilateral,
sehingga terjadi penurunan ventilasi antara 15 – 20 %.
Bila desakan berlanjut, terjadi penggeseran mediastinum kearah
kontralateral dan selanjutnya bahkan akan mendesak paru kontralateral yang
berakibat sangat menurunnya kapasitas ventilasi.
Kerusakan jaringan paru dengan terbukannya alveoli, memungkinkan
terjadinya emfisem subkutis, akibat penyebaran udara yang keluar dari alveoli dan
menyusup masuk kedalam jaringan interstisial paru menuju mediastinum, dan
selanjutnya menyebar melalui media subkutis. Emfisema subkutis ini dapat
menyebar secara umum keseluruh permukaan tubuh dan sangat kentara dengan
“penggelembungan” skrotum atau labia mayora.
Mekanisme terjadinya emfisema subkutis pada penderita asma terjadi pada
saat serangan asma akut berat. Pada saat serangan akut terjadi obstruksi saluran
nafas, mengakibatkan meningkatnya jumlah udara yang terkurung di alveoli (air
traping). Peningkatan volume udara di alveoli mengakibatkan peningkatan teka-
nan (volutrauma dan barotrauma). Peningkatan tekanan ini mengakibatkan
terjadinya robek / ruptur alveoli.(5) Robeknya alveoli jika lokasinya di perifer akan
dapat mengakibatkan terjadinya pneumotorak. Pneumomediastinum dan emfisema
subkutis dapat terjadi akibat rupturnya alveoli sentral sehingga udara akan
bergerak ke jaringan intersisial dan melanjutan ke mediastinum dan kulit melalui
percabangan bronkus. Robeknya alveoli dapat juga menyebabkan terjadinya
emboli udara apabila udara sampai masuk ke pembuluh darah.(5)
Pemeriksaan penunjang
Pem. Radiologi :
Roentgen torax
CT scan
Diagnosis
Pneumotoraks
rongga pleura akibat robeknya pleura visceral, dapat terjadi spontan atau
intrapleura
sehingga mengganggu proses pengembangan
paru.
1. Simple peumotoraks
dijumpai:
a. Paru pada sisi yang terkena akan kolaps, parsial atau total
ditemukan mekanisme ventil atau udara dapat masuk dengan mudah, tetapi
b. Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat,
dengan needle insertion pada sela iga II linea mid-klavikula pada daerah yang
3. Open pneumothorax
terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada toraks sehingga
udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan
intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai
sucking-wound.
Penatalaksanaan open pneumotoraks :
a. Luka tidak boleh di eksplore.
b. Luka tidak boleh ditutup rapat yang dapat menciptakan mekanisme ventil.
c. Pasang plester 3 posisi.
d. Torakostomi + WSD.
e. Singkirkan adanya perlukaan atau laserasi pada paru-paru atau organ intra
toraks lain.
Hematothoraks/hemothoraks
Hematothoraks merupakan suatu keadaan di mana darah terakumulasi pada rongga
pleura yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi
terpenting perembesan darah berkumpul di kantong pleura tidak bisa diserap oleh lapisan
pleura.
Etiologi
Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang akan
menyebabkan rongga paksa tumpul pada rongga thorak (hemothoraks) dan rongga abdomen.
Trauma tajam dapat disebabkan oleh tikaman dan tembakan.
Penyebab umum dari hemotoraks adalah trauma toraks. Hemotoraks juga dapat terjadi
pada pasien dengan defek pembekuan darah, operasi toraks atau jantung, kanker pleura atau
paru, dan tuberculosis. Selain itu, penyebab lainnya adalah pemasangan kateter vena sentral
dan tabung torakostomi.
Laporan kasus melibatkan terkait gangguan seperti penyakit hemoragik pada bayi
baru lahir (misalnya, kekurangan vitamin K), Henoch-Schönlein purpura, dan beta
thalassemia / penyakit E hemoglobin. Kongenital malformasi adenomatoid kistik sesekali
menghasilkan hemothorax.
Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang muncul pada pasien dengan hemotoraks adalah nyeri dada, pasien
menunjukkan distres pernapasan berat, napas pendek, takikardi, hipotensi, pucat, dingin, dan
takipneu. Pasien juga dapat mengalami anemia sampai syok
Diagnostik
X-ray dada: penampilan serupa dengan efusi pleura
• Opacity
• Menipisnya sudut kostofrenik
• Deviasi trakea (pergeseran mediastinum)
Ultrasound: deteksi jumlah cairan / darah yang lebih sedikit daripada kemungkinan x-ray
dada
Pengobatan
Insersi chest tube ke ruang interkostal 6 atau 7 di garis aksila posterior
Torakotomi diindikasikan jika output chest tube> 1000 mL segera setelah penempatan atau
150-200 mL/jam selama 2-4 jam
Komplikasi
Empiema pleura; paru-paru fibrothorax dan terperangkap
Sebuah hemotoraks, betapapun kecilnya, harus selalu dikeringkan karena darah dalam rongga
pleura akan menggumpal jika tidak dievakuasi, sehingga paru-paru terperangkap atau
empiema.
Tatalaksana trauma selalu dimulai dari yang tidak nyeri hingga kenyeri mengikuti prinsip
ATLS.
1. ABC
o Airway :
▪ Look : Melihat tanda-tanda asfiksia seperti adanya nch (nafas cuping hidung),
Benda asing, trauma, bekuan darah, luka terbuka
▪ Listen : Apakah terdapat suara nafas tambahan seperti
✓ Stridor:
Suara keras dan bernada tinggi yang umumnya terjadi pada inspirasi yang
disebabkan oleh aliran turbulen di saluran napas bagian atas menunjukkan
adanya obstruksi saluran napas bagian atas.
✓ Snooring:
Terjadi ketika pharynx sebagian terhalang oleh langit-langit lunak atau
lidah.
✓ Gurgling:
Terjadi karena sekresi atau cairan (misalnya muntahan) di saluran napas
bagian atas.
▪ feel : diraba apakah terdapat benda asing, jejas thoraks, pasien dipasang colar
neck.
o Breathing
▪ look : dilihat dimana letak jejasnya, dinding dada simetris atau tertinggal,
apakah terdapat retraksi,
▪ listen : mendengan suara nafas, biasanya pada tension pneumothoraks suara
nafas hilang, sedangkan pada kasus tamponade jantung suara jantung menjauh
▪ feel : meraba apakah terdapat emfisema subkutis, krepitasi, trakea deviasi,
obstruksi jalan nafas (atelektasis)
o Circulation
✓ Kontrol perdarahan dgn perbaikan volume intravaskular (rehidrasi)
✓ 2 IV Line,kateter IV yg dipakai harus berukuran besar (memperhitungkan cara
pemberian)
✓ Cairan yg digunakan cairan yg sudah dihangatkan untuk mencegah hipotermia
(memperhitungkan jenis cairan yang dipakai)
Terdapat 7 tipe shock yaitu;
a. Shock hipovolemik
b. Shock kardiogenik
c. Shock neurologi
d. Shock septic
e. Shock anafilatik
f. Shock spinal
g. Shock metabolik
Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
“plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat
molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan
agak lama dalam ruang intravaskuler.
Koloid dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien daripada
kristaloid, karena larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler dengan lebih sedikit
cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan kristaloid akan keluar dari pembuluh
darah dan hanya 1/4 bagian tetap tinggal dalam plasma pada akhir infus.
Koloid adalah cairan yang mengandung partikel onkotik dan karenanya
menghasilkanmtekanan onkotik. Bila diberikan intravena, sebagian besar akan menetap
dalam ruang intravascular. Meskipun semua larutan koloid akan mengekspansikan ruang
intravaskular, namun koloid yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar daripada plasma
akan menarik pula cairan ke dalam ruang intravaskular. Ini dikenal sebagai ekspander
plasma, sebab mengekspansikan volume plasma lebih dari pada volume yang diberikan.
Tamponade Jantung
DEFINISI
Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang cepat atau
lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau
gas di perikardium sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung.
ETIOLOGI
Dapat timbul karena
1. Aortic aneurysm dissection
2. Kanker paru end-stage
3. Miokard infark akut
4. Pembedahan jantung
5. Perikarditis yang disebabkan infeksi bakteri atau virus,
6. Wound to the heart
7. Trauma
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik tamponade bervariasi, tergantung proses yang mendasarinya.
• Ansietas
• Nyeri dada
• Menjalar ke leher, pundak, punggung atau abdomen
• Tajam dan menusuk
• Memburuk ketika tarik nafas dalam dan batuk
• Dispneu
• Tidak nyaman
• Pingsan, melayang
• Pucat atau sianosis
• Palpitasi
• Pernafasan cepat
DIAGNOSIS
Diagnosis tamponade jantung dapat ditegakkan dengan Beck’s triad dan temuan
klinis lainnya.
Beck’s triad (acute compression triad):
1. Hipotensi akibat penurunan cardiac output
2. Suara jantung menjauh
3. Distensi vena jugularis (↑ JVP) akibat berkurangnya aliran balik vena ke
jantung.
Triad klasik ini biasanya ditemukan pada pasien dengan tamponade jantung akut.
PENATALAKSANAAN
1. Primary Survey (ABC)
o Oksigen.
o Obat – obat untuk menaikkan tekanan darah diperlukan sampai terapi cairan
dilakukan.
o Terapi cairan diperlukan sampai dilakukan perokardiosintesis
2. Perikardiosintesis
3. Identifikasi penyebab tamponade → terapi.
Lampiran Foto Kegiatan